Yana sedang berjalan menuju halte di dekat rumahnya, tapi tiba tiba ada suara montor yang mengklakson nya ia berbalik badan dan mantap datar pemotor di depannya.
"Naik," ucap Magika tetapi Yana masih tetap berdiri di hadapan motor Magika.
"Lo mau telat?" Yana menghela nafas
"Lo berangkat aja, gue naik Lin." ucap Yana setelah itu ia berjalan menuju Halte sedangkan Magika ia tetap mengikuti Yana sampai di Halte.
"Ayo, kelamaan kalau nunggu Lin." Yana tidak menatap Magika tetapi Ia menatap ke kanan dan Ke kiri.
"Gue ga mau," ucap Yana berusaha mengusir Magika tetapi Magika tetap saja Keukeh menyuruh Yana berangkat bersamanya.
"Gue usahain deh ga ngebut, kemarin ngebut kan gara gara takut hujan Yana." Yana terdiam ia bingung harus bagaimana.
"Gimana?" Yana menghela nafas setelah itu ia naik ke atas montor Magika, Magika tersenyum senang karena ia yang telah memenangkan debat setelah itu ia melajukan montornya dengan kecepatan sedang.
Tak lama mereka sampai di sekolah, Yana turun terlebih dahulu dari montor Magika setelah itu ia berjalan menuju kelasnya sedangkan Magika ia masih memarkirkan montornya.
Yana duduk di bangkunya setelah itu ia mengeluarkan buku novel, tak lama Magika masuk ke dalam kelas.
"Woy Gika," panggil David membuat Magika menoleh menatap David yang sedang duduk diatas meja.
"Lo kenapa kemarin pulang duluan?" Tanya David sambil menghampiri Magika.
"Ada urusan," jawab Magika membuat David mengangguk anggukan kepalanya.
"Nanti pulsek Lo mau ikut gue sama Teo Mabar ga?" Magika mengangguk membuat David senang, David belum selesai berbicara sudah ditinggal duluan oleh magika.
"Dasar manusia," sumpah serapah David untuk Magika setelah itu David melangkah keluar kelas.
Magika duduk di samping Yana ia merebahkan kepalanya dan tak lama guru datang tiba tiba Magika menoleh ke arah Yana.
"Tukeran tempat," bisik Magika kepada Yana.
"Enggak ah," Magika menatap datar.
"Ayo lah, plis." Yana tak mau ambil pusing dari pada ia kenak hukuman lebih baik ngalah sama Magika.
Yana berdiri setelah itu Magika juga ikut berdiri setelah itu mereka bertukar tempat, untung saja gurunya sedang menghapus papan.
"Thanks," Yana menghiraukan ucapan Magika ia mulai fokus kepada penjelasan guru di depan.
Magika menatap ke arah papan setelah itu ia menurunkan dirinya kebawah, ia bernafas lega setelah sudah duduk dibawah. (Maksudnya itu Magika duduk di kolong meja)
"Lanjut lagi deh," Magika membuka handphone nya setelah itu ia mulai melanjutkan game nya, tak peduli dengan guru yang sedang mengajar.
Guru yang di depan memberi tugas,Yana yang hendak mengambil buku tulis terkejut karena disebelahnya tidak ada keberadaan Magika, Yana enggak merasa Magika keluar kelas.
Yana menoleh ke kanan dan ke kiri setelah itu ia menghedikan bahu, "buat apa gue peduli," ucap Yana dalam hati setelah itu ia mulai mencacat soal yang di sampaikan guru.
Setelah selesai menjawab soal ia mengumpulkan buku ke depan, tak lama bel berbunyi dan saat Yana kembali ia melihat Magika sudah berada di bangkunya.
"Ini yang mengumpulkan baru 33 kurang satu yang belum nanti bisa langsung mengumpulkan ke saya, yaudah saya akhiri Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu." setelah Guru tersebut keluar semua murid pada berhamburan keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FakBoy
Teen Fiction⚠️Warning!!!! Cerita mengandung unsur candu, sekali baca langsung suka suka dan sukaa "perkenalkan nama gue Magika kalian ga perlu tau nama panjang gue, gue pindahan dari SMA 1 bangsa." Magika satu nama itu yang sering membuat onar di sekolah lamany...