Selama pelajaran, Magika tidak fokus mendengarkan apa yang sedang pak Dino jelaskan karena ia merasakan pusing yang membuatnya ingin muntah.
Magika mencoba menelungkupkan kepalanya untuk menghilangkan mual dan pusing yang menyerang tubuhnya, pelajaran pak Dino telah usai dan sekarang pergantian jam.
Yana yang sedang sibuk mencatat terganggu oleh David yang mulai tadi memanggil manggil nama Magika, Yana menoleh ke arah David.
"Magika Yan," ucap David sambil menunjuk ke arah Magika.
"Tidur dia," jawab Yana.
"Ya elah pantes kagak ada suaranya mulai tadi," ucap David sambil berdiri dari duduknya dan melangkah menuju bangku Magika.
Saat David hendak membangunkan Magika, Yana mencekal tangan David terlebih dahulu.
"Jangan teriak, banguninnya pelan pelan." Peringatan Yana membuat David mengernyitkan dahi.
"Kenapa?"
"dia lagi sakit," ucap Yana membuat David mengangguk.
"Kaaa," panggil David sambil menepuk lengan Magika.
"Kok panas ya? Jangan bilang nih orang ga sadar lagi," ucap David pada Yana.
"Enggak coba aja bangunin," ucap Yana.
David masih berusaha membangunkan Magika dan tiba tiba saja Magika mengangkat kepalanya dan menampilkan wajah pucat dengan hidung kanan yang mengeluarkan darah.
"Ka Lo gapapa?" Tanya David.
"Eh hidung Lo berdarah!" panik sangat panik, Yana segera mengambil tisu di dalam tasnya dan segera menyerahkannya pada Magika.
"Emang iya?" Tanya Magika sambil meraba hidungnya, setelah itu ia menyumbat hidung sebelah kanannya dengan tisu.
"Gue telepon nyokap Lo ya ka?" Ucap David sambil memencet mencet handphonenya.
"Ga gausah," ucap Magika membuat David menoleh menatap ke arah Magika.
"Yah udah berdering," kata David sambil menunjukkan ponselnya pada Magika.
"Hallo ada apa vid?" Tanya Maya.
"Ini Magika sakit te," Jawab David membuat Maya yang mendengarnya terkejut.
"Kalian lagi di sekolahkan?"
"Iya."
"Yaudah Tante meluncur kesana," ucap Maya setelah itu ia memutuskan sambungan telepon.
"Nyokap Lo kesini udah siap siap sono," ucap David membuat Magika melotot setelah itu ia melemparkan bolpoin Yana ke muka David.
"Ka itu bolpoin gue," ucap Yana sambil menatap tajam ke arah Magika.
"Ini gue kembalikan," ucap David sambil menyerahkan kembali bolpoin Yana, sedangkan Magika ia kembali menelungkupkan kepalanya.
"Halloo kawan," ucap Teo dengan suara yang menggelegar.
"Gausah teriak teriakkan bisa!" Hardik David tetapi tidak di pedulikan oleh Teo, Teo berjalan kearah Magika dan menepuk punggung Magika pelan.
"Ka jangan tidur, Mari kita membolos."
David yang mendengar ucapan Teo hanya dapat menghela nafas, "kenapa gue punya temen super duper abstrak sih." ucap David dalam hati.
Magika merasa terganggu dengan kebisingan yang Teo buat akhirnya ia menatap Teo dengan tatapan tajam, Teo yang melihat Magika bangun dengan ke adaan hidung tersumpal tisu yang ada bercak darah pun terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FakBoy
Novela Juvenil⚠️Warning!!!! Cerita mengandung unsur candu, sekali baca langsung suka suka dan sukaa "perkenalkan nama gue Magika kalian ga perlu tau nama panjang gue, gue pindahan dari SMA 1 bangsa." Magika satu nama itu yang sering membuat onar di sekolah lamany...