Part 34. Masalah

106 41 87
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Mobil Dio berhenti tepat di depan sebuah rumah. Rumah itu adalah rumah milik Rora.

"Makasih ya, Yo tumpangannya," ucap Rora sebelum cewek itu keluar dari mobil Dio.

"Iya sama-sama, Ra," balas Dio sambil menatap Rora lewat kaca mobilnya.

"Kalo gitu gue duluan ya, Yo." Rora menoleh pada Fia yang ada di depannya, namun terhalang oleh kursi mobil. "Fi ... gue duluan," ujarnya dengan ragu-ragu. Fia membalas dengan deheman saja.

Rora tersenyum kecut saat mendapat balasan Fia seperti itu. Setelah itu, Dio langsung menancap gas meninggalkan pekarangan rumah Rora setelah cewek itu keluar dari mobilnya. Kini, tersisa mereka berdua yang berada di dalam mobil dengan keheningan yang melanda.

Dio melirik sekilas pada Fia yang daritadi hanya diam saja dengan memasang wajah ditekuk.

"Kenapa sih mukanya ditekuk terus?" tanya Dio tanpa mengalihkan pandangannya pada Fia.

Fia melirik Dio lewat ekor matanya. Dia tak berminat untuk menjawab pertanyaan cowok itu. Fia ingin tahu apakah Dio peka padanya atau tidak.

Dio yang tak kunjung mendapat jawaban pun langsung menoleh lagi pada Fia. "Kenapa sih? Masih ngambek gara-gara Rora bareng sama kita?" Ternyata Dio cukup peka. Namun, Fia masih juga tak menjawab pertanyaan Dio.

"Nanti kalo udah sampe rumah, lo langsung pulang aja. Kita batalin dulu jalan-jalannya. Gue ngantuk, pengen langsung tidur." Dio mengerutkan keningnya kala mendengar ucapan Fia yang tiba-tiba.

"Kenapa? Kok tiba-tiba? Lagian lo duluan kan yang ngajakin."

"Yaudah gue batalin."

"Iyaa kenapa?" tanya Dio lagi yang belum puas mendengar jawaban Fia.

"Yaa gue kan udah bilang, gue ngantuk pengen tidur."

"Bohong. Gue tau itu bukan alasan lo. Lo masih marah kan gara-gara tadi, makanya tiba-tiba ngebatalin acara jalan-jalannya gitu aja."

"Ihh apaan si. Orang gue beneran ngantuk."

Dio berdecak kesal mendengar jawaban yang tidak masuk akal dari Fia. Dio tau kalau Fia tipe orang yang tidak suka tidur siang. Jadi, Dio mengira pacarnya itu hanya beralasan saja. Wait? Pacar?

"Yaudah terserah!" akhir Dio.

Fia mengerutkan keningnya lalu mendengus sebal mendengar ucapan Dio yang sedikit ngegas dan sama sekali tidak membujuknya. Benar-benar cowok itu tidak peka sama sekali, pikirnya.

*****

Cia keluar rumah dengan menenteng sepatunya yang basah. Dia baru saja mencuci sepatu dan hendak menjemurnya di tempat yang panas.

Cia mendongak saat seseorang berhasil mencuri perhatiannya. Cia melihat Ali yang tiba-tiba saja keluar rumahnya dengan tergesa-gesa. Lalu cowok itu dengan cepat mengambil motornya dari garasi.

Ali terlihat seperti sedang marah. Matanya juga memerah seperti orang yang sedang menahan nangis. Cia yang tidak tahu apa-apa langsung menghampiri Ali yang sudah menaiki motornya.

ALICIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang