Part 27. Cia si wonder woman

90 39 14
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

"Bunda beneran gak mau dijemput besok?"

"Iyaa bener, lagian bunda kan bawa mobil."

"Nanti bunda kecapekan gimana? Bunda kan habis perjalanan jauh dari Bandung." Ali mendengar bundanya terkekeh di sebrang sana.

"Tumben kamu peduli sama bunda. Ahh bunda tau, pasti kamu ada maunya kan."

Ali tertawa mendengarnya. "Bunda tau aja."

"Kamu mau minta apa sih emang, hm?"

"Bunda tau kan barang yang pengen banget Ali punya dari dulu, tapi sampai sekarang belum juga kesampaian. Bunda bisa gak beliin barang itu buat Ali?"

"Apa sih yang enggak buat anak kesayangan bunda."

"Satu lagi Bun, boleh?"

"Boleh dong. Tunggu! Biar Bunda tebak. Pasti permintaan kamu ini ada hubungannya sama Cia kan? Pasti yang satu ini buat Cia kan?"

"Seratus buat Bunda. Soalnya barang itu nanti mau Ali kasih waktu ulang tahunnya Cia, bun."

"Gampang kalo itu. Yaudah, bunda tutup yaa telfonnya, soalnya masih ada yang harus bunda urus. Daah sayang."

"Dahh Bun." Setelah itu sambungan pun terputus.

*****

Cia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Ali. Yang benar saja, Cia yang notabenya sebagai seorang perempuan malah dikasih hadiah berupa mainan untuk anak laki-laki.

Cia menatap benda yang ada di tangannya itu dengan tatapan yang sulit dipercaya. Tidak ada hadiah yang lain kah selain benda itu? Bukannya tidak bersyukur, tapi Cia masih bingung aja, sekian banyaknya benda yang ada di dunia ini, kenapa Ali malah memberikannya mainan untuk bocah lelaki.

Cia menaruh benda itu di atas kasur dan mengambil handphonenya, lalu mengetik nama seseorang disana. Sambil menunggu panggilan tersambung, Cia berjalan ke arah jendela kamarnya yang terbuka dan bertepatan dengan jendela kamar milik seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ali si pemilik kamar itu.

"Hal--"

"Maksud lo apa ngasih boneka wonder woman ke gue?" ucap Cia tiba-tiba saat panggilan sudah tersambung, memotong ucapan Ali yang baru saja menyapanya.

"Ohh ... jadi lo udah buka dong kado dari gue. Gimana? Suka?"

"Lo gak niat ya kasih gue hadiah? Kira-kira dong kalo mau ngasih gue hadiah. Masa mainan buat anak kecil lo kasih ke gue?"

"Marah-marah mulu daritadi. Pms ya lo? Dengerin dulu makanya. Lagian gue gak salah kok ngasih lo hadiah itu."

Cia masih menempelkan handphone di telinganya dengan tangan kiri yang menopang tangan kanan untuk menelepon. Di sebrang sana, Ali beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah jendela kamarnya. Seketika pandangan mereka saling bertemu dan saling berhadapan, namun dengan jarak yang berjauhan.

"Lo tau kan superhero wonder woman?" Ali berbicara di telfon, namun matanya menatap ke arah Cia. "Nah itu mirip sama lo. Walaupun dia perempuan, tapi dia tetep kuat dan gak gampang nangis kayak lo. Lo juga harus sama kayak wonder woman. Lo gak boleh lemah cuma karena keinget sama masa lalu lo. Lo itu harus move on sama masa lalu lo. Jangan nangis dan ngurung diri sendiri di kamar kayak tadi."

Cia tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan oleh Ali. Walaupun sedikit tidak nyambung dirinya disamakan dengan wonder woman, namun ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh cowok itu. Dia tidak boleh lemah, tidak boleh cengeng hanya karena teringat dengan masa lalunya. Dia harus move on dengan masa lalunya. Itu hanya masa lalunya yang tidak perlu diingat.

"Kayaknya lo tersentuh banget denger kata-kata gue?" Cia tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Ali. Dari tempatnya, Cia dapat melihat wajah songong Ali yang tengah menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum.

"Enggak! Kata siapa?"

"Buktinya lo senyum-senyum sendiri tadi." Cia membulatkan matanya tak santai, jadi daritadi Ali terus memperhatikannya? Sungguh! Dia benar-benar malu sekarang. Perasaan hangat tiba-tiba menjalar sampai ke pipinya.

"Enggak tuh!"

Tut.

Cia memutuskan sambungannya dan langsung menutup jendela kamarnya dan menyibak tirai jendelanya. Dia memegang pipinya yang terasa panas. Dasar Ali! Mengacaukan suasana saja.

Di sisi lain, Ali menatap handphonenya yang sudah berubah menjadi fotonya dengan foto Cia waktu mereka masih TK. Ali memang memakai wallpaper handphonenya dengan foto mereka berdua. Ali tersenyum mengingat masa-masa dulu saat bersama dengan Cia.

Bagaimana dirinya yang selalu menjahili Cia, selalu mengerjainya, selalu membuat Cia marah. Tapi, Ali sama sekali tidak merasa bersalah, justru itu menjadi hiburan tersendiri untuknya. Namun, Ali masih dibatas wajar saat melakukannya. Jika, Cia menangis gara-gara ulahnya, Ali selalu menenangkannya dan langsung minta maaf pada Cia.

*****

Tbc...

ALICIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang