Part 49. Benar-benar pergi

131 37 100
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Lima hari berturut-turut kini ujian akhir semester sudah selesai. Mereka hanya tinggal menunggu nilai keluar saja. Hari-hari mereka yang tadinya diisi oleh belajar, belajar, dan belajar kini sudah bisa terbebas dari buku-buku itu.

Malam ini adalah malam minggu. Ali mengajak Cia untuk jalan-jalan di sekitar taman dekat kompleknya. Taman yang sama yang pernah dikunjungi oleh Ali saat dia sedang marah, yang lalu disusul oleh Cia.

Ali hanya ingin memberitahu Cia pasal kepergiaannya ke LA.

Yaps! Ali sudah memutuskan untuk pergi bersama bundanya. Mereka pergi ke LA setelah Ali sudah libur sekolah.

"Kita ngapain di sini, Li?" tanya Cia setelah mereka berdua duduk di bangku taman. Keadaan disana sangat gelap dan sepi. Hanya ada satu buah lampu yang menerangi taman itu.

Ditambah cuaca yang dingin membuat Cia mengeratkan sweater yang ia pakai pada tubuhnya.

"Malmingan," jawab Ali cepat.

Cia terkekeh mendengar jawaban Ali. "Malmingan?" ulangnya. Ali mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Kenapa? Kok ketawa?" tanyanya.

Cia mengulum senyumnya berusaha menahan tawanya. "Enggak, gapapa. Lucu aja lo bilang gitu."

Keduanya sama-sama terdiam.

"Gue mau tanya sama lo, Ci," ujar Ali dengan nada serius. Cia yang mendengarnya langsung melunturkan senyumnya dan menatap Ali intens.

"Lo bener-bener pengen gue pergi jauh dari lo kan?"

Cia terhenyak mendengar pertanyaan Ali. Kenapa Ali tiba-tiba bertanya seperti itu? Iya, Cia memang ingin Ali pergi dari hidupnya. Tapi, itu dulu. Sekarang sudah berbeda.

"Iya, tapi itu dulu, Li. Sekarang udah enggak." Ali tertawa miris mendengar jawaban Cia.

"Kalo misalnya gue pergi, lo bakal gimana?" tanya Ali lagi.

Cia menggeleng pelan. "Maksudnya apa sih?" tanyanya tidak mengerti.

"Gue mau pergi, Ci."

"Pergi? Pergi ke mana?" tanya Cia mulai merasa tidak enak.

"Ke LA."

Cia menatap Ali intens. Membaca raut wajah Ali dan mencari kebohongan di sana. Seperti ada rasa sesak ketika Ali berbicara seperti itu. Apa benar, Ali pergi gara-gara dia tersinggung dengan ucapannya dulu?

Sedetik kemudian, Cia tertawa hambar. Berusaha mencairkan suasana yang sangat tegang. Namun dipendengaran Ali, tawaan itu sangat menyakitkan.

"Becandaan lo gak lucu tau gak," ujar Cia masih diselingi tawaan. "Ngapain juga lo ke LA? Rumah lo kan di sini. Kehidupan lo, sekolah, temen-temen. Becandaan lo gak masuk akal," papar Cia masih dalam keadaan tertawa, tapi tidak tau kenapa sudut mata Cia mengeluarkan sesuatu.

Ali mengubah posisinya menghadap Cia. "Gue ke LA karena mau ikut bunda, Ci. Bunda ada kerjaan di sana. Makanya gue harus ikut. Gue gak tega biarin bunda pergi sendirian ke sana," jelasnya.

Cia menghentikan tawanya dan menatap mata Ali. "Ternyata lo gak bohong, Li." Cia menetralkan suaranya yang terdengar sedikit serak. "Permintaan gue terkabul ya. Gue minta lo pergi, dan sekarang kejadian. Lo bener-bener pergi," ujarnya sambil tertawa miris.

Ali menangkup wajah Cia, lalu mengusap pipinya dengan ibu jarinya saat cairan bening itu turun semakin deras.

"Gue gak pergi selamanya kok, Ci. Gue cuma sebulan di sana. Gue janji bakal balik lagi ke sini."

Ali langsung memeluk Cia, mendekapnya erat ketika tangis Cia semakin menjadi-jadi. Ali tidak tau kenapa Cia sesedih itu mendengar kepergiannya ke LA.

*****

"Jadi, lo kapan pergi ke LA nya?" tanya Cia sambil melirik Ali yang ada di sampingnya. Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan untuk pulang ke rumah.

"Kalo sekolah udah libur, mungkin lusa nanti." Cia membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut. "Enak ya libur sekolah ke luar negeri," ucap Cia pelan.

"Terus gimana sama rencananya?" tanya Cia mengingat rencana Ali yang ingin mempertemukan Anna dengan Anton.

Ali menghentikan langkahnya ketika hampir lupa dengan hal itu. Melihat Ali berhenti, Cia pun ikut berhenti.

"Lo masih mau bantuin gue kan?"

Cia mengangguk. "Kenapa enggak?"

"Nanti lo ikut gue ke bandara ya, Ci. Sekalian lo bilang ke ayah gue, dia juga harus pergi ke bandara buat nemuin bunda." Cia mengangguk mengiyakan rencana Ali. Mungkin ini yang bisa Cia bantu, untuk terakhir kalinya sebelum Ali pergi ke LA.

Ali menatap Cia intens, lalu memegang kedua bahunya. "Gue punya satu permintaan lagi, Ci." Cia hanya diam menunggu ucapan selanjutnya dari Ali. Jujur saja, ditatap seperti itu oleh Ali, membuat Cia susah payah menahan napasnya.

"Lo masih inget waktu di Dufan, yang lo nantang gue naik wahana dan kalo gue berhasil, lo bakal kasih gue satu permintaan."

Cia memutar otaknya kembali. Sesaat kemudian, Cia mengangguk ketika sudah mengingatnya.

"Gue belum pake permintaan lo itu kan? Gue mau pake sekarang." Ali menjeda kalimatnya sebelum mengatakan keinginannya pada Cia. "Permintaan gue, tungguin gue sampai gue balik dari LA ya, Ci. Gue bakal nemuin lo dan kasih sesuatu yang spesial buat lo."

*****

Tbc...


Mulai tercium bau-bau end nih:v

Mungkin beberapa part lagi cerita ALICIA bakal tamat.

Sedih gak? Sedih gak? Enggak lah, masa sedih:v

Kalian tim sad ending atau happy ending?

Tim sad ending, komen disini👈

Tim happy ending, komen disini👈

Okeeyy see you👋💞

ALICIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang