Part 28. Dihukum

101 41 28
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Cia keluar dari minimarket setelah membeli camilan yang diinginkannya. Tiba-tiba saja moodnya jadi ingin makan makanan yang manis-manis. Jadilah dia pergi ke minimarket untuk membeli beberapa camilan seperti cokelat, susu, makanan ringan, dan beberapa camilan lainnya.

"Cia?" Cia menoleh saat seseorang menyapanya. Dia tersenyum simpul menatap Rora yang ada di depannya. "Eh Ra," balas Cia singkat.

"Lo disini juga?" tanya Rora. Cia mengangguk. "Iya, gue abis dari minimarket," jawabnya sambil menunjukkan belanjaannya.

"Lo sendiri?" tanya Cia balik.

"Ohh ... Gue abis ketemuan sama sepupu gue tadi," jawab Rora dan diangguki oleh Cia sambil ber'oh' ria. Setelah itu, mereka pun saling terdiam sampai beberapa detik.

Sejujurnya, Rora masih canggung dan merasa tidak enak dengan Cia tentang pertanyaannya waktu itu. Rora menggaruk tengkuk lehernya salah tingkah. Bingung harus memulai dari mana untuk bicara dan meminta maaf pada Cia tentang hal itu.

"Hmm Cia. Gue ... mau minta maaf soal pertanyaan gue tadi pagi. Gue bener-bener gak bermaksud bikin lo tersinggung dan sedih. Gue ... minta maaf ya?"

Cia menatap Rora yang sepertinya benar-benar tulus meminta maaf padanya. Awalnya Cia sedikit merasa kesal saat tau Rora memegang rahasianya. Tapi, setelah tau Rora benar-benar tulus minta maaf, Cia jadi merasa tidak enak.

Cia maju selangkah lalu memyentuh pundak Rora dan tersenyum. "Awalnya sih gue sedih dicampur kesel waktu lo tau rahasia terbesar gue."

"Tuh kan. Maaf ya Cia gue gak bermaksud bikin lo sedih. Pliss jangan marah sama gue." Cia terkekeh saat tiba-tiba Rora memegang tangannya sambil berbicara dengan cepat. Rora mengira Cia marah padanya. Padahal Cia belum selesai berbicara, tapi sudah dipotong terlebih dahulu oleh Rora.

"Gue belum selesai ngomong Ra," ujar Cia sembari menahan tawanya karena lucu melihat raut wajah Rora yang sangat merasa bersalah. Rora pun menurunkan tangannya lalu menggaruk lehernya salah tingkah.

"Gue udah lupain itu kok. Karena ada seseorang ngingetin gue untuk jadi cewek yang kuat," lanjut Cia dalam hati sambil senyum-senyum dan membuat Rora bingung melihat tingkah Cia yang tiba-tiba seperti itu.

"Lagian lo pasti tau dari seseorang kan, gak mungkin lo tiba-tiba tau tentang masa lalu gue," ujar Cia menebak. Dia memang curiga saat Rora tiba-tiba saja tau tentang rahasianya. Padahal kejadian itu waktu dia masih kelas 1 SMP dan yang tau hanya orangtuanya, Ali, dan ... teman sekelasnya. Eh, satu sekolahan lebih tepatnya. Tidak tau kenapa berita dirinya yang diculik langsung tersebar begitu saja ke sekolahannya.

"Iya Cia. Gue tau dari seseorang. Temen kecil lo sendiri. Keira. Dia yang cerita tentang rahasia lo ke gue sama ke Manda juga." Sudah Cia duga. Siapa lagi kalau bukan Keira yang menyebarkan rahasia itu. Secara dia satu kelas saat itu. Dengan Ali juga. Tapi, mana mungkin Ali yang melakukannya.

"Thanks ya udah ngasih tau gue. Kalo gitu, gue pulang dulu ya, takut kemaleman pas sampe rumah." Rora mengangguk mengiyakan. Setelah itu mereka berpisah, pergi ke tujuannya masing-masing. Cia melihat Rora yang masuk ke dalam minimarket tempat ia membeli camilan tadi.

*****

Keesokan harinya, Ali kembali bersekolah seperti biasanya. Senyum manisnya terus terukir di bibirnya sampai memperlihatkan lesung pipinya yang sangat dalam. Hari ini moodnya benar- benar sedang bagus. Karena bundanya hari ini pulang setelah perjalanan bisnis dari Bandung.

Namun, bukan Anna sih yang Ali tunggu. Tapi, oleh-oleh yang dia minta pada bundanya untuk dirinya dan juga untuk Cia. Ck ... ck ... ck Dasar Ali!

Begitupun dengan Cia. Suasana hatinya sedang bagus kali ini, tidak seperti hari-harinya yang dulu. Tidak tau karena apa? Mungkin karena dia sudah berubah menjadi wonder woman?

Author: Apaansi ... (plak)

Abaikan yang di atas:)

Memang kebetulan atau tidak, Ali dan Cia tiba di sekolah secara bersamaan. Ali yang sampai di sekolah dengan motornya langsung menuju parkiran untuk memarkirkan motornya. Sedangkan Cia yang baru saja memasuki gerbang sekolah langsung berpapasan dengan Ali.

"Pagi Cia ...," sapa Ali tak lupa dengan senyumnya. Cia pun membalas senyuman Ali.

"Pagi juga cowok nyebelin," balas Cia. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah menjadi datar. Ali terkekeh melihatnya. Setelah itu, mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas. Selama perjalanan menuju kelas, mereka tak saling berbicara. Mungkin mereka bingung apa yang ingin dibicarakan.

Setelah sampai di depan pintu kelas, mereka berdua langsung masuk secara bersamaan. Membuat mereka terhimpit di tengah-tengah pintu. Cia menatap tajam Ali memberi kode supaya Ali menyingkir dari pintu dan membiarkan Cia masuk terlebih dahulu. Namun yang ditatap malah mengerutkan keningnya, tidak mengerti.

"Awas gue duluan!" ujar Cia dengan mendorong-dorong tubuh Ali supaya menyingkir dari pintu.

"Enggak, enak aja. Gue duluan!" balas Ali tak mau mengalah.

"Eh dimana-mana cewek duluan, dan cowok itu harus ngalah sama cewek!"

"Itu gak berlaku buat gue. Pokoknya gue duluan yang masuk!"

"Enggak! Orang tadi gue duluan yang masuk!" ujar Cia tak mau kalah.

"Gue duluan!"

"Lo jadi cowok gak peka banget si! Gue duluan gak?"

"Enggak!"

Perdebatan antara Ali dan Cia pun tak luput dari pandangan semua orang yang berada di dalam kelas. Bukannya meleraikan, mereka semua malah asik menonton drama perebutan masuk kelas itu. Mereka seperti terhibur dengan tontonan yang ada di depannya.

"EKHEMM!"

Saat sedang sibuk memperebutkan siapa duluan yang akan masuk. Mereka terkejut oleh suara deheman itu. Begitupun dengan semua orang yang ada di dalam kelas. Tidak mau terkena imbasnya, mereka semua langsung terdiam, pura-pura membuka buku pelajarannya.

Kedua sejoli itu langsung berbalik dan menatap Pak Wahyu dengan memasang tampang watadosnya. Mereka berdua menyengir saat ditatap tajam oleh Pak Wahyu.

"Eh bapak? Udah lama pak disini?" tanya Ali dengan tampang polosnya. Cia merutuki pertanyaan Ali yang benar-benar bodoh. Jika saja tidak ada Pak Wahyu, sudah pasti dia akan memukul wajah Ali dengan sepatunya. Eh jangan deng, kasian. Batin Cia.

"Apa perlu bapak jawab pertanyaan kamu itu?" tanya balik Pak Wahyu penuh penekanan. Ali menyengir sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalian tidak dengar bel masuk sudah berbunyi?"

"Eh denger kok Pak, ini juga kita mau masuk." Kali ini Cia yang menjawab pertanyaan Pak Wahyu. Daripada mendapat hukuman, Ali mengangguk saja mengiyakan ucapan Cia.

Setelah itu mereka langsung berbalik untuk masuk ke dalam kelas. Tapi lagi-lagi, mereka menyumbat pintu dengan tubuh mereka berdua.

Cia menghela napasnya lalu melirik Ali dengan tatapan sinis. "Gue duluan," ujar Cia dengan berbisik. Agar tidak terdengar oleh Pak Wahyu.

"Enggak, gue duluan." Lagi-lagi Ali tidak mau mengalah.

"Lo mau dihukum sama Pak Wahyu?" Ali menggeleng pelan. "Makanya lo ngalah, biar gue duluan yang masuk."

"Kenapa enggak lo aja yang ngalah?" tanya Ali membalikkan ucapan Cia.

"KALIAN! BAPAK HUKUM BERSIHKAN TOILET! SEKARANG!"

*****

Tbc...


Wayoloh. Makanya jangan perebutan pintu, jadinya kan dihukum😂

Akhirnya bisa Double Up juga😁

ALICIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang