Part 45. Kembali sehat

107 35 117
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Seorang laki-laki yang sedang terbaring di atas brankar perlahan membuka matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

Ali melihat ke sekeliling. Suasana yang pertama kali dilihatnya adalah ruangan yang serba putih dengan harum khas rumah sakit.

Ali meringis ketika merasakan sakit di lengan kanannya. Saat dilihat ternyata lengannya sudah diperban dan dipakaikan alat penyangga.

Saat ingin beranjak dari tidurnya, Ali merasa selimut yang dipakainya terasa berat. Saat menoleh, dia mendapati seorang perempuan yang tengah tertidur dengan posisi kepala yang menghadapnya.

Ali terdiam memandangi wajah Cia yang tengah tertidur dengan tenang.

Tangan kiri Ali yang diinfus bergerak untuk mengusap pelan rambut Cia. Sadar akan usapan lembut di kepalanya, Cia terbangun dan langsung beranjak dari duduknya ketika melihat Ali sudah bangun dari tidur panjangnya.

 Sadar akan usapan lembut di kepalanya, Cia terbangun dan langsung beranjak dari duduknya ketika melihat Ali sudah bangun dari tidur panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ali!" pekiknya senang dan tak sengaja menyenggol tangan kanan Ali yang baru saja dioperasi. "Akh!" ringis Ali. Akibat kecelakaan itu, Ali harus menjalani operasi karena patah tulang di lengan kanannya yang sangat parah.

Cia yang merasa bersalah pun langsung sedikit menjauh dari Ali dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf Ali maaf," lirihnya dengan cepat. Sumpah demi apapun, Cia tidak sengaja membuat Ali kesakitan.

Ali segera meraih tangan Cia agar gadis itu kembali mendekat padanya. Cia pun menurut dan kembali duduk di sana dengan tangan yang masih digenggam oleh Ali.

Mereka berdua bungkam selama beberapa detik, sampai akhirnya Cia yang lebih dulu membuka suaranya.

"Ali, maaf soal yang kemarin," ucapnya pelan sambil menunduk dalam. Teringat dengan hal itu, Ali langsung menurunkan tangannya dan menolehkan kepalanya ke samping agar tidak bertatapan dengan Cia.

Cia menatap nanar tangannya saat Ali melepaskan genggamannya. Lalu mendongak menatap Ali. "Ali," panggilnya dengan pelan. Cia takut jika Ali masih marah padanya. "Gue-"

"Suruh bunda ke sini." Ali memotong ucapan Cia dan secara tidak langsung menyuruh Cia untuk pergi.

Cia berusaha untuk tidak menangis di hadapan Ali. Sungguh, kata-kata Ali sangat menyakitkan baginya.

Cia beranjak dari duduknya dan sebelum bergegas keluar ruangan, Cia mengatakan sesuatu pada Ali. "Cepet sembuh, Li."

*****

"Tante, Ali udah sadar. Katanya Ali mau ketemu," ujar Cia setelah dia keluar dari ruangan Ali dan menghampiri Anna.

Tentu saja Anna yang mendengarnya sangat senang, tapi melihat raut wajah Cia yang sepertinya sedang menahan nangis, membuat Anna bingung.

"Ali udah sadar, tapi kok muka kamu sedih gitu? Gak seneng kalo Ali udah sadar? Apa jangan-jangan Ali yang udah bikin kamu kayak gini?"

Cia menggeleng dengan cepat.  "Enggak kok, Tan. Cia seneng Ali udah sadar. Ali juga gak ngapa-ngapain Cia, kan Ali lagi sakit. Cia cuma seneng aja kalo Ali udah sadar."

"Oh gitu. Ya udah kalo gitu Tante masuk dulu, ya. Oh ya, tadi mamah kamu bilang katanya lagi di jalan mau ke sini. Nanti kamu tunggu di depan aja, ya? Takutnya mamah kamu gak tau kamar Ali yang mana."

Cia mengangguk. "Iya, Tan."

*****

"Pak, roti bakarnya sama es teh manisnya satu, ya," ujar Cia pada penjual yang ada di kantin rumah sakit. Karena sibuk menjaga Ali, Cia jadi lupa untuk mengisi perutnya. Walaupun kemarin dia sudah makan roti pemberian dari Anna, tapi Cia kembali lapar sekarang.

Sambil menunggu pesanannya, Cia duduk di kursi yang ada di sana. Pandangannya ia alihkan ke sembarang arah. Sampai akhirnya, pandangannya berhenti tepat pada seseorang yang sedang duduk di kursi roda yang tak jauh di depannya.

Saat orang itu membalikkan kursi rodanya yang sempat duduk membelakanginya, Cia terkejut ketika melihat orang itu adalah Ali.

Tapi, kenapa Ali bisa ada di sana? Cia celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Anna. Mungkin saja Ali di sini bersama bundanya. Tapi, Cia tidak melihat siapapun. Hanya ada dirinya dan juga Ali yang sedang berada di kantin.

Cia langsung beranjak dari duduknya dan ingin menghampiri Ali yang ingin pergi keluar kantin. Tapi, suara penjual yang memanggilnya membuat langkah Cia terhenti.

"Ini Mbak pesanannya udah jadi," ujarnya sambil menyerahkan pesanan Cia. Cia pun terpaksa mengalihkan pandangannya dan segera membayar makanan itu.

Saat Cia ingin kembali mengikuti Ali, tapi cowok itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya. Cia pun segera pergi keluar kantin.

*****

"Kayaknya Cia seneng banget waktu kamu udah sadar. Sampai hampir mau nangis tadi," ujar Anna sambil mengupas buah jeruk untuk Ali.

"Nangis?" tanya Ali bingung.

"Iyaa tadi Cia kayak mau nangis gitu. Tapi, Cia bilang katanya dia seneng karena kamu udah bangun. Kamu tau gak, pas kamu lagi dioperasi sampai beberapa hari gak bangun, Cia gak berhenti buat jagain kamu di sini. Sampai dia rela gak makan karena mau jagain kamu sampai kamu bangun."

"Sampai segitunya, Bun?" tanya Ali masih tak percaya dengan cerita Bundanya. Sedangkan Anna kurang puas dengan respon Ali yang seperti itu.

"Itu artinya Cia khawatir sama kamu, dan harusnya kamu bilang terimakasih sama Cia."

"Tapi, Bun. Ali kan gak minta Cia buat jagain Ali. Dia sendiri kan yang mau," balas Ali dengan nada cuek.

Anna mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ucapan Ali. "Kok ngomongnya gitu sih?" tanyanya tak habis pikir. "Gak biasanya. Kalian berantem lagi, ya?" lanjutnya menebak.

"Emang ada masalah apa sih sampai kalian berantem lagi? Bukannya kalian udah baikan?"

Alih-alih menjawab, Ali malah mengubah posisinya menjadi berbaring, lalu menaikkan selimutnya sampai menutupi kepala dengan posisi membelakangi Anna.

"Udah ah, daritadi ngomongin Cia mulu. Ali mau istirahat," pungkas Ali.

"Ya udah kalo Ali mau istirahat. Bunda keluar, ya? Nanti kalo ada apa-apa bilang," ujar Anna sambil merapihkan kulit buah yang tadi dikupasnya lalu menaruhnya di atas meja.

Sebelum keluar, Anna mengecup puncak kepala Ali terlebih dahulu. "Selamat istirahat," ucapnya. Ali hanya menjawab dengan deheman saja.

*****

Tbc...

Gimana puasanya? Lancar?

ALICIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang