Beberapa hari setelah pertengkaran hebat antara Farhan dan Ria, kini tidak ada yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Ria mengatakan tidak apa dia dan Farhan tidur bersama, setidak nya demi Farel. Atau pun saat Farhan menginginkannya, Ria juga akan melayani. Namun, untuk kehidupan di luar itu, Ria ingin kebebasan. Hubungan mereka hanya di atas ranjang, selebihnya mereka akan menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Ria lelah kalau terus-terusan menggunakan perasannya. Nyatanya, Farhan memang tipe laki-laki yang tidak kurang dengan satu wanita. Dora pergi ada Aulia, kalau Aulia pergi, sudah pasti akan ada wanita lain.
Ria berbaing meringkuk membelakangi Farhan dan Farel. Tangan Farel terulur untuk memeluk tubuh mamanya dengan erat. Farel sedih mamanya tidak sehangat sebelumnya. Mamanya hanya akan bicara seperlunya.
"Mama, Farel sayang banget sama mama," ucap Farel mengelus lengan mamanya.
"Farel juga tidak nangisan lagi. Kalau mama gak percaya, mama tanya sama Rex sama Azka. Pasti mereka akan bilang kalau Farel gak nangisan," tambah bocah itu lagi.
"Farel, biarkan mama istirahat. Sini, kamu peluk papa aja," ucap Farhan menarik tangan anaknya.
Ria membalikkan tubuhnya, tangannya merengkuh erat tubuh Farel. Farel yang mendapat pelukan dari mamanya langsung tersenyum girang.
"Mama juga sayang sama Farel. Buktinya mama tetap di sini sama Farel," jawab Ria mengelus lembut rambut anaknya. Farhan membalikkan tubuhnya membelakangi anak dan istrinya. Farhan tidak kuasa menahan air matanya saat mengingat serentetan kalimat memilukan dari istrinya tempo lalu.
Semua kesalahan Farhan, Farhan menyadari itu. Saat melihat Ria, Farhan makin merasa bersalah. Kini, apa yang bisa dia lakukan untuk mengembalikan semuanya? Tidak ada. Farhan hanya bisa pasrah sembari berharap suatu saat nanti Ria akan memaafkannya dan mau memulai hubungan mereka dari awal. Syukur-yukur kalau ada keajaiban Ria bisa hamil. Rahim Ria tidak diangkat, hanya saja sudah rusak karena overdosis obat. Sampai saat ini pun, Ria masih pendarahan walau tidak sederas biasanya.
"Mama aku sekolahnya kapan?" tanya Farel menoel-noel pipi mamanya.
"Kalau usia Farel sudah enam tahun. Nanti mama sekoahkan, sama Rex dan Azka juga sekolah kalau umur mereka udah enam tahun," jawab Ria.
"Asyikk, nanti belikan tas sama sepatu ya, Ma. Tapi uangnya nanti aku minta ke papa."
Ria mengangguk, jujur saat ini Ria tidak fokus diajak bicara anaknya. Fokus Ria terbagi oleh keadaan ayahnya yang saat ini sakit dan dirawat di Puskesmas. Diam-diam, usaha ibu dan ayahnya bangkrut. Ekonomi orang tua Ria merosot, ayahnya tidak bisa dirawat di rumah sakit karena kendala biaya. Tadi pagi, Ria sudah memberikan sisa tabungannya untuk orang tuanya, tapi dia tidak serta merta bisa jenak. Dia tetap khawatir kalau ayahnya kenapa-napa. Orang sakit sudah susah, apalagi kalau tidak ada uang, auto tambah susah. Dan saat ini pun, toko Ria juga sepi. Masalah seolah datang bertubi-tubi menghampiri Ria. Sedangkan mau pakai uang suaminya, juga tidak mungkin. Gaji sebagai Dokter juga tidak sebanyak yang orang-orang kira. Walau masih sisa saat setelah dibelikan kebutuhan pokok, tapi Ria selalu menyisihkannya untuk keperluan Farel dan keperluan mendesak lainnya. Apa lagi, belum rokok Farhan. Jangan kira profesi Farhan yang merupakan Dokter, dia tidak merokok. Farhan masih merokok walau hanya pas suntuk saja.
Keesokan paginya, Ria memasak untuk anak dan suaminya. Wajah perempuan itu selalu pucat karena darah yang terus keluar. Farhan sudah memaksa Ria untuk ke rumah sakit, tapi Ria menolak. Karena rencananya hari ini, Ria akan merajut beberapa baju untuk dipajang di tokonya. Baju yang lagi ngetrend beberapa hari ini adalah rajut overzize. Ria berharap dagangannya laku agar uanganya bisa diberikan pada ibunya. Walau Ria sudah menikah, bakti kepada orang tuanya tidak Ria tinggalkan.
"Ria, aku tensi dulu, ya. Aku gak jenak kalau ninggalin kamu kerja dalam keadaan pucat begini. Nanti sekalian aku belikan obat jalan," ucap Farhan.
"Iya, nanti setelah sarapan aja. tadi barang-barangmu yang akan kamu bawa udah aku siapkan, tapi cek lagi siapa tau ada yang belum masuk," jawab Ria.
Farhan mengangguk. Walau istrinya masih dalam mode dingin, Ria tidak pernah absen memperhatikan barang-barang bawaannya. Ria hanya tidak peduli bila teman cewek Farhan datang. Ria juga membebaskan Farhan keluar sampai tidak pulang sekali pun. Namun, ada yang membuat Ria tidak rela, yaitu saat Farel dekat dengan perempuan lain. Pasti akan berujung Ria yang menangis.
"Farel, mama suapin, ya!" ucap Ria mengambilkan menu makan untuk anaknya.
"Gak usah, Ma. Aku bisa mandiri, kok. Makan sendiri biar cepet gede," jawab Farel. Ria jadi merasa bersalah pada bocah itu. Sejak kejadian dia marah-marah, Farel selalu memaksakan diri untuk bisa segalanya. Alasannya cuma satu, takut mamanya pergi karena dia terlalu manja.
"Mama ingin nyuapin kamu, masak kamu gak mau?" tanya Ria sedih.
"Yaudah, Ma. Ini suapin!" ujar Farel menyodorkan sendok yang sudah dia bawa. Farel tidak suka melihat wajah mamanya bersedih. Di hati kecil bocah itu punya tekad untuk tidak membuat mamanya marah, bersedih, bahkan menangis. Farel akan berupaya membuat mamanya terus tersenyum.
Ria menyuapi Farel dengan telaten, kadangkala Farel juga berceloteh menceritakan apa pun yang menarik minat anak itu. Ria mengusap bibir Farel yang belepotan karena mulut yang penuh makanan dibuat ngomong.
"Andai di antara kita ada anak satu lagi yang dari rahimmu, Ria, pasti kebahagiaamu lebih lengkap," batin Farhan mencengkram pinggiran meja dengan erat.
Ting tong!
Suara bel rumah membuat ketiga orang menoleh. Farhan beranjak, ia yang akan membukakan pintu. Namun, alangkah terkejutnya saat yang datang lagi-lagi Aulia. Sejak Aulia tau rumahnya, gadis itu sering berkunjung tidak tau waktu. Farhan menatap penampilan Aulia dari atas sampai bawah. gadis itu sudah memakai seragam rumah sakit.
"Ada apa?" tanya Farhan setelah berdehem.
"Mau membawakan Farel brownis, ini," ucap Aulia menunjukkan bungkusan yang dia tenteng.
"Makasih," jawab Farhan ingin mengambil bungkusan itu.
"Eitsss, aku masuk dulu." Aulia menjauhkan brownis agar tidak diambil Farhan. Dengan tidak tau malunya, gadis itu masuk ke rumah tanpa dipersilahkan.
"Farel!" teriak Aulia memanggil Farel. Langkah Aulia menuju dapur.
"Tante, Aul," panggil Farel langsung turun dari kursinya. Farel antusias saat Aulia datang, karena Aulia juga bisa menarik hati bocah itu.
"Oh ada Mbak Ria. Ini, Mbak. Aku bawain Farel brownis," ucap Aulia.
"Iya, makasih," jawab Ria melanjutkan makannya dengan makanan Farel. Kalau sudah bersama Aulia, Farel akan melupakan Ria.
"Ria, sini yuk aku tensi dulu!" ucap Farhan memegang tangan istrinya yang penuh dengan lecet. Mesin cuci di rumahnya rusak, membuat Ria harus mengucek. Dan naasnya, Ria tidak cocok dengan sabun yang dibeli, membuat kulit tangan Ria mengelupas.
"Tidak usah. Kamu lanjutkan sarapanmu, gih. Aku mau cuci alat-alat masak tadi," jawab Ria.
"Gak usah dicuci. Biar aku yang nyuci setelah kerja. Kamu istirahat aja, jangan kecapean!" Farhan berucap sembari menangkup wajah Ria. Melihat wajah Ria yang tidak ada senyum-senyumnya, membuat Farhan juga tidak tau mau berekspresi seperti apa.
"Boleh aku menciummu?" tanya Farhan. Ria tidak menjawab, tapi Farhan tetap nyosor mencium bibir pucatnya.
"Walau kamu masih diam begini, aku tidak akan menyerah meluluhkan hatimu," bisik Farhan setelah melepas ciuman bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Doctor (21+)
Любовные романыUntuk gadis penyuka para lelaki hot, akan sangat menguntungkan bila dijodohkan dengan Duda Hot yang berprofesi sebagai Dokter. Riandyni dengan blak-blakan mengatakan, dia menyukai pria yang panas dan kaya. Membuat Farhan Ferdian calon suaminya, ber...