Farhan tidur telentang dengan Ria yang ada di atasnya. Malam ini surga dunia karena Farel sedang tidur bersama neneknya. Farhan ingin lagi, tapi Ria menahannya. Ria tidak mau diajak main lagi juga demi kebaikan suaminya, kalau terus beronde-ronde kapan Farhan sembuhnya. Sedangkan Ria disuuh psikolog yang menangani Farhan, untuk memberikan rentang jarak berhubungan.
"Ah Ria, ini sangat menyiksa," rintih Farhan mencubit pipi Ria.
"Aku harus gimana, Farhan? Kan tadi udah aku bantu," keluh Ria yang ikut lelah dengan rintihan suaminya.
"Ria, jangan panggil nama dong. Gak sopan sama suami!" ujar Farhan.
"Lah kan, banyak maunya makin hari," dumel Ria.
"Bukan banyak mauanya gitu. Aku kan cuma minta buat jangan panggil nama doang, kesannya gak sopan."
"Panggil Mas? Lidahku gatal pakai panggilan itu." Ria tergelak ngakak.
"Panggil Sayang aja, deh. Atau bunny, honey, baby similikiti."
"Kan kan, making ngelunjak."
"Gak apa-apa, ngelunjaknya sama istri sendiri," ucap Farhan membalikkan tubuh Ria agar Ria yang di bawah.
"Mas, gak boleh lagi!" cegah Ria yang mulai menggunakan panggilan Mas.
"Satu kali aja, aku janji setelah ini gak minta lagi," ucap Farhan memelas.
"Satu kali versi kamu, tambahnya empat kali. Sampai lecet tau gak anuku," dumel Ria.
"Ya nanti aku belikan obat. Please ya, please!" Farhan terus merengek sambil mendusel-duselkan kepalnya di ceruk leher Ria. Menyisahkan bekas ciuman di sana. Ria melengguh sebentar.
"Kamu juga menikmati, kan. Ayoklah kita sama-sama untung." Farhan tidak lelah merayu istrinya. Sebenarnya kalau mau memaksa, Farhan juga bisa. Namun, dia tidak mau mencari kesalahan lagi dengan istrinya yang sudah mulai membaik.
"Janji satu kali lagi, ya? Kalau ingkar janji, besok gak ada lagi!" ancam Ria. Seolah mendapat jackpot, Farhan pun langsung menyingkap lagi baju tidur istrinya.
Kegiatan panas Ria dan Farhan sangat mengasyikkan sehingga mereka tidak memikirkan Farel yang sudah tidur atau belum di kamar sebelah.,
Farel terus merengek pada neneknya agar diantar ke kamar mama papanya, tapi neneknya malah marah-marah dan menyuruh Farel tidur dengan tenang.
"Kenapa aku gak boleh sama mama, Nek?" tanya Farel menggoyangkan lengan nenek nya.
"Kamu mau adik atau tidak? Kalau mau ya sudah kamu diam!" ucap Solimah ngegas.
"Nenek ih suka kayak papa, sering ngegas," ucap Farel.
"Papa kamu itu anak nenek, ya jelas lah sama. Kamu sendiri juga suka ngegas," jawab Solimah sewot. Mau tidur saja Farel pakai acara merengek. Kalau sudah merengek, Farel sangat sulit diatasi.
"Kenapa aku gak seperti mama Ria aja yang gak suka ngegas, sih. Kenapa harus kayak papa," gerutu Farel menepuk-nepuk lengan neneknya.
"Ya karena kamu bukan anak mama Ria," jawab Solimah asal.
Farel terdiam, menatap neneknya dengan pandangan penuh tanya, "Kalau aku bukan anak mama, aku anak siapa, Nek?" tanya Farel membuat Solimah tersadar dengan ucapannya;
"Nek, aku anak siapa, Nek?" tanya Farel memaksa neneknya menjawab.
"Ya anak mama sama papa kamu lah, tadi nenek cuma becanda. Udah, ya. Kamu tidur, kalau gak tidur nanti digigit tuyul," ucap Solimah.
"Tapi kalau aku tidur terus mama pergi gimana?" tanya Farel takut.
"Gak akan pergi astaga Farel, phobia amat deh kamu!" kesal Solimah.
Karena takut neneknya tambah mengomel, Farel pun mencoba memejamkan matanya. Takut juga kalau dia disemprot neneknya.
Pagi harinya, Ria sudah diriwehkan karena Farel yang meminta gendong terus, badan anak itu sedikit anget sejak bangun tadi. Ria menggendong Farel di punggung sembari dia memasak.
"Ria, kamu duduk aja biar Ibu yang masak!" ucap Solimah.
"Gak apa-apa, Ibu. Farel biasa kayak gini," jawab Ria.
"Ria, kapan kamu kasih cucu buat ibu?" tanya Solimah yang membuat Ria yang tengah memotong cabe, langsung diam seketika.
"Ibu minta cucu sama Ria?" tanya Ria tidak percaya.
"Tentu saja, Ria. Ibu pngen cucu perempuan," jawab Solimah.
Ria diam, enggan menanggapi. Farel yang tidak tau apa-apa pun merasakan kenapa ibunya jadi diam membisu. Farel sebenarnya tidak enak meminta gendong saat mamanya memasak, tapi dia sangat ingin bersama mamanya.
"Ibu!" panggil Farhan membuat Solimah menoleh.
"Ya, Farhan," jawab Solimah. Farhan menyeret ibunya untuk keluar dari dapur.
"Ibu gak lupa kan kalau aku yang menyebabkan Ria tidak bisa hamil?" tanya Farhan membuat Solimah memalingkan wajahnya.
"Ibu. Sudah syukur Ria masih mau sama aku dan Farel, gak seharusnya ibu menuntut apa-apa lagi dengan Ria," ucap Farhan.
"Tapi kalau bukan Ria yang bisa hamil anak kamu, lalu siapa lagi?"
Farhan mengusap rambutnya kesal, kenapa ibunya jadi bertingkah seperti ibu mertua yang jahat seperti ini.
"Jangan permasalahkan anak, Bu. Kalau ada rejeki, pasti kami punya anak lagi," tandas Farhan kembali ke dapur.Farhan mengambil alih anaknya yang berada di gendongan Ria. Kasihan istrinya kalau terus-terusan menggendong anaknya yang rewel. Namun, saat Farhan menggedong Farel, Farel langsung berontak tidak mau. Farel hanya mau sama mamanya.
"Farel kalau kamu rewel, nanti gak papa beliin mainan lagi. Kasihan mama itu masak harus gendong kamu," ucap Farhan dengan tegas. Walau menyebikkan bibirnya, Farel pun menurut.
"Mas, itu Farel demam, kamu bisa periksa dia sebentar sebelum kerja?" tanya Ria.
"Farel hanya kecapean, Ria. Nanti aku bawakan vitamin, kamu gak usah ke toko dulu. gambar aja di rumah," jawab Farhan.
"Iya, Mas." jawab Ria. Dalam hati Ria terkekeh geli. Ria merasa ngakak dengan panggilan barunya. Dan sekarang dia merasa menjadi istri yang sangat patuh dengan suaminya, padahal sebelumnya dia sangat berani dengan Farhan. Kalau dia terus-terusan membangkang, auto kualat.
"Iya, Ria. Kamu jangan kelelahan, biar bisa cepat punya anak. Nanti ibu carikan program hamil yang cocok untuk kamu," ucap Solimah.
"Ibu, yang dokter itu aku atau ibu? Kenapa ibu sok tau begitu?" cecar Farhan.
"Ibu itu wanita, dulu ibu miliki kamu juga lima tahun setelah menikah dan ibu jadi gunjingan sana-sini. Ibu gak mau kalau Ria mengalami hal yang sama," cerca Solimah.
"Bukan begitu, Bu. Ibu tau-"
"Iya, ibu tau kalau penyebab Ria tidak bisa hamil itu kamu. Tapi selagi rahimnya belum diangkat, Ria masih punya kesempatan untuk hamil. Asal mau usaha dan ikhtiar, ibu yakin kalau Ria hamil," omel Solimah.Mata Ria meremang, hatinya pun ikut meradang. Kan, kehidupan tidak akan lepas dari permasalahan. Yang satu belum selesai, timbul masalah lagi. Kapan akan berakhir masalahnya? Ria kira tidak pernah habis, tinggal bagaimana kita menyikapi saja.
"Ria, jangan dengarkan ucapan Ibu. Maklum aja, faktor U," bisik Farhan pada Ria. Ria terkekeh pelan, mulai mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Suapin ya, Sayang!" titah Farhan mencubit bokong Ria. Ria mengaduh kecil dan menatap suaminya bersungut-sungut.
"Iya kamu duduk dulu. Nanti capek kalau terus berdiri gendong Farel begitu," ucap Ria. Farhan mendudukkan dirinya.
Ria menyuapi Farhan dengan masakan yang tadi dia masak. Farhan yang diperhatikan istrinya pun, tak lupa modus yang terus dia junjung. Kadang Farhan akan mencubit bokong istrinya atau mencubit bagian yang lain yang jelas membuat Ria terangsang. Padahal kalau Ria sudah terangsang, pasti Farhan akan pergi bekerja.
"Enak ya jadi cowok, kalau cowok minta, cewek gak boleh nolak. Kalau cewek minta, cowok boleh nolak," sinis Ria.
Solimah yang melihat kemesraan live, hanya bisa meratapi nasibnya yang saat ini LDR-an.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Doctor (21+)
عاطفيةUntuk gadis penyuka para lelaki hot, akan sangat menguntungkan bila dijodohkan dengan Duda Hot yang berprofesi sebagai Dokter. Riandyni dengan blak-blakan mengatakan, dia menyukai pria yang panas dan kaya. Membuat Farhan Ferdian calon suaminya, ber...