58. Goyangan

3.2K 36 0
                                    

Farhan mengajak anak dan istrinya mencari makan siang saat jam sudah menunjukkan pukul dua belas. Tadi, mereka menghabiskan waktu untuk main ke beberapa tempat. Sekarang mereka tengah ada di kedai nasi kebuli. Ria menyuapi Farel yang tengah menahan kantuknya. Sejak dalam perjalanan mencari makan, beberapa kali Farel tampak akan nyungsep di gendongan Ria karena kantuk yang terasa sangat berat.

"Farel makan dulu, nanti baru tidur," ucap Ria menepuk pipi Farel. Menyadarkan Farel dari tidur sejenak.

"Ma, mau tidur," rengek Farel. Farel sungguh kesal dengan mamanya. Dia sudah ngantuk tapi tetap disuruh makan. Malahan papanya ikut mengompori. Kalau tidak mau membuka mulut, mamanya gak akan menyuapi dengan sendok tapi dengan sekop.

"Nanti kalau sudah kenyang, tidurnya bakal lelap," ucap Farhan terkekeh. Sembari makan, anaknya juga sudah ngeces.

"Ayo dikunyah makanya, jangan diemut mulu!" Ria menegur anaknya saat makanannya terus diemut. Kalau ngantuk, Farel sangat rewel. Farel mencoba mengunyah makanannya dengan cepat agar segar terbebas dari penderitaan ini.

Setelah makan satu piring serta minum, Farel jatuh terlelap. Kini Ria dan Farhan tidak akan mengganggu anaknya lagi. Farhan sudah menyiapkan rencana setelah dia dan Ria selesai makan. Kalau Farel tidur dalam keadaan perut kenyang, sudah pasti akan nyenyak untuk beberapa jam ke depan.

"Ayo Ria, makannya dihabiskan!" titah Farhan. Ria mengangguk. Karena tadi pagi belum sempat sarapan, Ria memakan makanannya dengan lahap.

"Ria jangan kekenyangan, ntar muntah saat anu," ucap Farhan lirih. Ria menengokkan kepalanya. Merasa ambigu dengan ucapan suaminya.

"Maksudnya?"

"Ya pokoknya jangan makan sampai kekenyangan!"

"Mumpung enak," jawab Ria. Farhan mendumel dalam hati.

"Gak usah nambah!" tegur Farhan saat Ria akan minta nambah. Ria mendengus kesal, tadi disuruh makan, tapi sekarang gak boleh sampai kenyang.

Setelah makan, Farhan mengajak istrinya untuk menuju suatu tempat yang akan menjadi saksi bisu pergulatan panas mereka. Ria kembali memangku Farel. Karena sama seperti anaknya yang kekenyangan, Ria jadi mengantuk.

"Ria, jangan tidur!" tegur Farhan sembari mengusap rambutnya kasar kaarena frustasi melihat istrinya mengantuk.

Namun, Ria tetap saja mengantuk. Ria beberapa kali hampir terjedot kaca karena tidak bisa menjaga keseimbangan kepalanya yang berat. Farhan terus menegur istrinya. Mulai dari suara kalem sampai suara bentakan menggelegar.

"Ria, aku siram air nih kalau kamu terus ngantuk!" ancam Farhan.

"Apaan sih, Mas. Aku beneran ngantuk ini, istri ngantuk kok gak boleh," omel Ria.

"Bukan gak boleh, tapi ngantuknya harap dipending dulu!"

Ria mencoba menghilangkan kantuknya, tapi tetap saja matanya ingin merem. Bawaannya Ria ingin cepat sampai kasur. Membayangkan tubuhnya di tempat yang empuk membuat rasa kantuk Ria makin menjadi. Namun beberapa detik kemudian, mata Ria membulat seketika saat mobil suaminya berhenti di tempat parkir, Ria celingukan mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk di mana kah saat ini dia berada.

"Hotel?" tanya Ria kaget kepada suaminya.
"Makanya aku bilang tadi jangan kenyang-kenyang, biar waktu dianu gak muntah," ucap Farhan sangat lirih. Farhan mengambil alih anaknya, menyuruh Ria untuk ikut serta turun. Sebelum meninggalkan mobilnya, Farhan mengambil bucket mawar yang tadi pagi dia beli.

"Nih bunga untuk kamu. Kamu gak boleh ngantuk, karena akan ada siang yang panjang untuk kita lalui," ucap Farhan menyerahkan bunga dengan tidak romantis sama sekali.

Ria menatap garang suaminya. Suami model apa yang memberi bunga dengan cara seperti ini? Farhan memberi bunga atas dasar menyatakan cinta apa mengajaknya baku hantam. Kenapa tidak ada kesan romantis yang bisa membahagiakan sama sekali?

"Ayo masuk!" ajak Farhan merangkul pinggang istrinya.

Tadi Farhan sudah reservasi melalui online dan menyewa kamar dengan kelas nomor satu. Yang pasti Farhan tidak ingin kamar ecek-ecek untuk memadu cinta dengan istrinya. Saat sampai resepsionist, Farhan langsung diberi kunci berupa card.

"Haiyah malah ngowoh!" ucap Farhan mengagetkan istrinya yang sudah akan terpejam meski kakinya berjalan.

"Ngantuk banget. Kapan sampai kamarnya sih?" tanya Ria kesal.

"Naik lift dulu tiga lantai, baru sampai," jawab Farhan mencoba sabar. Awas aja kalau istrinya tidur pas sampai kasur, Farhan ambilkan air satu timba untuk menyiram istrinya agar terbangun.

Saat sampai kamar, dengan tergesa-gesa Ria melepas sendalnya dan melompat ke ranjang. Farhan menghela napasnya. Dia menidurkan anaknya di sofa bed yang luas, tak lupa farhan merogoh penutup mata bergambar kartun dan memakaikannya di mata anaknya. Juga headsfree tanpa lagu yang dia letakkan di telinga anaknya. Setelah itu, Pria satu anak itu menyelimuti anaknya dan membatasi dengan guling tinggi.

"Jangan bangun dulu sebelum papa puas. Kalau kamu berpihak pada papa, nanti uang merah akan papa sawerkan ke kamu," ucap Farhan. Setelah selesai dengan anaknya, Farhan menuju ranjang di mana istrinya tertidur.

"Ria bangun, aku gak mau merogoh kocek banyak untuk hal sia-sia seperti ini," ucap Farhan menggoyang lengan Ria.

"Ria, sewa hotel ini mahal loh. Masa cuma tidur aja gak ada yang enak-enakan?" Farhan merengek menggoyangkan lengan Ria.

"Mas, aku capek banget, beneran!" jawab Ria.

"Nanti ilang kok capeknya kalau kita udah enak-enakan."

"Aku ngantuk juga. Kamu tidur aja gih, enak banget kasurnya buat tidur," ucap Ria.

"Ahh lama!" kesal Farhan melucuti pakaian istrinya dengan paksa. Ria tidak memberontak lantaran kantuk yang menyerang. Membiarkan suaminya menuntaskan hasratnya.

Farhan bergoyang seorang diri, setidaknya dia puas walau Ria setengah sadar, dari pada tidak goyang sama sekali. Suara desahan dan erangan Farhan menggema di ruang kamar luas itu. Sesekali Farhan melirik anaknya, dirasa anaknya tidak terusik, Farhan bergoyang lebih kencang.

Setelah beberapa pelepasan, Farhan menyudahi pergulatannya. Farhan berguling di samping istrinya dan memeluk tubuh istrinya dengan erat. Farhan mengecupi wajah Ria dengan bertubi-tubi sambil mengucapkan kata-kata cinta. Ria menabok pipi suaminya agar menjauh dari wajahnya.

"Ria, aku mencintaimu," ucap Farhan mengecup bibir istrinya.

"Ra, aku mencintaimu."

"Ria, kamu cantik banget kalau tidur."

"Ria, hidungmu kecil banget bikin gemes."

Farhan terus berceloteh mengatakan kata cinta juga pujian untuk istrinya. Sesekali Farhan terkekeh sendiri mendengar rengekan Ria yang merasa terganggu dengan tingkahnya. Farhan tidak tau kenpa dia jadi sebucin ini dengan istrinya.

"Ria, cinta itu ibarat-"

"Jangan ucapkan kata-kata manis yang bikin aku pengen muntah!" ujar Ria memotong ucapan suaminya.

"Lagian kamu cupu banget sih ngucapin kalimat cinta pas aku tidur!" tambah Ria dengan ketus.

"Kan kamu tidurnya setengah, yang setengah kan sadar," sangkal Farhan. Ria mendengus, kapan suaminya mau mengalah kalau adu mulut. Suaminya tidak akan mau mengalah kalau soal adu kata-kata.

"Jangan manyun, membuat jiwa mesumku kembali meronta-ronta," bisik Farhan.

"Kapan kamu gak me- hemphhhh-"

Farhan menahan kepala Ria dan menubrukkan bibirnya dengan cepat. Ciuman panas dari Farhan tidak bisa Ria tolak karena memang sungguh menggairahkan.

Sexy Doctor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang