48. Tindakan Jauh

1.2K 25 0
                                    

Ria menggerutu saat ibu mertuanya mengajak ke sebuah kelinik tetangga kota. Kelihatan sekali kalau ini kelinik besar dengan nuansa yang bersih. Saat ini, Ria tengah mati-matian mencoba melepas tangan Solimah yang terus menyeretnya masuk. Ria tidak mau program kehamilan tanpa suaminya. Tentu saja Ria takut mengambil program yang salah. Bukannya menyuburkan malah membuatnya tidak bisa hamil. Ibu mertuanya memang patut untuk dicurigai.

"Ayo, Ria. Masuk!" teriak Solimah menyeret menantunya.

"Aku gak mau, Ibu. Aku mau pulang!" ucap Ria berteriak. Sekarang mereka sudah menjadi bahan tontonan orang-orang. Ria tidak peduli, syukur-syukur kalau orang-oarng yang melihatnya jadi simpati dan menolongnya dari cengkraman mertua jahatnya.

"Nenek, nenek jangan paksa mama!" teriak Farel memukuli bokong neneknya dengan erat.

"Kamu anak kecil gak tau apa-apa jangan banyak cingcong!" bentak Solimah.

"Tapi nenek sudah nyakitin mamaku."

"Nenek malah melakukan yang terbaik untuk mama, papa dan kamu," jawab Solimah.

Dua perawat laki-laki datang, membantu Solimah dalam menjinakkan Ria. Ria diseret paksa ke ruang pemeriksaan. Kaki Ria menendang selangkangan satu pria, sedangkan Farel juga turut menendang selakangan pria yang satunya lewat belakang. Mereka berdua tumbang dengan memegangi bawah perutnya dengan erat. Namun, kemenangan belum berpihak pada Ria saat dua perawat lainnya ikut mengamankan Ria dan membawa ke ruang pemeriksaan. Ria tidak tau kenapa dirinya jadi mudah lelah seperti ini, Ria pasrah saat dirinya dipaksa berbaring dan dibuka perutnya untuk diperiksa.

Ria yakin, kalau suaminya ada di sini dan dia dibuka-buka seperti ini oleh orang lain, pasti Farhan akan menghajarnya tanpa ampun. Farhan tidak akan berhenti sebelum gigi musuhnya rontok tanpa sisa. Ria curiga kalau ini bukan klinik beneran, terlihat pelayanannya yang sangat kasar kepada pesien.

"Ini, periksa dia dan kasih resep obat untuk promilnya!" ucap Solimah.

"Sebenarnya rahimnya tidak apa-apa. Hanya perlu bersabar, dan nanti akan saya resepkan obat untuk dikonsumsi. Sekarang saya suntik dulu untuk memperkuat rahim," ucap Dokter Aiko, teman Solimah.

"Iya, lakukan apa yang menurutmu benar!" jawab Solimah.

Ria mengaduh kencang kala jarum suntik menembus pinggangnya. Ria menatap sinis, ini dokter beneran apa dokter gadungan. Farel yang berada di luar pun menangis mendengar jeritan mamanya. Takut kalau mamanya disakiti nenek dan dokter-dokter di dalamnya.

Setelah selesai, Ria segera keluar ruangan tanpa peduli kalau ibu mertuanya masih sibuk dengan resep-resep dokter itu. Farel langsung memeluk mamanya saat mamanya keluar dari ruang rawat.

"Mama sakit, ya? Yang mana yang sakit, Ma? Nanti aku sembuhin!" ucap Farel bertubi-tubi. Farel sangat khawatir pada mamanya.

"Ini nenekmu jahat sekali. Masak dia suntik mama pakai jarum," omel Ria.

Farel menggaruk kepalanya bingung. Kalau tidak pakai jarum, lalu disuntik pakai apa? Mamanya kenapa aneh-aneh dan tidak jelas sekali.

"Ayo kita pulang, jangan hiraukan nenek. Biar dia pulang sendiri," ucap Ria menarik tangan anaknya. Farel mengangguk dan mengikuti langkah mamanya.

"Ria, Farel, tunggu!" teriak Solimah menyusul anak dan menantunya yang sudah ngacir. Ria tidak peduli, dia terus berjalan.

Napas Solimah terenggah-enggah karena mengejar Ria. Dasar anak menantunya tidak punya ahlak, Sudah tau mertua tidak gesit lagi, malah ditinggal ngacir.

Ria tidak mempedulikan mertuanya yang terus mengomel. Ria juga sudah tampak kelelahan, apalagi ojek mobil yang dipesan tidak kunjung datang.

"Mama, aku capek. Mau gendong!" ucap Farel merentangkan tangannya pada mamanya.

"Itu suruh nenekmu buat gendong, mama capek," jawab Ria.

"Aku juga capek, Ria. Dia anakmu, ya gendong sana!" serobot Solimah tidak terima.

"Dia juga cucu ibu. Jangan perhitungan deh."

Solimah menggeram marah. Di mana ada menantu durhaka kepada mertuaya kalau bukan Ria? Dasar bocah ingusan, mertua bukannya dilembut-lembutin malah disentak-sentak. Dengan terpaksa, Solimah menggendong Farel. Farel terkikik geli karena keusilan mamanya. Menunggu tiga puluh menit, ojek mobil baru datang. Solimah sudah pasti memarahi supirnya yang dinilai telat dana ngaret. Ria yang sudah pusing pun segera masuk ke mobil dan segera tidur.

Sesampainya di rumah, Ria dan Solimah keluar mobil dengan Solimah menggendong Farel. Farel juga tertidur pulas karena kelelahan. Solimah bersyukur anaknya belum datang, kalau Farhan sudah datang tentu saja nanti anaknya akan marah.

Sore harinya sebelum Farhan datang, Solimah memasukkin obat yang sudah dia haluskan ke teh yang dia buat untuk Ria. Ria yang tidak sadar pun juga langsung meminum teh yang tergeletak di atas meja. Tumben-tumben kan mertuanya melayaninya, biasanya mertua yang mau dilayani.

Brukkk!

"Papa datang!" teriak Farel girang saat papanya datang serta meletakkan tas kerja di atas meja makan. Farel ingin menceritakan apa saja yang dilakukan neneknya pada mamanya, tapi tangan Solimah mencubit pinggang cucunya dengan erat.

"Kalau bicara macam-macam, nenek tendang kamu nanti!" ancam Solimah, terpaksa Farel diam.

Farhan melihat istrinya yang menelangkupkan kepalanya di meja makan, belum ada makanan apa-apa juga di sana. Tangan Farhan terulur menyibak rambut Ria, tampak wajah istrinya dari samping terlihat pucat.

"Ria, kamu sakit?" tanya Farhan memaksa mendongakkan rambut Ria.

"Apa? Kamu sudah pulang?" tanya Ria basi-basi.

"Belum, ini yang di depanmu vampir yang menyamar," jawab Farhan.

"Oh iya sudah pergilah!" Farhan membulatkan matanya. Kenapa jadi dia yang disuruh pergi. Istrinya ini kenapa sih.

"Ria, sini aku periksa dulu. Kamu masih pendarahan ya? kok pucet gini sih,"

"Udah enggak, cuma lagi lemes aja," jawab Ria.

"Kamu belum masak?"

"Mana bisa masak istrimu males kayak gitu," omel Solimah menimpali.

"Ya udah lah order aja di luar banyak, soal makanan gak usah ribet, ibu," jawab Farhan membuat Solimah diam.

"Mas, jangan paksa mandi, aku males. Lagian kamu gak minta jatah, kan?" ujar Ria beranjak bangun. Ibu satu anak itu berjalan lemas menuju kamarnya. Ria lelah seharian ini, ingin rasanya tidur sampai pulas tanpa ada yang mengganggu.

"Papa jangan paksa-paksa mama. Kasihan mama, Pa," ucap Farel menepuk paha papanya.

"Iya, sayang. Kamu sudah mandi atau belum?"

"Belum, Pa." Farel menjawab sambil menggeleng.

"Yuk papa mandiin dulu, nanti kita beli makanan di luar aja," ajak Farhan menarik anaknya. Farel mengangguk dan segera mengikuti papanya. Ingin hati Farel menceritakan segalanya kepada papannya, tapi takut kalau neneknya marah. Sebagai anak kecil, Farel juga tau apa tentang permasalahan orang dewasa.

Sedangkan di grub chat dokter, tengah ramai bahas Dokter Farhan yang fotonya tengah viral di media sosial. Foto Dokter Farhan terlihat jelas sedang becumbu dengan seorang wanita yang bukan istrinya. Pasalnya di akun intagram dokter Farhan, penuh dengan Foto Ria, bukan foto wanita lain. Itu menimbulkan asumsi buruk untuk publik yang mengikuti setiap update-an Dokter Farhan.

Apalagi, Dokter Farhan termasuk dokter pemes yang menjadi idola kaum hawa. Ramainya grub chat yang membahas dokter Farhan pun juga sangat asik, tapi dasarnya Farhan yang tidak pernah hadir dalam grub atau cuma menabung pesan, juga tidak tau apa-apa saat Dora sudah bertindak terlalu jauh.

Sexy Doctor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang