57. Beres Perkara

1.1K 39 0
                                    

Solimah pulang dalam keadaan tangan kosong. Dia tidak mampu membujuk anak menantunya lantaran tidak sudi bersujud. Saat pulang ke rumah, dia melihat Farel yang kembali murung meski ditemani papanya. Farhan, anak laki-laki Solimah itu asik dengan hp di tangannya.

Farhan tengah fokus membaca pesan dari direktur rumah sakit kalau besok dia sudah diperbolehkan kembali bekerja. Namun, Farhan tidak serta-merta senang. Pasalnya, Ria belum mau kembali, istrinya itu pun juga tidak membalas satu pun pesan dari dirinya.

"Papa, mama lama banget ya marahnya sama kita," ucap Farel membuat Farhan meletakkan hp nya.

"Mama gak marah sama kita, mama hanya ingin sendiri dulu, Farel," jawab Farhan.

"Tapi kalau nenek gak mau minta maaf, selamanya kita gak akan bisa sama mama Ria," ujar bocah itu lagi. Solimah yang melihat itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

Hp Solimah berdering nyaring, wanita itu buru-buru mengambil hp nya, panggilan dari sang suami. Tiba-tiba Solimah berteriak histeris saat suaminya mengatakan menunggu di persidangan. Solimah mengamuk, memaki dan menghujat suaminya. Farhan dengan segera menutup telinga anaknya agar tidak terkontaminasi ucapan Solimah.

"Farhan, kamu harus bantu ibu. Sebagai cowok kamu harus lindungi ibu dari kejahatan ayah kamu!" ucap Solimah menggebu.

"Apa lagi yang akan ibu pertahankan? Ayah sudah tidak menyukai ibu dan pilihan ayah sudah ada sendiri, kenapa ibu repot?" tanya Farhan yang mem buat Solimah makin mengamuk

"Tidak begitu Farhan. Itu namanya kamu menyerah dengan sikap ayah kamu. Kamu gak bisa jaga kehormatan ibu kamu!" jawab Solimah marah.

"Sampai kapan ibu akan egois seperti ini? Aku sudah menjaga kehormatanku untuk istriku saat ibu menyuruh aku menikah lagi. Aku tetap mempertahankan hubunganku dengan Ria meski godaan dari ibu datang bertubi-tubi. Dan sekarang jangan salahkan aku, salahkan ayah yang tidak bisa setia seperti aku!" tandas Farhan dengan tegas.

Farhan menggendong anaknya, mengajak untuk menemui istrinya. Kalau untuk bertemu, Ria pernah bilang kalau tidak keberatan. Sebelum ke rumah Ria, Farhan menyempatkan diri untuk membeli sebuket bunga mawar.

Ria tengah berbicara akrab dengan seorang laki-laki seumurannya di depan komplek. Dia Diego, teman yang dulu selalu bersama Ria. Diego melanjutkan kerjanya di luar negeri di pabrik Teh, dan baru kemarin kembali ke tanah air.

"Aku bentar lagi nikah, sama anak pabrik juga," ucap Diego sambil tersenyum.

"Bagus dong. Kalau sudah ada calon," jawab Ria.

"Jangan cemburu kamu. Aku tau aku ganteng," ujar Diego mencolek lengan Ria.

"Enak aja. Suamiku lebih panas dan lebih menggairahkan!" ucap Ria membayangkan saat dia ditunggangi Farhan, eh.

"Kekar gak? Panjang gak? Berapa senti?"

"Ntar aku bawain penggaris buat ngukur."

"Masih aja kamu mesum, apanya yang diukur?"

"Lah kamu kan tanya panjang atau enggak, ya aku jawab nanti aku ukur. Kayaknya dua puluh lima senti," jawab Ria.

"Mana ada tinggi orang dua puluh lima centi, jangan ngaco kamu!" Diego tergelak sembari menendang kecil kaki Ria. Pasti pikiran wanita itu sudah dipenuhi dengan hal-hal negatif yang bikin otak kotor.

"Mama!" teriak Farel turun dari mobil dan berlari menghampiri mamanya. Farel memeluk kaki Ria dengan erat. Tidak suka saat ada pria lain yang mendekati mamanya.

"Hai, Boy. Namanya siapa?" tanya Diego mengusap kepala Farel.

"Sok kenal sok dekat, alay jatuhnya!" jawab Farel sinis. Farel kembali memeluk kaki mamanya.

"Eh sotoy bener kamu!" sindir Diego sinis.

Ria melihat mobil suaminya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Seketika Ria takut, takut kalau suaminya cemburu melihat dia dengan Diego. Saat dengan Samuel, Ria ingat Farhan ngamuk karena cemburu.

"Mama ngapain deket sama om-om genit ini?" tanya Farel.

"Namanya Om Diego, kenalan gih!"

"Oh Om Diego yang sukanya di hutan itu? Temenan sama hewan-hewan di nickelondeon itu, kan?" tanya Farel.

"Itu beda, Sayang. Diego yang ini lebih keren," jawab Diego menimpali.

"Huh, orang keren tidak akan menganggap dirinya keren," sinis Farel.

"Dasar kutukupret!"

"Sudah jangan berdebat. Diego, aku tinggal dulu ya!" pamit Ria mengajak Farel untuk ke mobil suaminya.

Saat di dekat mobil, Ria melihat raut acuh sauminya. Tanpa dipersilahkan, Ria memasuki mobil dan memangku Farel. Tanpa sepatah kata, Farhan menjalankan mobilnya.

"Mama sama papa kenapa diem aja?" tanya Farel melihat mama dan papanya.

"Gak apa-apa," jawab mereka kompak.

"Huffh, gak seru!" ujar Farel menepuk dua pipinya yang mengembung.

"Itu tadi Diego. Dia tetanggaku, bulan depan mau menikah," ucap Ria menjelaskan tanpa diminta. Ria cukup peka kalau suaminya cemburu. Walau sekarang dia pisah ranjang, tetap saja status mereka masih suami istri.

"Ohh," jawab Farhan seadannya.

Ria mendengus. Gak dijelasin salah, dijelasin salah. Apa sih maunya suaminya itu. Farhan membawa anak istrinya ke taman bermain. Farel dengan semangat ingin segera turun. Farel menyeret mamanya untuk menemani bersama ana-anak yang lain. Saat sudah dekat, Farel malah menyuruh mamanya agak jauhan biar dia leluasa main.

Sedangkan Farhan yang seolah mendapat kesempatan, langung memepetkan tubuhnya pada Ria. Tangan Farhan mengusap pipi Ria yang dia tampar tempo hari. Ria meremang mendapat usapan dari suaminya.

"Masih sakit?" tanya Farhan. Ria menggeleng. Ria tidak menyalahkan Farhan yang spontan menamparnya. Toh permintaan Ria juga terdengar sangat durhaka untuk Solimah yang notabennya adalah mertuanya sendiri.

"Maaf, ya!"

"Ya gak apa-apa, udah terbiasa," jawab Ria.

"Soal ibu-"

"Jangan bahas ibu. Suasana hatiku sedang membaik, aku tidak mau kehilangan mood lagi," sangkal Ria cepat. Farhan langsung mengatupkan bibirnya.

Farhan dan Ria melihat keaktifan Farel saat bermain. Anaknya itu lumayan nakal dan jahil pada teman sebayanya, membuat beberapa kali Ria menegur anaknya. Ada aja tingkah Farel yang membuat teman sebayanya marah atau pun menangis.

"Farel!" panggil Ria.

"Kalau nakal gak usah mainan!" ucap Ria lagi.

"Enggak-enggak, aku gak nakal," jawab Farel kembali bermain jungkat-jungkik.

Melihat kemarahan istrinya membuat Farhan tidak bisa fokus. Otak mesumnya dengan cepat bekerja extra membayangkan segala fantasy liarnya. Ria yang kebetulan melirik Farhan, hanya memutar matanya jengah. Pasti pikiran suaminya tidak beres. Terbukti saat tangan Farhan mulai mengusap pahanya.

Plakk!

Ria memukul tangan suaminya dengan pelan, "Udah tau di tempat umum, masih aja modus," kesal Ria melotot.

"Gak bisa nahan!" bisik Farhan.

"Aku gak mau melayanimu kalau kamu belum bisa membuat ibumu minta maap padaku," ucap Ria.

"Ria, kamu jangan siksa aku. Urusan ibu janga diambil pusing. Kalau kamu tidak mau tinggal dengan ibuku, aku belikan rumah lagi yang akan kita tinggali nanti," ucap Farhan memelas.

"Tidak sebelum ibumu minta maaf," jawab Ria.

"Aku perkosa kamu, beres perkara!" tandas Farhan. 

Sexy Doctor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang