9.Cinta dan kebohongan

216 16 0
                                    

"Hallo...hallo...Say...hallo!"

"Sial! ada apa dengan dia jelas-jelas telfonnya masih tersambung tapi sengaja tidak dijawab tidak profesional sekali dia!"

"Bagaimana mbak Arimbi bisa menghubungi posko!"

"Seharusnya bisa Mas wong sudah tersambung, saya jelas-jelas mendengar suara yang menerima tapi entahlah saat saya jawab dia sepertinya tidak mendengar!"

"Mungkin ada gangguan mbak dengan banyaknya menara telekomunikasi yang tumbang!"

"Mungkin juga Mas tapi saya akan mencoba menghubungi yang lain siapa tahu bisa sebab dua orang ini butuh pertolongan segera!"

"Aamiin!"

"Tuut...tuut... Hallo Bi!"

"Sin posisi dimana?"

"Dipersimpangan dekat jembatan tempat kita surfei kemarin!"

"Oh kebetulan apa disitu ada ambulan?"

"Ada Bi kebetulan masih stand by!"

"Syukurlah! Kami butuh bantuan segera kemari lokasi kami di bukit bagian utara posko kira-kira 500 meter dari jembatan!"

"Ok kami akan datang!"

Arimbi mendesah lega lalu diapun memberitahu para sukarelawan dan rekannya yang lain agar segera bersiap untuk keluar gua karena gempa susulan masih rentan terjadi.

Tak lama ambulance pun datang dan Arimbi melihat Sinta ada diantara mereka.

"Ok naikkan pasien yang terluka lebih dulu!" Kata dokter Deni memberikan pengarahan sambil bergerak turun mendorong brangkar untuk mengangkut pasien.

"Siap dok!"

Mereka bergegas menaikkan para penduduk yang terluka sedang yang luka ringan memutuskan berjalan menuju posko terdekat.

"Ok semua siap!"

"Siap dok!" kata Arimbi menyahut.

"Kami berangkat dulu kalian semua hati-hati dan dokter Arimbi hati-hati!"

"Trima kasih dok!"

"Bi! kami pergi dulu kamu hati-hati!" kata Sinta berpesan dan segera dibalas anggukan oleh Arimbi.

Ambulance berjalan menjauh kini Arimbi dan tim bersiap melangkah mencari korban lain.

Tepat dua ratus meter dari tempat sebelumnya Tim menemukan beberapa rumah penduduk yang letaknya tepat dibawah kaki bukit dan beberapa diantaranya telah rata dengan tanah. Mereka berfikir apa para pemilik rumah ini sudah mengungsi atau malah terjebak dibawah reruntuhan longsor bukit. Namun setelah mereka periksa dan gali disela reruntuhan mereka tidak menemukan korban satupun syukurlah mungkin mereka telah mengungsi dan mereka pun kembali melangkah melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang lain.

Waktu menunjukkan jam satu siang saat mereka memutuskan beristirahat sebentar untuk sekedar mengisi perut didepan bangunan yang lumayan kokoh sambil duduk bersama mereka melihat sekeliling rumah-rumah penduduk banyak yang rusak meski ada beberapa yang lain masih berdiri diantaranya tempat mereka beristirahat ini. Kalau dilihat sepertinya pemilik bangunan ini adalah orang kaya karena bentuk bangunan dan luas tanah tempat berdiri bangunan ini amat luas belum lagi pagar yang kini telah roboh itu begitu kokoh dan tinggi.

Mereka sedang asyik menikmati makanan ala kadarnya saat terdengar suara gedebug dan benda terjatuh dari dalam bangunan, mereka sempat mengira itu adalah suara gempa susulan namun saat tidak merasakan goncangan pada tanah merekapun sadar bahwa ini adalah tindak pencurian. Salah satu aparat keamanan yang mengikuti kami memberi tanda agar kami semua merapat kesisi dinding sambil membawa benda apapun disekitar kami yang bisa dijadikan senjata.

LETTU ARJUNA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang