Osamu sebenarnya sengaja untuk tidak pulang kerumah, ia berusaha untuk menghindari kakaknya. Jika bisa...ia bahkan ingin menginap di rumah suna. Tapi, sialnya... Atsumu memergokinya saat hendak berjalan pulang bersama suna. Atsumu menarik tangannya dan menyeret osamu dengan langkah yang lebar menuju ke rumah mereka.
Sesampai di rumah pun, tidak ada kata yang terucap dari keduanya. Dan semua itu semakin membuat osamu menjadi canggung as fuck.
Osamu memilih untuk duduk di sofa ruang tamu berpura-pura menonton tv padahal hatinya saat ini sedang gunda gulana karena enggan menghadapi atsumu.
"samu.." panggil atsumu.
Osamu sontak berjengit mendengar suara abangnya, osamu mengangguk pelan dengan ragu-ragu. Berharap atsumu tidak mengajaknya berbicara atau ia hanya ingin minta dibuatkan makanan. Apapun asalkan bukan pembicaraan mengenai malam itu.
"Malam itu..."
Osamu berbalik dengan cepat membuatnya secara langsung berhadapan dengan atsumu.
"Bisakah kau tidak membahasnya? keadaan kita saat ini cukup.. aneh! dan canggung!" Osamu mengalihkan pandang dari kakaknya. "Aku akan masak untuk mu, tapi apapun yang akan kau katakan, berhenti sampai disan!"
Osamu dengan langkah yang agak tergesa-gesa menjauhkan dirinya dari atsumu, Osamu tahu ini tindakan seorang pengecut. Tapi perasaannya tidak nyaman membahas akan kejadian malam itu, sesuatu jauh di dalam hatinya merasa memberontak dengan cara yang sangat aneh.
Tapi yang tidak ia sangka adalah bahwa atsumu menolak untuk membiarkannya sendiri.
"Aku menciummu karena aku menyukaimu."
Langkah kaki osamu terhenti, ia menahan nafas sejenak, pikirannya terpenui oleh kabut yang enggan tersibak.
"Malam itu, aku... tidak dapat menahan perasaanku." Atsumu melangkahkan kaki mendekati osamu yang sedang terpaku. "Aku tidak tahu... kapan ini terjadi, tapi.. melihatmu berbicara dengan kita-san dan suna membuatku muak. Cara mereka menatapmu... dan caramu membalas mereka-"
"Aku tidak mengerti!" Osamu berbalik dengan wajah marah, Atsumu terhenti, mereka hanya berjarak satu langkah kaki.
"Apa aku tidak boleh menciummu? Apa kau tidak menyukai ku? Apa kau berharap aku adalah kita-san atau suna?" Atsumu mengenggam jari jemarinya erat, terbawa emosi menyakitkan tentang prasangka-prasangka yang mungkin saja terjadi.
"Tidak!!" Osamu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tidak tahu harus berekdpresi seperti apa atau berbicara apa pada kakaknya. "kita bersaudara...kau kembaranku... kau abangku..." Osamu menatap atsumu dengan frustasi. "Ini tidak masuk akal tsumu..."
"Bagian mana yang tidak masuk akalnya?!" Atsumu mengenggam kedua tangan adiknya mengharapkan sebuah pengertian dari osamu. "Apa karena aku menyukai saudaraku sendiri dan bukan ornag lain? Tapi... perasaan ini terasa sangat nyata samu... aku lelah memendamnya. Apakah salah bagiku untuk mencintai, hanya karena subjek cintaku adalah kembaranku sendiri, jadi aku berdosa, jadi cintaku tidak masuk akal?!"
Osamu menggigit bibirnya, sakit mendengar atsumu berbicara sefrustasi itu.
Mengapa atsumu harus jatuh cinta padanya...?
Perasaan tulus atsumu kali ini hanya akan menimbulkan rasa sakit yang lebih dalam pada mereka berdua.
"Apa yang harus ku lakukan tsumu..." lirih osamu, hatinya sesak, sakit memikirkan sebuah perasaan yang terungkap tiba-tiba ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUEBERRY
Fanfiction"Sum... gue kembaran lu sendiri... lu ga bisa jatuh cinta sama gue." Tapi emangnya atsumu peduli? Persetan dengan hubungan darah, cinta adalah cinta, seberdosa apapun hubungan ini, hal yang ia pedulikan adalah ia mencintai saudara kembarnya!