7.0

1.5K 178 36
                                    

Osamu menguap malas, berjalan gontai ke lapangan volly, ia malas sekali sejujurnya, apa karena tadi siang terlalu banyak makan hinggan badannya seberat tranton, gatau, osamu pengen bobo aja deh kalo boleh jujur.

Tapi takut di marahin kita-san, jujur aja osamu mah takut banggeeettt sama kita, kita emang keliatan jarang berekspresi dan udah kek robot dalam artian yang baik.

Kita terlalu sempurna sampe osamu merasa, aduh...beruntung banget ketemu sama manusia sesempurna ini.

Kalo boleh jujur... osamu sebenernya suka sama kita. Bukan suka yang seperti itu... tapi iya, kalo kita memberinya perhatian lebih...seakan ia merasa dicintai (?) Oleh kita.

Osamu menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah memerahnya, panik sendiri karena tidak menyangka dirinya akan memikirkan senpai-nya seperti itu.

Osamu masih lurus, dia masih lurus kok.

Iyakah?

Kadang...osamu juga merasa senang dengan perlakuan suna, merasa bahagia diistimewakan oleh temannya, apalagi... suna sangat mengerti dirinya.

Osamu terkesan....

Lalu abangnya... pipi osamu memerah, sialan... kemarin dia dicipok sama atsumu kan? Kan???

Bisa-bisanya... ciuman pertamanya adalah kakak kembarnya sendiri.

OH GOD!!!

Osamu masuk ke gedung olahraga, tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya ketika ia tak sengaja melihat ketiga orang itu sedang behompimpa-ria.

Osamu gak mau ikut-ikutan, dia juga males deket-deket sama ketiganya, soalnya bikin osamu mempertanyakan seksualitasnya sendiri.

Menyebalkan.

Padahal osamu yakin, dulu dia masih suka cewe, cuma ya memang dia belum pernah jatuh cinta.

Ribet?

Osamu tahu.

Ketika ketiganya seketika menoleh pada osamu yang baru masuk, osamu punya firasat yang gak mengenakkan tentang itu.

Lihatlah, mereka bertiga menghampirinya secara bersamaan, mengerikan ini mengerikan, apalagi yang mereka inginkan sih????

"Kenapa?" Tanya osamu takut-takut, atsumu yang duluan menghampirinya dan tiba-tiba mengenggam tangannya kuat.

"Jadi tadi supaya adil gitu, kita hompimpa siapa yang boleh cium kamu." Jawab atsumu santai, gak lupa cengar cengir bahagia.

"HAH?!?!?!?!"

"Gak boleh ngehindar lhoo sam, kita udah sepakat ini adalah jalur pdkt terefektif!" Suna menambahi.

Osamu menatap keduanya putus asa lalu beralih menatap kita minta pertolongan, tapi kita tampaknya tidak merespon osamu untuk pertama kalinya.

Karena....

Kita yang menang hompimpa tadi, kita mendekat sementara atsumu dan suna menahan osamu.

"Kak...??" Panggil osamu, ini kak kita kerasukan jin, kutukan, apa setan sampe ikutan kegoblokan atsumu dan suna.

"Maaf ya..." kita merapikan poni osamu, memandang lekat wajah memerah osamu, osamu sendiri merasa dia bakal mati sekarang juga.

Kak kita lho?!?!?! KAK KITA?!?!?!?!

"K-kak-"

Terlambat, walaupun bukan di bibir, osamu terkejut merasakan bibir kita menempel di dahinya, nafas osamu tertahan.

Rasanya.... dia lupa cara bernafas.

"Semangat ya latihannya..." ujar kita pelan, hampir seperti bisikan yang lirih.

Suaranya mengalun didalam kepala osamu seperti kaset usang yang mengeluarkan suara berulang-ulang. Osamu tidak melakukan apa-apa selain merasa sangat lemas.

Tapi...

Bagaikan deja vu, osamu sontak saja menatap atsumu sesudah itu, dimana juga saat atsumu menatapnya dengan sebuah senyuman kecil yang terpaksa.

Ini mengingatkan osamu ketika ia mencium atsumu pertama kalinya di pipi, rasanya seperti itu...

"meskipun kesempatanku untuk menyentuhmu nyaris tak ada... akan tetap ku lakukan sam.." bisik atsumu.

Osamu menatap sendu abangnya, hingga sekarang pun... rasanya tak logis menyalahkan atsumu semata karena perasaannya.

Kita tidak bisa memilih jatuh cinta kepada siapapun, begitu juga atsumu.

Osamu mengepalkan tangannya, melepaskan dirinya sendiri dari suna dan atsumu, ia ingin menenangkan diri sejenak.

Kepalanya tiba-tiba pusing.

"Sam? Sam??" Suna mengekori osamu, terlihat agak khawatir sebenarnya, apakah osamu marah karena kekonyolan mereka semata?

Osamu berbalik, menatap sehabatnya itu lalu memaksakan senyum.

"Aku cuma pengen ke toilet." Osamu menepuk bahu suna. "Aku ini bukan anakmu berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil!"

Suna terkekeh, "apa aku harus memperlakukanmu seperti kekasih saja?"

Osamu menatap suna datar, mencubit lengan suna gemas, "baiklah, tapi jangan salahkan aku kalau tubuhmu memar!"

Lalu osamu berbalik meninggalkan suna yang masih saja tertawa pelan karena dirinya.

Osamu tahu ada yang salah darinya, dia merasa semakin nyaman dengan semua perhatian dari mereka bertiga, dan ini tidak benar.

Selama ini... osamu selalu berpikir ia tidak akan terpengaruh dan tetap akan dijalannya sendiri tanpa terpengaruh siapapun bahkan abangnya.

Tapi osamu salah, dia dapat meraskannya perlahan-lahan, sesuatu... perasaan yang tak ia inginkan tumbuh seenaknya.

Osamu resah... ia harus mencari jalan keluarnya...

Apakah... mengencani seorang gadis akan memberinya jalan keluar?

.....

BLUEBERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang