"Tumben suna ngajak makan di atap?" Tanya osamu, padahal mulutnya masih penuh onigiri.
Suna menggeleng-gelengkan kepala, membersihkan nasi yang tersisa di pipi osamu, emang dasar kek bocah.
"Sekali kali lah ganti suasana." Suna tersenyum. "Btw makasih onigirinya, asli emang buatan lu sam yang paling enak sejepang."
Osamu tertawa, "naiya?! Jangan ngadi-ngadi lah!"
"Tapi serius tau."
Osamu memandang suna sejenak, suara suna tiba-tiba serius sekali, kemudian tersenyum sembari menepuk-nepuk bahu temannya itu.
"Sangkyu! Jadi kepikiran pengen bikin usaha buka warung onigiri."
"Pasti menyenangkan bisa makan masakanmu setiap hari." Gumam suna.
"Apa sun?"
Suna menggeleng-gelengkan kepala, "gak penting kok."
Mata osamu menyipit, tingkah laku suna agak aneh sih hari ini. Tiba-tiba jadi... agak seriusan.
"Anginnya enak ya~" osamu berbaring, tanpa memperdulikan seragamnya mungkin saja akan kotor.
Ia hanya ingin menikmati hari yang teduh berangin ini bersama sahabatnya. Angin sepai sepoi yang membawa helaian rambut mereka berdansa, sementara sejuknya cuaca membuat mu ingin terlelap.
Itu yang dirasakan osamu saat ini.
"Antara kita dan atsumu." Celetuk suna tiba-tiba, "mana yang akan kau pilih?"
Osamu membuka matanya perlahan, merenungkan kata-kata suna. Bagaimana ya... bukan soal memilih... osamu rasa mereka berdua sama pentingnya, dan osamu juga menyukai keduanya.
"Aku tidak bisa memilih." Ucap osamu pelan, ia menghirup nafas banyak-banyak, sebenarnya... segala hal yang telah terjadi antara atsumu dengan dirinya sedikit membuat tertekan.
Bagaimana ya caranya mengakhiri ini? Osamu takut pada akhirnya mengecewakan atsumu atau siapapun juga. Saat ini osamu ingin bertindak untuk dirinya sendiri. Ia juga cukup nyaman dengan kondisinya saat ini.
Suna mengelus pipi osamu, osamu menatapnya heran. Ada apakah gerangan di balik tindakan suna hari ini.
"Aku menyukaimu." Kata suna.
Osamu membeku, tiba-tiba suasana di sekitar mereka begitu hening. Osamu seakan-akan dapat mendengarkan suara angin mengalun.
Suna tersenyum geli melihat ekspresi osamu yang sesuai dengan ekspetasinya.
"T-tapi kenapa??" Osamu bangun, duduk berhadapan dengan suna langsung.
"Memangnya tidak boleh?" Tanya suna balik, agak sinis.
Osamu mengulum udara, tidak puas dengan jawaban dari suna. Ia menunduk lesu, mencoret-coret debu di lantai dengan jari telunjuknya tanpa alasan.
Tingkahnya yang seperti itu semakin membuat suna gemas.
"Aku beneran gak boleh suka sama kamu?"
"Bukan gitu suna.."
Osamu jadi memikirkan hal rumit yang harusnya gak pernah terpikirkan olehnya.
Ada apa dengan orang-orang di sekitarnya?
Memangnya apa sih yang menarik dari dirinya?
Atsumu lebih membingungkan, muka mereka kan sama, jadi...osamu menariknya dimana?
"Aku cuma takut kalo gabisa balikin perasaan kalian..." lirih osamu, wajahnya bersemu merah. Demi apapun ini sangat memalukan!
"Gak usah maksa bales kok." Suna tersenyum lebar, dengan beraninya mendekat mengecup dahi osamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUEBERRY
Fanfiction"Sum... gue kembaran lu sendiri... lu ga bisa jatuh cinta sama gue." Tapi emangnya atsumu peduli? Persetan dengan hubungan darah, cinta adalah cinta, seberdosa apapun hubungan ini, hal yang ia pedulikan adalah ia mencintai saudara kembarnya!