Time to Fall in Love 18

2K 188 19
                                        

Plak!

Hening.

"Nyamuk."

Yeosang menarik tangannya dari wajah Jongho, menunjukkan tubuh nyamuk yang telah mati di telapak tangannya dan meniupnya.

Jongho yang sedang duduk melamun menatap api unggun, tertegun sejenak sebelum tersenyum kaku. "Thanks."

Yeosang mengangkat kedua bahunya tidak peduli.

Yeosang dan Jongho, entah bagaimana, duduk berdua bersebelahan di dekat api unggun. Kalau boleh dibilang secara kasar mereka telah "ditinggalkan" oleh yang lainnya.

"Apa kau menyesal?" tanya Yeosang.

Jongho mengangkat alisnya, bingung. "Menyesal?"

"Ikut camping ini."

Oh.

"Sedikit," jawab Jongho.

"Aku menyesal," tandas Yeosang.

Hening lagi.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Lagipula ini adalah kali pertama mereka bertemu, terlalu ragu untuk memulai pembicaraan, dan sialnya mereka malah "ditinggalkan" secara kejam oleh orang-orang tidak tahu aturan yang kini sedang asik sendiri-sendiri.

Yeosang mengusap dagunya, berpikir sebentar sebelum berbicara, "Jadi Jongwo-"

"Jongho," potong Jongho.

"Oh. Maaf. Jongho. Jadi kenapa kau ikut acara aneh ini?" tanya Yeosang.

Jongho menarik nafas panjang sebelum menghembuskannya kasar.

"Ibuku tidak ingin aku berdiam diri dirumah, dan kebetulan kampusku memang sudah mulai libur, jadi dia mengancam akan mengambil seluruh peralatan musikku jika aku tidak ikut camping dengan si bodoh San ," Jongho menghela nafas lagi. "So, here i am."

Yeosang menganggukan kepala lalu menepuk bahu Jongho tiga kali, merasa sedih untuknya.

"Kalau Hyung?" Jongho melirik Yeosang. "Kenapa mau ikut acara tidak jelas ini?"

Yeosang menunjuk Wooyoung dengan dagunya. "Karena dia."

Jongho memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Aku manajernya, dia menarikku dengan dalih bahwa manager harus selalu menjaga artistnya dan memaksaku ikut serta."

Kini giliran Jongho yang menepuk bahunya, untuk menunjukkan keprihatinannya. "Jadi bisa dibilang, secara garis besar kita adalah orang-orang paksaan," keluh Jongho.

"Orang-orang paksaan," Yeosang mengangguk dan terkekeh kecil. "Haha, menyedihkan sekali."

Dan tanpa mereka berdua sadari, mereka akhirnya mulai mengobrol dan saling bertukar cerita untuk mengusir kebosanan yang mereka berdua rasakan.

*****

"Aku tidak tahu Jongho bisa ramah pada orang lain," ujar San keheranan, ketika dia tanpa sengaja menengok untuk mencari adiknya tersebut dan menemukan bahwa adiknya sedang mengobrol seru dengan manager Wooyoung.

Wooyoung yang mendengarnya ikut menengok, melihat Yeosang dan Jongho duduk di dekat api unggun yang mereka buat sore tadi.

"Bukannya bagus?" tanya Wooyoung.

"Bagus. Bagus sekali malah," San mengangguk. "Jarang sekali Jongho mau mengobrol dengan orang-orang yang baru ditemuinya. Biasanya dia memilih diam, lalu memasang wajah menakutkan seperti ini-" San memasang wajah datar, mencoba mempraktekkan ekspresi wajah yang sering Jongho kenakan saat bertemu orang asing, "-begitu. Jadi orang-orang takut untuk mendekati atau berbicara dengannya."

Wooyoung terkekeh geli melihat ekspresi wajah yang dibuat oleh San.

"Ih, jangan  tertawa!" San cemberut.

"Hahaha, maaf maaf, tapi kau tidak cocok memasang wajah datar seperti itu," Wooyoung meminta maaf dan mencoba menghentikan kekehan gelinya, meskipun senyum geli masih terpampang di wajahnya.

"Hah? Kata siapa tidak cocok? Kenapa tidak cocok? Cocok kok! Aku juga akan seperti itu jika marah! Seperti ini," San mempraktekkan lagi ekspresi datar ala Jongho.

Wooyoung menggelengkan kepala. "Nah, kata Yunho hyung saat kau marah kau terlihat menggemaskan. Seperti kau akan menggembungkan pipimu dan mengerucutkan bibirmu, lalu kau akan mulai menggerutu tidak jelas dengan terus mengerucutkan bibir."

San terkesiap mendengarnya. "Aku tidak begitu!" sanggahnya.

"Sungguh?"

San mendekap kedua tangannya didepan dada. "Sekarang aku marah," ujarnya, San mencoba memasang wajah datar tapi tanpa sadar dia malah melakukan persis seperti apa yang diucapkan Wooyoung. Menggembungkan pipi seraya mengerucutkan bibir dan mengerutkan alisnya.

Wooyoung yang melihatnya hanya mampu tersenyum gemas. Dan tanpa bisa ditahan dia akhirnya tertawa kecil. "Hahahaha, Yunho hyung benar. Kau sungguh menggemaskan."

"Wooyoung! Aku marah!"

"Hahahahaha"

"Jeong Wooyoung! Aku benar-benar marah sekarang! Sangat marah!"

Wooyoung lantas mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, tetapi senyuman geli masih terpatri di bibirnya. "Oke, oke, maafkan aku, tolong jangan marah," bujuk Wooyoung.

San pura-pura tidak mendengarkan dan membalikkan tubuhnya, sehingga punggungnya kini menghadap ke arah Wooyoung.

"Eh? San? Jangan marah."

"Humph!"

"Tapi kau sungguh terlihat menggemaskan, itu bukan salahku."

"Beep boop, wrong words Mr. Jeong Wooyoung, try again."

Wooyoung kini tertawa terbahak mendengarnya. Sungguh pria didepannya ini sangat menggemaskan, membuat dirinya ingin terus menggodanya.

"Don't laugh!"

"Hahahaha!"

"Wooyouuuung~"

*****

Seonghwa menatap wajah Hongjoong yang terlihat serius dengan ponselnya.

"Ada apa?" Tanyanya.

Hongjoong menggelengkan kepalanya, "Nothing."

Seonghwa menghembuskan nafas lelah. "Aku tidak masalah saat kau tidak memberi tahuku tentang apa yang kau kerjakan. Aku tidak masalah saat kau tidak pernah mau berbagi apapun masalahmu denganku. Aku juga mencoba untuk tidak memikirkan alasan kenapa kau tidak ingin memberitahu semua orang tentang hubungan kita. Aku mengerti," Seonghwa berdiri dari duduknya. "Tapi saat kau mulai tidak memperhatikanku, mengabaikanku, bahkan setelah semua hal yang aku korbankan untukmu. Aku mulai bertanya-tanya apakah aku masih ingin mempertahankan hubungan ini atau ti-"

"Aku akan melamarmu besok," potong Hongjoong.

"-ak."

Krik krik krik krik

"Maaf Hongjoong kurasa aku-"

"Aku akan bertemu dengan orang tuamu, memberitahu mereka tentang hubungan kita, dan meminta izin mereka untuk menikahimu," sekali lagi Hongjoong memotong ucapan Seonghwa.

"Kau gila?"

Hongjoong menarik tangan Seonghwa, menuntunnya untuk duduk kembali dan berlutut dihadapannya. "Well, aku tidak ingin mendengar tentang kau yang mau memutuskan hubungan kita. Aku mungkin berdedikasi pada pekerjaanku, tapi jika aku harus kehilanganmu karenanya.. nah, kurasa aku bisa berhenti dan memilihmu."

Seonghwa menatap Hongjoong tidak percaya.

"Aku serius Seonghwa," ujar Hongjoong.

Mata Seonghwa segera berkaca-kaca. "Dasar bodoh," bisiknya.

Hongjoong tersenyum lembut. "Yep. I'm stupid for you."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time to Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang