-AUTHOR POV-
Sluuuuurp!
"Ck."
Sluuuuuurp. Ha!
"......"
Sluuuuuuuurp!
"Sialan! Bisa tidak kau tenang sedikit?"
Seonghwa melirik Mingi. "Hm."
Mingi mengerutkan dahi kesal. Saat ini Seonghwa sedang numpang didalam mobilnya untuk kembali pulang ke rumah. Diliriknya kembali Seonghwa yang sibuk dengan es krimnya.
"Kalau sampai ada yang jatuh setetes, kau tau yang akan kulakukan bukan?"
Diperingatkan oleh Mingi, bukannya mendengarkan, Seonghwa malah dengan sengaja meneteskan es krim di tangannya. "Ups."
Mingi menghentikan mobilnya mendadak, nyaris membuat Seonghwa terjerembab ke depan. "Keluar."
"Eh?"
"Keluar. Park. Seonghwa."
"Ehe.. ehehehe, maafkan aku Mingi yaaaa~ jangan tinggalkan aku disini~"
Hening.
"Mingiiii~"
"Ck."
Mingi menjalankan kembali mobilnya, tapi bisa di lihat ekspresi kesal diwajahnya.
"Terima kasih Mingi~" Seonghwa segera membersihkan kekacauan yang dia perbuat. Jangan sampai Mingi menendangnya keluar dari mobil.
Hari ini Seonghwa kembali datang ke kantor. Bukan untuk membahas "wanita yang ingin dikenalkan kepadanya" tapi untuk membahas masalah perusahaan. Seonghwa bukanlah ahli waris keluarganya, tapi ayahnya tetap menginginkannya bekerja di perusahaan untuk membantu sang kakak yang sebentar lagi akan mengambil alih posisi sang ayah.
Tapi, sejak datang ke kantor hingga pulang, Seonghwa dapat merasakan bahwa laki-laki yang menyetir disebelahnya ini sedang badmood. Bukan hanya dia saja, seluruh karyawan di perusahaan juga merasakannya. Udara dingin yang Mingi keluarkan hari ini terasa lebih pekat dari biasanya. Aura hitam juga terlihat menyelubungi seluruh tubuhnya.
Salah satu karyawan baru yang malang, yang polos dan tidak berdosa, yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, menyapa sang bos dengan riang dan ramah, dan berakhir dengan tatapan tajam seolah ingin membunuhnya sebagai balasan. Sang karyawan baru itu mematung dengan mulut terbuka, tentu saja merasa shock dan ketakutan melihat tatapan tajam sang bos, hingga salah satu senior harus menyeretnya pergi untuk menyadarkannya. Alhasil tidak ada satu karyawan pun yang berani membuat suara ketika sang bos lewat.
Seonghwa pelan-pelan menarik napas panjang. Dia tidak ingin ikut campur masalah Mingi sebenarnya, tapi kalau dibiarkan berlarut-larut, kasihan juga karyawan di kantornya. Bisa-bisa mereka terkena penyakit jantung semua karena terlalu tegang.
"Mingi? Apa ada masalah?" Seonghwa mencoba berbicara dengan Mingi secara perlahan, takut membuat mood Mingi semakin buruk. "Kalau ada masalah kau bisa cerita padaku. Walau aku mungkin tidak bisa memberi saran yang cemerlang atau membantu masalahmu, setidaknya perasaanmu akan lebih lega."
Mingi tetap menutup rapat bibirnya.
Sudah. Setidaknya Seonghwa sudah berusaha. Kalau tidak ada tanggapan ya bagaimana lagi. "God bless you karyawan Mingi. Semoga kalian segera mendapat ketenangan" Batin Seonghwa. "Tapi aku juga penasaran...."
"...... pria lain.." gumam Mingi.
Seonghwa menolehkan kepalanya secepat kilat. "Hah?"
"Yunho dekat dengan pria lain." Masih berupa gumaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time to Fall in Love
Fiksi PenggemarYunho harus menerima takdirnya bahwa ia tidak akan mungkin bisa menikahi wanita cantik pilihannya, memiliki tiga anak, dan hidup bahagia selamanya. Karena perjanjian kakeknya, dia harus menikah dengan Song Mingi, ahli waris selanjutnya Keluarga Song...