-AUTHOR POV-
"Kupikir aku harus mendapatkan SIM."
Mingi melirik Yunho yang duduk tidak jauh darinya. Mereka sedang menikmati sarapan.
"Kenapa?" tanya Mingi.
"Aku tidak mau merepotkan orang lain kalau ingin berpergian," jawab Yunho.
"Hn, itu bagus jika kau punya SIM."
"Tapi," Yunho memotong ucapannya sendiri.
"Hn?"
"Aku buta arah."
Dan Mingi segera mencatat diotaknya untuk melarang Yunho mendapatkan SIM-nya.
-YUNHO POV-
"Kau dengar berita terbaru?"
Kugelengkan kepalaku. San memang terkenal dengan kecepatannya dalam menerima berita, apalagi yang berbau gosip. Sedangkan aku tidak pernah memikirkannya sama sekali.
"Senior kita Yuto kembali. Terima kasih noona, kembaliannya untukmu," San mengulurkan sejumlah uang ke arah wanita penjaga kasir cafe.
Kami- aku, San, dan Hongjoong hyung- sering datang ke cafe ini. MonBébé Cafe. Tempatnya yang dekat dengan kampus otomatis jadi tempat yang pas untuk sekedar nongkrong atau menghabiskan jam istirahat sebelum kelas selanjutnya. Tempatnya juga nyaman, interiornya bagus dan rapi, benar-benar membuat orang betah untuk berlama-lama atau kembali lagi dan lagi. Pemiliknya adalah seorang pria bernama Yoo Kihyun. Pria mungil bersuara emas yang sering memberikan diskon pada kami, atau menjadikan kami penikmat pertama kue-kue baru ciptaannya. Ah, sudah lama aku tidak melihat Kihyun hyung.
"Yunhooo~ kau tidak mendengarkanku~"
Yunho mengalihkan pandangannya ke arah San yang memasang wajah cemberut. Melihatnya yang mengerucutkan bibirnya kesal, aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.
"Ehe, maafkan aku~ aku sedang memikirkan sesuatu."
"Memikirkan apa? Mingi?"
Aku menggelengkan kepalaku. "Bukan. Aku tidak memikirkan Mingi. Untuk apa aku memikirkannya," sergahku. "Jadi bagaimana dengan beritanya." Aku segera mengalihkan perhatian San.
Mata San kembali berbinar semangat. Dasar, cepat sekali moodnya berubah.
"Senior kita Yuto sudah kembali. Kau ingat dia?"
Aku mencoba mengingat-ingat sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak ingat."
"Ck, Senior Yuto adalah orang yang membantumu di hari pertama kegiatan penerimaan mahasiswa baru. Yang menggendongmu ke medical centre saat kau nyaris pingsan karena kepanasan. Yang tinggi tampan ituu~"
Aku memutar bola mataku malas. Well, kalau kau punya mata yang cukup bagus, aku juga tinggi dan tampan, San. Aku ingin berkata seperti itu, tapi tidak jadi. "Oh. Aku ingat sekarang," kataku akhirnya.
"En! Setelah membantu perusahaan ayahnya akhirnya dia kembali ke kampus. Aku mendengar dari mahasiswi-mahasiswi jurusan bisnis, dan kudengar dia terihat makin tampan. Ah~ aku senang dapat bertemu senior tampan kembali~" ucap San semangat. Tangannya terkepal didepan dadanya dengan mata berbinar-binar.
San, kau terlihat seperti wanita sekarang.
Kalau diingat-ingat lagi, Senior Yuto yang San katakan ini bukanlah dari jurusan kami, dia mengambil jurusan bisnis. Katanya persiapan untuk mengambil alih perusahaan ayahnya kelak. Kami bertemu dengannya saat penerimaan mahasiswa baru. Karena bangun kesiangan, aku tidak sarapan dan lupa membawa bekal. Karena takut kena hukuman senior, aku benar-benar lupa untuk membeli makanan atau cemilan sebagai pengganjal perut. Sialnya lagi saat itu matahari bersinar dengan terangnya tepat diatas kepala kami, aku yang sudah lemah dari dulu ditambah terkena sinar terik matahari nyaris jatuh pingsan. Dan disaat itulah Senior Yuto membantuku. Dia menggendongku dari lapangan menuju medical centre. Meskipun aku sempat menolak tapi dia yang jelas lebih kuat dariku tidak mendengarkanku dan mengangkat tubuhku langsung. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya aku hanya bisa pasrah saat itu. Semakin diingat kenapa jadi semakin memalukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Time to Fall in Love
FanfictionYunho harus menerima takdirnya bahwa ia tidak akan mungkin bisa menikahi wanita cantik pilihannya, memiliki tiga anak, dan hidup bahagia selamanya. Karena perjanjian kakeknya, dia harus menikah dengan Song Mingi, ahli waris selanjutnya Keluarga Song...