Time to Fall in Love 2

3.1K 385 18
                                    

A month ago~

-MINGI POV-

Kulangkahkan kakiku menuju ruang keluarga saat kudengar kakek memanggilku.

"Mingi bisa kau ikut kakek ke ruangan kakek sebentar? Ada yang ingin kubicarakan berdua denganmu."

Segera kuganti arah langkah kakiku mengikuti kakek. Ruangan kakek berada di samping ruang baca, dekat dengan tangga utama. Ketika memasuki ruangan, aku dihadapkan dengan kaca besar yang mengarah tepat kearea taman bunga milik nenek dan ibu. Aku berdiri didepan meja kerja kakek, menunggu perintah kakek selanjutnya.

"Duduklah Mingi. Ada beberapa hal penting yang ingin kusampaikan kepadamu. Ini menyangkut sejarah keluarga kita."

Mendengar kalimat kakek aku segera duduk. Setelah duduk, kakek mengeluarkan sebuah foto dari laci kerjanya dan menunjukkannya padaku. Aku memperhatikan foto itu baik-baik. Disana terdapat potret pemuda yang tengah tersenyum lebar ditengah salju. Kedua pipinya terlihat memerah begitu juga kedua telinganya. Mata cokelatnya terlihat berbinar. Hidungnya yang mungil memerah dan terlihat lucu. Rambutnya cokelat gelap dan tertutupi topi kupluk berwarna merah. Hehe, lucu sekali pemuda ini semuanya merah.

"Lucu.." gumamku tanpa sadar.

Kakek menarik kembali foto itu. Aku menatap kearahnya dan melihat kakek ikut tersenyum cukup lebar.

"Benar. Lucu bukan? Hahaha, Jaewon benar-benar beruntung memiliki cucu sepertinya."

Aku hanya dapat menganggukkan kepalaku, lalu kembali melirik foto dimeja kakek.

"Siapa?" Tanyaku.

"Yunho. Jeong Yunho."

Aku kembali menatap wajah kakekku. Beliau lantas mengeluarkan foto lain dari laci dan menunjukkannya padaku lagi. Kali ini terdapat potret dua orang pria yang berdiri dalam balutan jas dengan salah satu pria yang tengah tersenyum lebar merangkul leher pria lainnya yang cemberut. Pria yang cemberut itu kakek, tapi siapa pria satunya? Belum sempat aku bertanya kakek sudah berbicara.

"Jeong Jaewon. Pria yang tengah tersenyum menyebalkan itu Jeong Jaewon," kakek tersenyum teduh saat berbicara tentang pria ini. Tangan kakek meraih foto itu. "Satu-satunya sahabat yang tidak melihatku sebagai seorang bangsawan, benar-benar pria yang baik. Kau tahu Mingi jika bukan karena Jaewon, aku mungkin tidak akan berdiri di posisiku saat ini."

Aku mengernyitkan dahiku tak mengerti. Ini pertama kalinya kakek menceritakan masa lalunya. Ah, atau aku yang telah lupa? Kakek lantas memandangi foto tua itu dengan pandangan penuh kasih.

"Jaewon adalah pria yang cerdas dan berani. Ketika orang lain tertawa dan menentang keinginanku untuk lepas dari keluarga dan mendirikan kerajaan bisnisku sendiri, dia satu-satunya orang yang tidak menertawakanku dan mendukungku. Dia membantuku dalam bisnis ini memulai semuanya dari nol, merencanakan dan mencarikan koneksi, mengkokohkan pondasi bisnis hingga membangun citra bisnis yang luar biasa. Dia benar-benar pria yang hanya akan kau temui seratus tahun sekali, hahahaha," kakek tertawa geli. Aku hanya mengangguk sembari mencari-cari arah pembicaraan ini. Sesungguhnya jika boleh berkata jujur aku tidak begitu paham arah pembicaraan ini. Apakah kakek hanya ingin menceritakan masa lalunya, atau ada maksud lain dari cerita ini, karena sebelumnya beliau bilang bahwa ini adalah hal yang penting.

"Kau tahu Mingi, aku sempat marah kepadanya. Ketika kami telah berada dipuncak, dia tiba-tiba menghilang, seperti hantu yang hilang tanpa jejak dan kabar. Aku bahkan menduganya telah mati karena hilangnya yang begitu tiba-tiba, hanya untuk kembali beberapa tahun kemudian membawa serta istri dan bayinya. Bajingan itu, menikah tanpa mengundangku sama sekali, benar-benar menyebalkan," kakek melanjutkan ceritanya. "Saat itu aku menghajarnya habis-habisan karena rasa marah yang meledak-ledak, dan kau tahu ketika aku bertanya kemana dia selama ini, dia menjawab dengan cengirannya, berkata bahwa dia menemukan sesosok malaikat cantik yang hidup sederhana di desa dan sangat ingin dia nikahi dan habiskan waktunya bersama. Sungguh aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya, si jenius tapi bodoh itu," Kakek menghela napas lalu melanjutkan ceritanya. "Tapi ada satu hal yang aku tahu pasti setelah itu Mingi, satu hal yang akhirnya menyadarkanku. Bahwa dia tidak lagi membutuhkanku, Jaewon tidak lagi membutuhkan kekayaan. Yang dia inginkan hanyalah kebahagiaan yang telah dia peroleh dari keluarga kecilnya. Sesuatu yang belum kumiliki saat itu dan membuatku sadar bahwa aku juga menginginkannya. Seseorang yang kucintai dan ingin kuhabiskan seluruh waktuku bersamanya. Bahkan dalam hal romansa pun dia juga yang mengajariku, benar-benar..."

Time to Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang