06 |🍦tugas negara

1.2K 326 96
                                    

The way to know : Who is Varren?

**✿❀ Bagian 06 ❀✿**

Varren ya? Dia memiliki hati yang luas.

Menjadi satu-satunya anak perempuan di rumah, membuat Aisha mendapat perhatian lebih dari bunda, kakak dan adik laki-lakinya. Dia seperti permata di keluarga, segala mengenai Aisha adalah prioritas. Apalagi setelah ayahnya meninggal dunia, tiga tahun yang lalu. Aisha yang memang sangat dekat dengan ayahnya, jelas terpukul akan kenyataan yang telah ia terima kini.

Dia mengawali masa awal masuk SMA, dengan banyak linangan air mata. Saat tahu bahwa ia diterima di SMA impiannya, Aisha bingung harus senang atau tidak; sebab sosok ayah yang ingin ia buat bangga justru pergi terlalu cepat.

Tak apa, bundanya ada, yang berperan menjadi ibu sekaligus ayah untuk mereka. Berusaha keras agar anaknya tumbuh tanpa suatu kurang apapun. Itu sebabnya, meski bunda tak pernah menuntut apapun dari Aisha, gadis ini tetap ingin membuat wanita luar biasa itu bangga terhadapnya.

Aisha selalu menjadi anak berkelakuan baik. Belajar adalah jalan ninja nya. Bersikap tulus, dan tak heran kalau banyak orang menaruh atensi akan sosoknya.

Hari Sabtu, libur, tak alih membuat Aisha menjadi malas-malasan. Dia baru saja selesai mencuci sebagian baju keluarganya, sepatu dan semua seragam sekolahnya, juga seragam sekolah Gavin.

Tampilannya khas anak rumahan. Celana kain berwarna hitam, dan baju katun bergambar Tata di tengah-tengah. Rambutnya dicepol asal, dengan satu tangan yang sibuk mengangkat ember berisi cuciannya ke belakang rumah.

Hendak berbalik masuk untuk mengambil ember selanjutnya, namun urung kala melihat Theo dan Gavin datang beriringan membawakan ember lainnya.

Kakak dan adiknya ini memang pengertian sekali. Ia tersenyum lebar, lalu menepuk-nepuk pundak keduanya bergantian.

"Ganteng banget kalian mah kalau begini. Makasih kakak, makasih Gaviiiinnnn."

Ia cubit pipi adiknya yang pasrah. Gavin sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini, padahal dia hanya terpaut satu tahun dari Aisha, namun keluarganya selalu menganggap dia bayi gemas yang polos.

"Gue emang tiap hari ganteng, sorry ya." Ujar Theo, menyugar rambutnya yang cukup panjang ke belakang.

"Idih. Pede amat bos." Gavin memberi tatapan jijik.

Aisha terkekeh geli, lalu mendorong keduanya untuk berbalik pergi.

"Dah sono hus hus! Gue mau jemur cucian. Gak kelar-kelar kalau sambil dengerin kalian debat."

"Ini gue ada urusan kampus, Gavin mau main katanya, bunda masih sibuk kirim barang. Lo gak papa di rumah sendirian?" Tanya Theo yang menghentikan tangan Aisha dari aksi mendorong.

Mengangguk yakin, "Gak apa-apa, dah sono pergi-pergi."

"Kak, inget! Jangan masukin cowok ke rumah." Gavin menunjuk wajah Aisha dengan mata memicing, bermaksud bercanda.

"Entar, gue ajak Arya Saloka mampir."

Gavin tergelak, tahu kalau itu adalah aktor yang sangat disukai bunda nya akhir-akhir ini.

"Kalau mau keluar kabarin ya, dek." Pesan Theo selesai terkekeh, mengusap kecil kepala Aisha lalu pergi dengan merangkul bahu Gavin.

Aisha merasa cukup, bahkan lebih dari cukup. Dia berlimpah kasih sayang, Aisha sangat bersyukur akan itu.

Who is Varren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang