22 |🍦bumi (2)

819 217 68
                                    

The way to know : Who is Varren?

**✿❀  Bagian 22  ❀✿**

ada note panjang di bawah,
dibaca ya cantik..

[happy reading]

Turun dari motor dengan tergesa, tanpa melepas helm yang masih terpasang di kepala, Varren sedikit berlari ke arah rumah Kia yang nampak sepi. Ada mobil terparkir di luar, ia sangat tahu milik siapa kendaraan ini.

Sampai di depan pintu, Varren sejenak menarik nafas, lalu jemarinya mengetuk kayu kokoh yang tertutup itu, "Permisi, Kia?" Panggilnya. Cukup sadar diri, untuk tak membuat keributan yang berarti meski ia dilanda kegelisahan.

"Assalamu'alaikum, Kia?!" Salamnya, kali ini lebih kencang.

"Ini kalau sekali lagi gue ketok gak dibuka, sumpah, gue dobrak." Monolog Varren, ia tak bisa lagi menunggu. Mungkin saja Kia tengah kesusahan di dalam sana; Varren sangat berharap pikiran buruk yang menguasainya tak akan menjadi kenyataan.

"Permisi--"

Akhirnya pintu kayu itu terbuka, muncul seorang pria dewasa yang cukup familiar di ingatan Varren. Bajingan gila dengan nafsu binatangnya. Pria yang hampir Varren buat masuk ke rumah sakit saat memergokinya akan berbuat asusila pada Kia beberapa bulan lalu, tapi ya, bahkan Kia sendiri melakukannya dengan Putra sampai menjadi janin. Jujur,  Varren tak menyesal menolong Kia dari pria ini waktu itu, pun tak menganggap gadis itu murahan karena malah tidur dengan Putra; sebab Varren yakin, apa yang Kia terima dalam hidupnya bukanlah selalu menjadi urusan Varren, dia hanya membantu semampunya dan dan tak ingin ikut campur untuk hal diluar batasnya.

Pria itu tersenyum remeh, "Lo lagi. Dikasih apa sama Kia sampai lo mau ngurusin dia segininya?" Tanya nya. Salut bersamaan rasa jengah bukan main kala melihat kembali bocah ini.

Tak mau menanggapi serius, Varren memilih untuk mengalihkan pembicaraan, "Saya ada perlu sama Kia, Om. Udah janji tadi." Ucapnya.

Lantas pandangan Varren jatuh ke balik punggung pria itu, nampak Kia yang berjalan kearahnya sembari menarik resleting jaketnya ke atas. Melempar senyum tipis pada Varren, kemudian menatap ayah tirinya yang masih berdiri di sana. "Kia ijin keluar, Pa." Hanya itu, tanpa menunggu sahutan, Kia menarik lengan Varren untuk pergi.

Memilih senyap, Aditama mengikuti langkah Kia. Tak ingin bertanya-tanya lebih, sebab sikap Kia telah menjelaskan semuanya pada Varren.

"Kamu hidup bergantung sama saya, udah sepatutnya kamu ngelakuin semua mau saya." Lantang sang papa tiri, menekankan fakta mengenai hubungan tak sehatnya dengan Kia.

Langkah Kia melambat, hatinya teramat sakit, dan rasa bencinya terhadap semua orang yang tak menolongnya semakin tumbuh. Kala ia ingin berbalik untuk menjawab kalimat pria itu, tangan Varren lebih dulu terangkat, menahan gerakan kepala Kia agar tak menengok. Sekedar mengusap surai Kia secara lembut, meminta gadis itu untuk terus berjalan seolah tak mendengar apapun. "Lo udah makan belum?" Tanya Varren disusul ulasan senyum.

Netranya yang menyimpan lara, menatap lamat-lamat pada paras elok Varren; sembari menahan tangis, Kia menggeleng.

"Cari makan kalau gitu, yok!"

Who is Varren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang