21 |🍦bumi

865 224 96
                                    

The way to know : Who is Varren?

**✿❀  Bagian 21  ❀✿**

Varren ya? Dia akan berusaha semampunya.

[ warn! isu sensitif ]

Sudah dua hari, setelah hari di mana Varren mencoba untuk meluruskan sesuatu, walau Aisha tak banyak menangkap maksud dari pemuda itu; kini Aditama menghilang dari jangkauan Aisha. Tak mengirim pesan, tak menelpon, bahkan tak muncul di hadapannya saat di sekolah. Jelas, Aisha diam-diam menjadi resah, bukan hal seperti ini yang ia ingin. Tak pernah terpikir jikalau Varren akan mengambil jarak di antara mereka. Aisha tahu, mungkin sikapnya pun membuat Varren kesal, dia sadar, dia terlalu mempersulit? Sehingga Varren memberi jarak, agar mereka tak sama-sama jenuh. Ia harap tak mendapatkan kemungkinan terburuk.

Pada jam istirahat kedua, berlatar halaman masjid, di sisi barat lapangan nampak ramai oleh para siswa yang selesai mengikuti ibadah sholat jumat. Keadaan di sana tak kunjung menyepi, karena sebagian besar murid menetap dan memenuhi lorong untuk melihat dua orang siswa yang dihukum berpanas-panasan di tengah lapangan.

Aisha hendak kembali ke kelas karena yakin Clara sudah selesai berdoa bersama di aula, dan mereka berjanji untuk ke kantin bersama; namun harus mengurungkan sejenak niatnya untuk segera menemui Clara. Sebab netranya menangkap sosok yang berdiri di sana adalah Varren dan Jian. Entah apalagi yang diperbuat dua bersahabat itu.

Baru saja ia akan bertanya pada murid lain, tapi pergerakannya terhenti kala satu suara masuk ke indera pendengarnya; "Kok lo mau sih deket sama Varren? Keliatan banget kali kalau dia gak punya masa depan." Ucap teman perempuan sekelasnya, sembari memasang senyum sinis yang terkesan meremehkan.

Aisha menatap sekilas, mereka tidak dekat dari awal kelas sepuluh, jarang terlibat obrolan yang berarti; maka saat Aisha justru mendapat hal semacam ini dari dia yang bahkan tak tahu apapun, jelas Aisha tak terima, "Urus aja diri lo sendiri. Belajar etika bicara, biar gak cantik doang, attitude nya juga ketata." Ia memberi tatapan datar tepat pada maniknya, kemudian berlalu dari sana, enggan melanjutkan obrolan yang jelas akan mengarah kemana.

Sembari memperhatikan jalan, dan memasang telinga untuk mendapat informasi, Maharani mengetik pesan lewat smartphone-nya teruntuk Varren yang masih menjadi tontonan di tengah lapangan basket sana.

Aisha : lo sama jian kenapa?

Ia memperhatikan kala Varren menurunkan tangannya dari yang semula terlipat dibalik punggung, berlanjut dengan merogoh saku celana untuk mengecek smartphone, seraya tersenyum lebar.

Varren : senengnya di chat sama ai.

Langkah Aisha berhenti tepat sejajar dengan posisi Varren, berjarak jauh tentu saja dan laki-laki tersebut tak menyadari keberadaannya; netra teduh Aisha berputar malas membaca jawaban itu. Kenapa tak bisa serius sih? Aisha khawatir padahal. Ia dengar, Varren dan Jian bertengkar; sedangkan yang Aisha tahu keduanya bersahabat. Ada masalah apa sampai Varren tega memukul Jiandra hingga berdarah, begitu kata murid lain.

Aisha : kenapa mukulin jian? kalian berantem?

Di sisi sana, nampak Varren menarik sedikit celananya ke atas, terus mengubah posisi menjadi jongkok, menghiraukan teguran Jian agar kembali berdiri. Gadisnya mengirim pesan, tentu Aditama tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Urusan hukuman nanti saja, kalau ditambah, tinggal dijalankan.

Who is Varren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang