15 |🍦semilir

929 260 96
                                    

The way to know : Who is Varren?

**✿❀  Bagian 15  ❀✿**

Varren ya? Dia manusia tapi manis sekali seperti gulali.

Rabu pagi, sekitar pukul enam lebih empat puluh menit. Di kediaman keluarga Aditama, sunyi melingkupi setelah sarapan bersama tadi. Arya pamit berangkat kerja, sementara Sarah menemani Ayana bermain di ruang tengah.

Varren belum siap sepenuhnya; baru menggunakan celana seragam, dan atasan rumahan, tengah sibuk di dapur dengan Virendra yang membuat camilan paginya.

Varren belum siap sepenuhnya; baru menggunakan celana seragam, dan atasan rumahan, tengah sibuk di dapur dengan Virendra yang membuat camilan paginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia sengaja bersantai, meski tahu jika ia tak berangkat sekarang, sudah pasti terlambat sampai sekolah. Menghiraukan panggilan dan pesan Jian yang menanyakan ia sudah dalam perjalanan atau belum, karena Varren bilang akan naik motor sendiri dan tak membonceng Jian hari ini.

"Buat apaan lo?" Tanya Virendra, memperhatikan Varren yang fokus membalik sosis di panggangan.

"Bekel."

Dahinya mengernyit, lalu tertawa. Heran saja, kakaknya ini terkenal garang, berandalan; kan lucu kalau ke sekolah bawa bekel dari rumah.

"Di nyinyirin lo entar. Ketua basis bawa bekel."

Varren mencuci tangannya, kala selesai menata sosis itu dengan rapih ke wadah kotak bergambar Tata; ia beli lewat online shop dan baru datang kemarin sore.

"Biarin. Yang penting Aisha suka sama bekel masakan gue."

Virendra geleng kepala, "Terverifikasi bucin."

Varren tersenyum bangga, meletakkan kotak berwarna merah itu di atas meja makan. Lalu dirinya  berlari menaiki tangga menuju kamar, hendak memakai seragam dan mengambil tas sekolahnya.

Menanggalkan pakaian sebelumnya, sekadar menggantinya menjadi kaos hitam polos, dan seragam batik tanpa satu pun kancing ditautkan.

Menatap diri dalam pantulan cermin, juga mengacak surai lembutnya asal; tak perlu sisir, ia yakin seratus persen bahwa ia tetap tampan bagaimana pun penampilannya.

Sepuluh menit lagi, bel berbunyi. Bukannya tergesa-gesa, dia justru berpikir bahwa masih ada waktu untuk menelpon tuan putrinya yang pasti sudah duduk di dalam kelas, tinggal menunggu guru datang.

Ada nada dering sejenak, selang beberapa detik suara Aisha mengalun pelan memenuhi rongga pendengarnya.

"Assalamualaikum."

Who is Varren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang