Tema: buat tulisan dengan kalimat awal "Dia mengubah nasib dengan jarinya ..."
Dia mengubah nasib dengan jarinya. Ini kalimat bermakna denotatif, makna yang sebenarnya, sungguh-sungguh dengan jemarinya yang memang ajaib itu.
"Gimana ceritanya, Bro? Kok bisa hanya dalam waktu lima detik, Louisa yang kata lo nolak mentah-mentah berubah jadi memuja lo gitu?" desakku pada sahabatku yang hatinya sedang berbunga-bunga.
Aku benar-benar penasaran, hmm mungkin bingung lebih tepatnya. Mengapa begitu cepat seorang gadis berubah pikiran soal perasaannya.
Dia tersenyum miring, menaikkan sebelah alisnya untuk memancing efek lebai terhadap kepenasaranku.
"Awalnya gue sengaja nungguin dia selesai kelas. Habis itu gue minta waktu sebentar buat ngomong. Gue ajak aja ke taman dekat kantor jurusan, di situ nggak terlalu ramai," ucapnya dengan runtut.
Dia menghela napas, lalu menegakkan punggung yang semula bersandar di sofa.
"Sesuai saran lo, gue kasih dia makanan khas Indonesia. Kebetulan nyokap gue baru balik dari Bandung, makanya gue kasih dia brownies kukus. Bukannya senang, dia malah ngelempar dus brownies-nya, malah yang sempat dia cicipi di mulut buru-buru dibuang juga," lanjutnya dengan nada kesal.
"Lo juga sih, ngasih yang nggak modal. Oleh-oleh nyokap lo embat," potongku.
"Iya, salah gue memang nggak nyari tau dulu apa kesukaannya. Gue malah ngasih brownies, padahal dia alergi cokelat. Itu sebabnya dia muntahin," jelasnya membela gadis Philippine itu.
"Terus lo maafin dia gitu aja? Padahal dia sama sekali nggak minta maaf karena buang makanan yang lo kasih," gerutuku masam.
"Sabar, dong! Lo main ambil kesimpulan sendiri, kan cerita gue belum kelar," katanya seraya memandangku lekat-lekat. "Ya, dia minta maaf sambil pamitan karena mau ada kuliah berikutnya. Gue yang belum jadi ngomong apa-apa, akhirnya cuma mengangguk aja, biarin dia pergi. Namun, baru jalan beberapa langkah, kaki Louisa keram dan dia terjerembap. Gue buru-buru bangunin dia. Pas gue cek untungnya nggak keseleo, ya udah gue pijat sampai dia bisa gerakin kakinya lagi."
Aku mengangguk-angguk, menarik tangannya lalu melihat jemarinya. Dulu pun aku pernah merasakan pijatannya saat terkilir waktu latihan Pramuka.
"Gile, benar-benar jari ajaib. Emang sih pijatan lo tu enak. Terus habis itu gimana?" desakku.
"Lah itu yang gue ceritain di awal. Akhirnya dia malah open ke gue, kita tukeran nomor HP," kekehnya dengan bangga.
"Good for you," ucapku turut senang meski sebenarnya ada bagian hatiku yang terasa bagai dicubit.
Sekali lagi aku menjadi saksi perjalanan cinta barunya, entah bagaimana nanti hasil akhir pendekatan yang dilakukannya.
Baru hari kedua, temanya udah ajib. Apalagi kira-kira tema buat besok? Apa bisa disambung lagi sama cerita yang sekarang, we'll see tomorrow.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Yesterday
Short StoryIni adalah kisah lalu antara aku dan dia yang masih selalu menarik untuk diceritakan. Tantangan 28 hari, 28 tulisan. Berisi cerita mini, puisi, sajak, atau apa pun dengan tema random setiap harinya.