Korek Api

45 6 8
                                    

Tema: Cerita di mana tokoh utama harus menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan Korek Api.
Dilarang menggunakan tema cerita lilin ulang tahun dan mati lampu.

Dilarang menggunakan tema cerita lilin ulang tahun dan mati lampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bosan setengah mati. Entah bagaimana dia berhasil membujukku untuk ikut naik gunung bersamanya.

Sejujurnya pemandangan di sepanjang perjalanan benar-benar memanjakan mataku. Namun, dasarnya kegiatan ini not my cup of tea jadi berat rasanya bisa menikmati segala perjuangan untuk tiba di puncak.

Beban di ransel yang cukup berat, jalan setapak yang menanjak dengan medan yang tidak ringan bagi pemula sepertiku, membuat perjalanan ini bagai tak ada ujungnya.

Apalagi di sini, sinyal internet sama sekali tidak nyangkut. Jangankan 4G, layar ponselku hanya menampilkan simbol 2G. Bodohnya saat di homestay kemarin aku lupa me-recharge power bank. Sedangkan baterai ponselku saat ini tinggal 30%.

Saat istirahat di pos perjalanan, aku merasa seluruh persendian kakiku kaku. Segera aku mencari tempat duduk di atas rerumputan, menaruh ransel, lalu menyelonjorkan kaki.

"Kita akan beristirahat cukup lama di sini. Nanti sekitar tengah malam baru kita jalan lagi, supaya bisa dapat sunrise di puncak," ujarnya sambil mengusap kepalaku.

Di sekitarku sudah banyak tenda berdiri. Daerah ini cukup datar dan cocok untuk berkemah. Dia pun ikut mendirikan tenda, membiarkanku beristirahat.

Setelah tenda kami berdiri, ia menyuruhku beristirahat di dalam. Memang jauh dari kata nyaman, tetapi di dalam sini menjanjikan kehangatan dibanding di luar yang berangin.

"Aku bosan. Kita ngapain kek, sambil nunggu malam. Mau mainan HP juga nggak bisa, bateraiku sekarat," kataku sambil cemberut.

Dia menghampiriku lalu menarik kedua ujung bibirku sehingga membentuk senyuman.

"Kamu bersih-bersih saja dulu. Aku mau cari air dan kayu sebentar. Nanti habis itu kita main."

"Ya, udah. Tapi jangan lama-lama, loh!"

Sekitar setengah jam kemudian, ia pun kembali. Aku tahu dari wajahnya, ia lelah. Namun, ia mengabaikannya. Sesuai janjinya ia pun mengajakku bermain. Mungkin itu adalah caranya agar aku tetap menikmati kegiatan yang sebenarnya tak kusuka.

Ia mengeluarkan sekotak korek api kayu. Kemudian mengeluarkan beberapa batang korek.

"Jadi kita akan main tebak-tebakan korek api. Peraturannya sederhana, kamu harus menebak dengan tepat sesuai apa yang kuperintahkan. Sampai sini paham?"

Aku mengangguk, meskipun sebenarnya belum tahu tebakan macam apa yang akan dia berikan.

"Langsung mulai aja, sambil nanti dijelasin."

Ia segera menyusun batang-batang korek api itu menjadi bentuk angka.

"Oke, buat pemanasan yang gampang dulu. Pindahkan satu batang supaya persamaan ini menjadi benar," katanya.

 Pindahkan satu batang supaya persamaan ini menjadi benar," katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aha! Mudah ini sih."

Aku pun memindahkan sebatang korek pada belakang angka tiga ke depan sehingga membentuk angka dua. Lalu tersenyum.

"Good!" katanya sambil mengacungkan jempolnya. "Sekarang tebakan berikutnya."

Ia kembali menyusun batang-batang korek di alas tenda.

Ia kembali menyusun batang-batang korek di alas tenda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengernyit. Baru soal kedua, otakku sudah dipaksa bekerja keras.

Hmmm, adakah yang bisa membantuku?

Hmmm, adakah yang bisa membantuku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


210720

Ayo, yang tahu boleh jawab di kolom komentar!

About YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang