Tema: setting pulau terpencil
Emerald.
Menjadi pendamping hidup seorang volunteer sebuah LSM lingkungan ternyata tak serta merta membuatku mengerti banyak hal tentang alam. Apalagi untuk mengerti jalan pikirannya.
Aku tak tahu apa yang merasukiku saat mengiyakan ajakannya pergi ke pulau terpencil ini.
Pulau Sempu, namanya. Terletak di selatan Pulau Jawa, tepatnya di Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetanyang, Kabupaten Malang.
Sungguh dibutuhkan fisik yang prima untuk mencapai Pantai Sendang Biru yang berjarak 90 km dari Kota Malang. Kemudian dari Pantai Sendang Biru perjalanan dilanjut dengan penyeberangan naik perahu mesin selama lima belas menit. Benar-benar jauh dan melelahkan.
Namun, lelahnya perjalanan terbayar lunas oleh keindahan alami yang terhampar sepanjang mata memandang. Benar-benar surga dunia!
Pantai berpasir putih di sisi laguna berair bening kehijauan yang dikelilingi bukit karang bervegetasi hijau di sebuah pulau kecil di Samudera Hindia. Inilah pulau yang menawarkan keindahan alam yang natural, jauh dari hiruk-pikuk.
Berada di pulau ini serasa berada di sebuah pantai pribadi yang terasing. Sebab pulau ini tak berpenghuni, jauh dari jangkauan manusia, dan merupakan cagar alam. Pasirnya lembut, air laut yang bening kehijauan sewarna emerald, tebing-tebing batu, serta biota laut yang menawan membuat diri tak sabar untuk mengeksplorasi.
Sayang, jauh panggang dari api. Kenyataan tak seindah ekspektasiku. Bukan liburan, berjemur di pantai dengan santai, apalagi snorkeling. Di sana, aku justru diminta membantunya mencatat segala macam berkaitan dengan fauna hutan tropis dataran rendah. Sementara ia sibuk meneropong, mencari keberadaan hewan-hewan seperti kancil, lutung jawa, kera, juga kijang.
Rombongan ekspedisi Pulau Sempu dari LSM ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hutan mangrove, hutan tropis, dan pantai. Masing-masing kelompok didampingi oleh polisi hutan dan staf dari dinas kehutanan.
"Duh, awas aja nih kalau besok langsung balik ke Jakarta. Pokoknya aku mau nginap semalam lagi di hotel, ya. Aku mau santai-santai menikmati fasilitas hotel," bisikku kepada dia yang "menjebakku" ikut ke sini saat rombongan kami beristirahat.
Dia tersenyum menatapku yang berpeluh. Sambil mengangsurkan saputangan, ia berujar, "Beres. Udah nggak usah cemberut terus, nanti lutungnya nggak mau muncul."
"Lagian sih, di tempat sebagus ini malah jalan nembus hutan, mana banyak nyamuk, ditambah suruh jadi pemulung. Berat tau, kantong sampahku udah penuh, ni!" rajukku.
"Sini kantongnya aku bawain!" pintanya seraya mengambil kantong plastik hitam dari tanganku.
"Udah ih, ngambeknya. Nanti saat balik ke tempat kemah, toh kita masih bisa nikmatin sunset sambil buat api unggun."
Mentari kian menghilang di batas horison. Langit senja berpadu dengan debur ombak, suara kicau burung dan serangga, serta iringan gitar dan lagu dari kejauhan membuat syahdu suasana.Ia benar, inilah saat yang tadi dijanjikannya. Secangkir kopi hangat menemani senja kami kali ini. Ia mengajakku sedikit menjauh dari rombongan, duduk di atas karang sambil mereguk indahnya alam ciptaan Tuhan.
Kami menatap langit jingga yang perlahan berganti gelap. Tangannya menggenggam tanganku dengan lembut.
"Kamu tahu, kenapa tadi bisa begitu sangat banyak sampah yang kita kumpulin?" tanyanya.
Aku mengangkat bahu, tak tahu pasti. "Mungkin ulah wisatawan bandel," tebakku.
"Betul," ucapnya sambil mengangguk, "aku bersyukur sekarang pulau ini tak lagi dijadikan objek wisata. Untung saja BKSDA Jawa Timur bertindak cepat dengan memperketat perizinan kunjungan ke pulau yang juga menjadi cagar alam ini."
"Hmm, intinya sih kurang kesadaran dari pengunjung. Apalagi kalau tempat wisata udah viral di sosmed langsung deh orang pada latah pengin datang," balasku.
"Iya. Gabung sama yang lain, yuk."
Kami pun bergandengan, berjalan bersisian di tepi pantai. Bergabung bersama rombongan.
130720
UUhuk... Mepet deadline lagi.
Kangen piknik 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
About Yesterday
Short StoryIni adalah kisah lalu antara aku dan dia yang masih selalu menarik untuk diceritakan. Tantangan 28 hari, 28 tulisan. Berisi cerita mini, puisi, sajak, atau apa pun dengan tema random setiap harinya.