The City

13 2 0
                                    

The City Of Bone And Shadow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The City Of Bone And Shadow

Kota yang semula tampak rapi, teratur, dengan masyarakat yang sibuk, tetapi tetap ramah menyapa, sekarang tak lagi dapat dikenalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota yang semula tampak rapi, teratur, dengan masyarakat yang sibuk, tetapi tetap ramah menyapa, sekarang tak lagi dapat dikenalinya. Tidak ada lagi keramaian orang berlalu-lalang ke kantor. Jalanan lengang tanpa kendaraan. Pasar sepi, hanya ada onggokan sisa sayuran, buah, dan lauk-pauk bahan mentah. Rumah-rumah tak lagi layak huni.

Tempat kelahirannya telah berubah hanya dalam hitungan jam.

Kemarin ia baru saja mendapat visi yang sama sekali tidak menyenangkan. Kini, ia menyaksikannya sendiri bagaimana visi itu menjadi nyata. Sungguh mengerikan.

Sepanjang mata memandang yang dilihatnya hanya bangunan seragam yang membuat bulu kuduknya meremang. Bangunan yang dindingnya tersusun dari tulang-belulang manusia.

"Jangan-jangan keluargaku termasuk warga yang dibantai oleh penyihir dan dementor. Apakah visinya kemarin sebenarnya adalah panggilan minta tolong dari mereka?" pikirnya.

Langit tiba-tiba menggelap ketika ia mulai mempercepat langkah menuju rumah yang hanya bisa ia rasakan lewat mata batin. Seluruh jalan di sini sudah tak bisa lagi ia kenali dengan mata biasa.

"Apa-apaan ini!" keluhnya tatkala melihat bayangan dementor menutupi langit di atas kepalanya.

Ia menghitung langkah, waspada dan bersiap mengeluarkan tongkat sihir yang disimpannya di balik jaket.

Ia menghitung langkah, waspada dan bersiap mengeluarkan tongkat sihir yang disimpannya di balik jaket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana menurut lo?" tanyaku setelah membiarkan dia melihat tulisan baruku yang belum selesai. "Ini cerita fantasi pertama gue."

"Hmmm," gumamnya sambil menatapku dan laptop bergantian. "Terlalu berbelit-belit di awal. Mendingan lo tukar, ganti adegan berantem sama dementor di depan, baru penjelasan tentang kota setelah si karakter utama berhasil lolos dari dementornya. Biar terasa ketegangannya."

"Ah, ide bagus. Ternyata biarpun nggak suka baca, kadang saran lo oke juga," kataku sambil menggeser laptop ke hadapanku.

"Lah gue kan emang suka cerita fantasi thriller, biarpun jujur lebih suka film daripada buku," ujarnya.

About YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang