MK • FIVE 🐕

13K 975 2
                                    

Untung saja tak lama setelah gerutuan Ridho mereka Nando, Arya, dan Puspi datang dengan membawa bungkusan makanan dan yang pasti serba coklat. Begitu sampai di hadapan Ridho segera saja Ridho menyemprot mereka dengan omelan miliknya.

"Ngapain dulu di kantin tadi? Dandan kek tante cabe?" tanya Ridho dengan suara sinisnya yang membuat Nando, Arya, dan Puspi tertawa terbahak-bahak.

"Dih bukan level kita dungs," ucap Puspi. 

"Idih gaya lu kaleng rombeng," ucap Nando sembari memutar kedua bola matanya.

"Lah itu memang bukan style gue," ucap Puspi. 

"Hilih yain aja dah serah elu tong," ucap Arya dengan malas.

"Nah gue beliin gorengan sebagai upah jagain bocil," ucap Puspi sembari memeberikan gorengan kepada Ridho.

"Nah mantap nih!!" seru Ridho sembari menerima gorengan tersebut dan mengacungkan ibu jarinya.

"Dih yaudin buruan makan," ucap Puspi yang diangguki oleh Ridho.

"Oh yeu alasan kita dikantin lama tuh karna tadi murid baru di bully makanya lama balik kelasnya," ucap Puspi sembari memakan kentang goreng miliknya.

"Murid baru di MIPA satu?" tanya Ridho.

"Emang ada lagi murid baru selain Mipa satu?" tanya Arya sembari bermain game di ponsel miliknya.

"Ya kagak tau lah kan mereka kagak lapor ke gue," ucap Ridho.

"Serah lu tong serah," kesal Nando sembari memutar kedua bola matanya.

"Enghh," lenguhan Ica terdengar yang membuat mereka menatap Ica.

"Dah bangun cil?" tanya Arya sembari sesekali bergantian menatap ponsel dan Ica yang masih mengumpulkan nyawanya.

"Hmm," jawab Ica dengan gumaman sembari mengucek-kucek kedua bola matanya dan menguap kecil membuat dirinya terlihat imut.

"Pada bahas apa?" tanya Ica sembari menatap teman mereka satu-satu.

"Oh si murid baru di bully tadi di kantin," ucap Puspi.

"Oh kirain ada apa," ucap Ica cuek yang membuat mereka semua terdiam.

Micha Kecilku melihat pembullyan dan ia hanya diam? Wahh keajaiban dunia. Puspi bahkan sudah menganga mendengar jawaban dari Ica, sedangkan Arya dan Nando memandang Ica dengan menaikkan salah satu alisnya, dan Ridho tetap asik memakan gorengan miliknya.

"Kenapa?" tanya Ica polos ketika melihat teman-temannya sedang menatapnya.

"Lo tau gue ngomong apa tadi?" tanya Puspi.

"Tau kok kan Ica dengerin. Ica ngga budeg kok," jawab Ica polos.

"Coba ulangi lagi," ucap Arya.

"Murid baru dibully di kantin," ucap Ica polos.

Sedetik setelah menguncapkannya Ica membelakkan kedua bola matanya dan berteriak kencang membuat para sahabat percaya bahwa yang kali ini sahabat mereka jika tadi adalah jin iprit.

"MEREKA DIBULLY DI KANTIN?! DEMI APA?!! KENAPA NGGA ADA YANG KASIH TAU ICA?!!" teriak Ica sembari berkacak pinggang membuat teman sekelas meringis dengan tingkah Ica tersebut.

"Elu kagak nanya!!" ucap teman sekelas kompak yang membuat Ica mengercutkan bibirnya.

Tanpa babibu ia keluar dari kelas dan menuju ke kantin dengan tergesa-gesa. Ia tidak memperdulikan orang yang ia tabrak. Saat turun dari tangga tiba-tiba saja ia membelakkan kedua bola matanya saat melihat jalan koridor menuju kantin sedang di pel dan masih sangat basah.

Nasi sudah menjadi bubur Ica tidak bisa menahan dan ia terjatuh ke bawah membuat pakbon yang sedang menggepel menggelengkan kepalanya.

"Aduh Pak maaf ya!! Ica lagi buru-buru. Permisi pak!!" ucap Ica yang bangkit dan berlari lagi menuju UKS tidak memperdulukan pakbon yang meneriaki dirinya untuk berhati-hati.

Ketika sampai di UKS ia segera mengambil kotak P3K dan berlari menuju kantin dengan cepat tanpa memperdulikan teriakan penjaga UKS yang kesal karna tingkah Ica.

Ketika sampai di kantin Ica ngos-ngosan. Ia berjalan dengan tergesa-gesa dan mata yang menatap ke segala penjuru untuk mencari keberadaan teman barunya. Namun nihil ia tidak menemukannya. Ica tetap berjalan menyusuri sekolah dan tidak menyadari bahwa kakinya menuntunnya ke belakang taman sekolah.

Ica seperti melihat tiga orang yang berada di bawah pohon besar. Ia menajamkan kedua matanya dan tersenyum ketika mendapati ketiga teman barunya berada disana. Segera saja tanpa menunggu waktu Ica berlari ke arah mereka.

"Niel, Dodo, Lala!!" teriak Ica memanggil ketika sudah sampai didepan mereka dengan suara kencang yang membuat mereka bertiga membuka mata karena terkejut.

Bagaimana tidak terkejut Ica berteriak tepat di depan mereka lebih tepatnya di depan David tapi tetap saja suara Ica yang berteriak kencang membuat mereka bertiga terkejut. Terutama David ia seketika memijat pangkal hidungnya dan mendegus kesal.

"Apa?" tanya David kesal dengan suara tajam yang membuat Ica menunduk dan mundur beberapa langkah.

"I-Ica cuma mau obatin Niel, Dodo, sama Lala," cicit Ica dengan suara kecil sembari menyodorkan kotak P3K yang diambilnya dari UKS.

Melihat itu David menghembuskan napas secara kasar sedangkan William dan Max memandang Ica dengan tatapan tidak percaya. Max yang melihat Ica terdiam ketakutan ia segera membuka suara.

"Kalau begitu obati kami," ucap Max yang membuat Ica mengangkat kepalanya.

"Boleh?" tanya Ica polos yang membuat Max dan William mengangguk sedangkan David ia terdiam tanpa berniat membalas.

Ica mendekat ke arah William dan membersihkan luka lecet yang berada di keningnya kemudian memberinya obat merah setelah itu menempelkan plester di dahi William. Ketika selesai mengobati William dengan rapi Ica tersenyum yang membuat William ikut tersenyum.

"Yeyy!! Lala udah Ica obatin," ucap Ica dengan riang yang dibalas senyuman oleh William.

"Sekarang giliran Dodo," ucap Ica yang sekarang dihadapan Max.

Sama seperti William ia juga mendapatkan luka yang sama hanya saja milik Max lebih panjang lukanya. Ica membersihkan luka lecet itu kemudian memberinya obat merah setelah itu menempelkan plester di dahi Max. Saat selesai mengobati Max dengan rapi Ica tersenyum yang membuat Max ikut tersenyum seperti William.

"Dodo udah selesai yey!!" ucap Ica dengan senang.

Ica mengalihkan tatapannya ke arah David yang memejamkan matanya. Ica ingin mengobati tapi takut jika ia akan mendapatkan tatapan mata yang sangat tajam dari David jadi Ica hanya terdiam menatap David yang memejamkan matanya.

"Obati saja," ucap Max.

"Tapi nanti Ica diomelin," ucap Ica polos.

"Tidak akan. Aku jamin," yakin William yang membuat Ica tersenyum.

Perlahan tapi pasti Ica mendekat ke arah David. Matanya terfokus pada sudut bibir David yang mengeluarkan darah tapi sudah mengering. Tangan Ica terulur untuk membersihkan luka di sudut bibir David. Ketika kapas menempel di sudut bibir David seketika membuat David membuka matanya dan menatap Ica.

"I-Ica cuma mau ngobatin ini aja," ucap Ica yang dibiarkan saja oleh David.

Semarang, 2 Februari 2021

TBC

Micha Kecilku [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang