"Ngga Ca, mereka harus belajar apalagi mereka kelas unggulan beda sama kita," ucap Puspi yang membuat Ica mengercutkan bibirnya.
"Ish Ica ngga perduli ucapan Nia," ucap Ica cuek bebek.
"Niel, Lala, sama Dodo maen disini aja yuk sama Ica," ajak Ica polos.
"Jadi maksudnya kami diminta membolos?" tanya William.
"Heem," jawab Ica sembari menganggukan kepalanya membuat William, dan Max geli akan hal itu.
"Maaf Ica tapi kami tidak bisa," tolak Max yang membuat raut Ica menjadi sedih.
"Dahlah Ca merekakan kelas unggulan dituntut pinter dan ga boleh cabut. Gimana kalau kita beli es krim aja? Gue yang traktir deh," ucap Nando.
Ica tetap terdiam walau Nando sudah membujuknya atau temannya yang lain yang juga membujuk Ica. Tapi sedetik kata-kata dari Arya menyadarkan Ica kalau dirinya tadi sudah bersikap egois dengan memintanya seperti itu.
"Jangan egois napa. Mereka sekolah di kelas unggulan beda sama kita ya pasti jelas beda pelajarannya dan waktunya. Dahlah jan egois Ca," ucap Arya yang kemudian menabok mulutnya sendiri karena kehilangan kontrol.
Puspi dan Nando menatap Arya tajam yang dengan santainya mengatakan hal seperti itu. Bagaimanapun juga Ica adalah anak yang polos dan semua yang dikatakan orang di masukkan ke hati. Apalagi orang terdekat, ia tidak pernah menyaringnya dan langsung di masukan ke hati. Arya yang dipandang tajam oleh Puspi dan Nando hanya bisa menunjukkan cengiran khas miliknya.
"Maaf ya udah egois sama Niel, Lala, sama Dodo. Kalian boleh ikut kelas kok. Semangatt!!" ucap Ica dengan senyum dibibirnya.
'Tersenyumlah jika kau ingin baby girl. Jangan memaksa seperti ini,' batin David ketika mengetahui jika senyum yang diberikan Ica adalah senyum palsu.
William dan Max yang melihat itu terdiam. Mereka tidak tau harus menjawab apa. Ingin mereka bersama Ica dan mengikuti kemauan gadis itu namun mereka tidak bisa karena sedang menjalani hukuman dan berarti tidak bisa berbuat onar lagi.
"Ica pergi dulu ya. Papay para cogannya Ica!!" ucap Ica riang sembari berjalan pergi dan melambaikan salah satu tangannya tak lupa senyum cerah yang ia berikan.
David, William, dan Max menatap kepergian Ica dan temannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Terutama David.
"Tadi dia bilang cogan? Berarti gue ganteng dong," ucap William.
"Bilangnya ke gue geblek!!" bantah Max sembari menoyor kepala William.
"Gue Max!!"
"Ge William!!"
"SHUT UP!!" ucap David penuh penekanan yang membuat mereka berdua seketika terdiam.
'Goblok gue!! Kan Bang Dav kagak suka keributan astoge!!' batin William merutuki dirinya sendiri.
'Dasar oon bisa-bisanya debat di depan Bang Dav,' batin Max merutuki dirinya sendiri.
🍭 Amerika Serikat 🍭
"Jadi benar jika mereka bertiga tidak berbuat salah," lirih Roberth kemudian menghembuskan napasnya pelan dan memijat pelipisnya.
"Jadi sekarang kamu ingin bagaimana?" tanya Elista.
"Kita suruh mereka balik kesini," jawab Roberth kemudian mengotak-atik ponsel miliknya.
"Yang benar saja. Mereka baru sehari masuk sekolah dan sudah disuruh kembali kesini?" tanya Elista tak percaya.
"Aku tidak bisa berjauhan dari anakku Ta. Ini salahku yang tidak mendengarkan pembelaan dari mereka dan justru percaya kata orang lain daripada anakku sendiri," ucap Roberth dengan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Micha Kecilku [END] ✔
Romance"Shtt tenang sayang. Everything gonna be alright." "Shtt sudah ya jangan nangis. David janji kalau Ica berhenti nangis nanti Ica juga sekolah di NY bareng David." "N-Niel hiksh j-jan hiksh ji hiksh." "Janji!!" 🥇Datar 19-06-2021 🥇Fake 08-07-2021 🥇...