MK • SIXTEEN 🐢

10.8K 768 23
                                    

'Kok kek badut ya tampilannya,' batin Ica sembari menatap penampilan wanita tersebut.

Beberapa wanita menantikan jawaban dari David termasuk saudara tiri David yang juga menantikan jawabannya. Sedangkan Ica ia hanya mendengarkan saja tanpa tahu apa yang mereka bicarakan karena Ica lemah dalam bahasa Inggris. David tersenyum beberapa saat yang membuat para wanita terpana kemudian mengeluarkan suaranya.

"She is my fiancè!!" ucap David. ["Dia tunanganku!!"]

Cup

Cup

Cup

David mengecup kedua pipi dan kening Ica membuat beberapa kaum hawa atau wanita memekik histeris ada juga yang pingsan karena pengakuan dari David. Sedangkan kaum adam atau laki-laki berisul menggoda kepada David.

"Ihh Niel kenapa cium Ica sih!!" pekik Ica sembari menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang milik David.

David hanya terkekeh dan kemudian memeluk Ica tak lupa mencium puncak kepala Ica yang semakin membuat Ica malu. Kedua saudara tiri David bersiul menggoda David.

"Sudahlah ayo ke kelas!!" ucap Max yang diangguki oleh semua minus Ica yang masih malu.

Mereka ber-empat segera meninggalkan tempat tersebut tanpa memperduluka beberapa wanita yang tadi pingsan.

Cklek

David membuka pintu kelas yang membuat beberapa orang menatap ke arahnya apalagi ke arah Ica yang dirangkul bahunya oleh David dari tadi. David menuntun Ica menuju tempat duduk yang biasa di duduki oleh David, Max, dan William.

Max dan William duduk berdua kemudian Ica dan David duduk berdua di depan Max dan William. Tempat duduk mereka berada di pojok kanan paling belakang dan tidak ada seorangpun yang berani mengganggu gugat kawasan David, Max, dan William.

"Hm tadi Niel bicara apa? Kok ada beberapa cewek yang teriak abis itu pingsan emang Niel ngomong apa?" tanya Ica sembari menatap Niel meminta penjelasan.

"Hanya memberi tau jika Ica pindahan dari Indonesia," bohong David.

"Kok mereka sampai teriak abis itu pingsan?" ucap Ica.

"Karena mereka tidak menyangka jika Ica berada di negara yang jauh dari sini," ucap David yang membuat Ica menganggukan kepalanya.

Pelajaran-pun di mulai dan berjalan dengan terkendali walau Ica tidak terlalu paham dengan bahasanya namun David mencatat dalam bahasa Indonesia sehingga membuat Ica paham dan tersenyum. Detik demi detik. Menit demi menit. Jam demi jam. Siang berganti malam. Hari demi hari.

Dan sekarang sudah dua minggu semenjak Ica pertama kali masuk di sekolah tersebut. Bahasa Inggris milik Ica mulai lancar dan ia mulai bisa ceplas-ceplos berbicara menggunakan bahasa Inggris. Hal itu tentu saja berkat David, William, Max, Mommy, dan Daddy yang mengajari Ica terus menerus dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat Ica cepat fasih.

Tak hanya bahasa Inggrisnya yang fasih, David semakin hari semakin possesive, protective, dan cemburuan. Ia tidak akan membiarkan Ica sendirian kapanpun dan dimanapun tapi minus saat tidur di rumah dan di kamar mandi tentunya. Tak ada yang berbeda dari perlakuan David kepada Ica.

Micha Kecilku [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang