MK • ONE 🐒

30.1K 1.3K 12
                                    

🍭 Amerika, Mansion Roberth 🍭

"Fuck!! This is not my false!!" umpat Max.

"Yeah!! You right!!" dukung William.

"You not angry Dav?! Seriously?!!" tanya Max tidak percaya.

"Why?" ucap David santai.

"Kenapa?! Elu tanya kenapa?!! Hell!! Kita dihukum sedangkan itu bukan kesalahan kita!!" kesal Max.

"Anggap saja kita liburan," balas David.

"Masalahnya disana kita kagak di kasih fasilitas!!" seru William.

"Nanti kita ga dapet cewe cantik!! Eh ralat gue dan William secara elu kan ga main sama cewe," ucap Max.

David menghela napas dengan kasar dan memandang kedua saudara tirinya yang cerewet melebihi apapun. David memandang Max dan William dengan tajam hingga membuat kedua orang tersebut mengalihkan tatapannya ke segala arah.

"Anggap saja kita mencari perempuan yang tidak memandang harta," ucap David.

"Ya apa ada? Ish ini semua salah Daddy pokoknya!!" ucap William.

"Diam dan terima saja!!" bentak David karena kesal dengan kelakuan kedua saudara tirinya.

Mendengar bentakkan dari David membuat Max dan William terdiam. Mereka seketika menyibukkan diri mereka sendiri ntah menatap ke segala penjuru, atau bermain hp.

Cklek

"Kalian akan berangkat malam nanti dan jangan buat masalah," ucap Daddy yang kemudian menutup pintu kembali.

Tak mau membuat keadaan semakin runyam David, Max, dan William segera menuju kamar mereka masing-masing untuk memeriksa apakah ada barang yang ketinggalan.

🐒🐒🐒

"Jangan nakal ya kalian, Mommy sayang kalian," ucap Mommy dengan terisak karena akan berpisah selama beberapa tahun dengan anaknya.

"Simpan saja air matamu Clara. Mereka memang pantas mendapatkan hukuman seperti itu," ucap Daddy dingin.

"Daddy!!" teriak Max dan William bersama.

"David pamit dulu," ucap David dingin dan segera pergi dari sana menuju jet pribadi milik keluarganya yang disusul oleh Max dan William.

Daddy dan Mommy yang melihat sifat David yang semakin dingin dan cuek hanya bisa menghela napas kasar. Terutama Daddy yang memandang anak kesayangannya itu dengan tatapan sedih.

"Hanya Jesicha yang bisa membuatnya menjadi hangat. Semenjak dia pergi anakku menjadi sosok yang lain," sedih Daddy.

"Ya, aku setuju!! Hatinya telah membeku semoga disana dia menemukan mataharinya yang bisa melelehkan hatinya yang beku," ucap Mommy yang membuat ia mendapatkan tatapan tajam dari Daddy.

"Kenapa?" tanya Mommy karena melihat tatapan Daddy.

"Dia masih kecil!! Sekolah dulu yang benar baru cari kekasih," kesal Daddy yang pergi begitu saja meninggalkan Mommy yang terkikik geli.

🐒🐒🐒

Di dalam jet tersebut Max dan William langsung tertidur pulas sedangkan David tengah berkutat dengan laptop di pangkuannya dan kaca mata yang bertengger di atau hidung mancungnya serta jari-jari tangannya yang tengah menari di atas keyboard dengan lincah.

"Tuan," ucap Jovanka.

"Ada apa?" tanya David tanpa melirin Jovanka asisten pribadinya dan tangan kanannya sendiri.

"Ini data yang anda minta tuan. Data tentang sekolah yang akan anda masuki lengkap dengan identitas guru dan murid yang ada disana," jelas Jovanka sembari memberikan map kepada David.

David menghentikan aksi mengetiknya dan menatap map tersebut kemudian menaikkan pandangannya ke arah tangan kanannya. Sedangkan Jovanka meringis ketika mendapat tatapan tajam tersebut dalam batinnya ia bertanya apakah ia melakukan kesalahan.

"Pergilah," usir David setelah mengambil map tersebut dan mulai membacanya dengan teliti.

"Jadi sekolah tersebut adalah sekolah untuk orang-orang kalangan atas saja dan bahkan untuk kelas dibedakan berdasarkan kepintaran. Menarik," ucap David saat membacanya.

Setelah selesai membaca ia menutup map dan mematikan laptopnya setelah menyimpan apa yang ia ketik tadi dan kemudian David memandang sendu jendela yang menampilkan langit malam. Segera saja sebelum ia semakin larut ia berjalan menuju tempat tidur untuk tidur.

🐒🐒🐒

"Kenapa sih kita harus tampil culun gini," keluh Max.

"Setujuu!! Mana ilfeel sendiri lagi gue," sambung William.

"Diamlah kalian berdua!! Kuping gue serasa mau pecah dari kemaren kalian bacot terus!!" bentak David karna emosi.

"Maaf," cicit William dan Max karena takut jika David mulai mengamuk. Walaupun mereka saudara tiri namun jika David mengamuk maka akan menimbulkan bencana.

"Terima dan jangan mengeluh!! Paham?!" ucap David sembari menatap kedua saudara tirinya.

"Paham!!" jawab Max dan William segera.

David, William, dan Max segera berangkat menuju ke sekolah mereka. Jarak anatara sekolah dengan apartemen yang di berikan oleh Daddy dan Mommynya lumayan jauh membutuhkan waktu tiga puluh menit dan parahnya lagi mereka bertiga tidak di beri kendaraan jadi mereka bertiga harus menaiki angkutan umum.

🍭 Rumah Micha 🍭

"Ica bangun!! Buruan astaga!! Empat puluh menit lagi kamu masuk!! ICA!!" Teriak Ibu Micha.

"Sabar Bu, lima menit lagi yaa, nyawa Ica kecebak macet," ucap Ica sembari menarik selimutnya supaya menutupi kepalanya agar tidak mendengar teriakan membahana dari Ibunya.

Kesal karena mendapati Ica yang semakin tidur akhirnya Ibu memutuskan untuk keluar kamar. Tak lama ia kembali beserta membawa gayung yang di dalamnya berisikan air. Sedetik kemudian air itu telah berpindah.

Byurr

"Ibu!!! Bapakk!!! Tsunami!!! Tsunami!!" teriak Ica sembari mengambil novel-novel miliknya.

Saat sampai di pintu Ica terdiam dan kemudian menatap Ibunya dengan tatapan permusuhan. Begitu juga Ibu yang memandang Ica dengan tatapan sangat sengit.

"Dengan ini Ica menendang--"

Brukk

Belum selesai Ica menyelesaikan kalimatnya Ibu sudah melempar gayung tersebut ke arah Ica dengan sadis dan naas gayunh tersebut mengenai idung Ica yang kemudian memekik kencang.

"Huaa Ibu!! Sakitt!!" teriak Ica sembari memegangi hidungnya.

"Buruan siap-siap!! Liat jam!!" ucap Ibu yang seketika membuat Ica tersadar dan melirik jam dinding di kamarnya.

"Hua!! Kenapa Ibu ngga bangunin Ica!!" teriak Ica yang kemudian lari ke dalam kamar mandi bergegas mandi.

"Bocah edan," dumel Ibu sembari mengambil gayung yang terjatuh dan menyiapkan bekal untuk Ica yang bisa dipastikan bahwa Ica tidak akan sarapan seperti biasanya.

"Ica berangkat!!" teriak Ica sembari menenteng bekal dan berlari untuk mencegat angkotan umum.

"Hati-hati!!" teriak Ibu.

Dengan semangat Ica berlari tanpa memperdulikan keadaannya yang mengenaskan. Rambut acak-acakan, tas yang tidak benar ia kenakan, rok yang ia angkat hingga sebatas lutut. Beruntung ia segera mendapatkan angkot. Di dalam angkot tersebut Aya membenarkan tampilannya agar tidak seperti orang gila. Ia mulai membenarkan dasinya, kemudian tasnya dan memasukkan bekalnya, setelah itu memakai minyak telon di lehernya dan tak lupa memakai bando di kepalanya.

"Pak kiri pak!!" teriak Ica dengan suara toa nan cemprengnya yang membuat beberapa penumpang terganggu.

"Nih ya pak ongkosnya," ucap Ica sembari memberikan uang tiga ribu rupiah.

Semarang, 3 Januari 2021

Tbc

Micha Kecilku [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang