Part 14

5.8K 312 25
                                    


"Jadi kamu mengancam anakku, agar dia mau menikahimu?" tanya Ayah geram.

Reyna mengangguk pelan sambil melirikku sekilas, lalu menatap Mas Raka seolah meminta pembelaan.

"Murahan!" desis Ibu menatap Reyna sinis.

"Apa orang tuamu tahu, kalau kamu ini menikah dengan suami orang?!" tanya Ayah lagi.

"T-tahu Pak." Reyna menunduk sambil memainkan jari-jemarinya. Dia seperti pesakitan yang sedang disidang.

"Apa mereka tidak mengingatkanmu? Atau malah mendukungmu?"

Reyna tak menjawab pertanyaan Ayah. Bulir bening mengalir di pipinya. Berkali-kali menatap Mas Raka, tetapi Mas Raka mengacuhkannya.

"Raka, apa kamu yakin itu adalah anakmu?" Ayah ganti bertanya kepada Mas Raka.

Tampak Mas Raka sedikit terkesiap mendapat pertanyaan dari ayah.

"Eum ... insyaAllah, Yah, itu benar anakku." Hatiku mencelos mendengar jawaban Mas Raka.

"Ma-maafkan saya Pak, s-saya memang salah, tapi demi Allah anak yang saya kandung ini anak Mas Raka. Saya mencintai Mas Raka." Reyna terisak.

"Rasti, kamu bagaimana? Apa kamu menerima pernikahan Raka dengan Reyna?" Kini Ayah melempar tanya padaku.

"Maaf, Yah, Rasti gak bisa."

"Untuk keputusanmu, Ayah tidak bisa ikut campur, tapi Ayah hanya mengingatkan, kalau sekarang ada janin yang sedang tumbuh di rahimmu. Jadi pikirkan dengan baik keputusan yang akan kamu ambil."

"M-mbak Rasti hamil?" Mata Reyna membulat demi mendengar berita kehamilanku.

"Allah masih memberikku kesempatan untuk kembali menjadi wanita seutuhnya. Menjadi ibu untuk anak Mas Raka."

"Jadi bagaimana Raka? Apa keputusanmu? Mempertahankan keduanya?" Ayah menatap Mas Raka tajam.

"Aku sangat mencintai Rasti, Yah, aku gak mau pisah dari Rasti. Jika Rasti gak mau menerima Reyna sebagai madunya, maka aku harus menceraikan Reyna." Mas Raka menggenggam tanganku erat.

"Mas! Gak bisa gitu dong, ini gak adil!" pekik Reyna.

"Kamu yang memaksaku untuk menikahimu! Padahal kamu tahu aku sangat mencintai Rasti!"

"Mas!" protes Reyna segera dipotong Ayah.

"Raka ... kedua istrimu sedang hamil, jadi kamu tidak bisa menceraikan mereka. Untuk saat ini yang bisa kamu lakukan adalah berlaku adil pada mereka. Meski Ayah tidak menyetujui pernikahanmu dengan Reyna tapi Ayah juga tak bisa menutup mata bahwa saat ini kedua istrimu sedang hamil," papar ayah.

"Mas, aku mohon jangan ceraikan aku, bagaimana dengan anak ini kalau kita cerai Mas?" Reyna berlutut di depan Mas Raka.

Aku memalingkan muka melihat Reyna memegang erat tangan Mas Raka.

"Duduklah, nanti kita bicarakan lagi selanjutnya mau bagaimana." Mas Raka meraih pundak Reyna agar bangun dan duduk kembali di kursi.

"Rasti, Ayah minta bertahanlah. Kita tunggu sampai anak Reyna lahir. Untuk sementara, ikhlaskan hatimu agar Raka bersikap adil padamu juga Reyna."

Aku menunduk, ada perih yang menyayat. Namun aku juga harus memahami, bagaimanapun saat ini Reyna adalah istri Mas Raka yang sedang hamil. Dia punya hak yang sama denganku. Meski sakit tapi aku harus berusaha menerimanya. Berdamai dengan takdir mungkin ini menjadi pilihan yang tepat saat ini.

"Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu pulang," titah ayah.

Reyna mengangguk lalu menatap Mas Raka.

"Mas bisa anter aku?" tanyanya memohon.

Anakku Bukan AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang