Anakku Bukan Anakku****
"Akh ...!" jeritku.
"Ibu?!" Bibi langsung berlari ke arahku. "Ibu, kenapa?"
"Perut saya tiba-tiba mengencang, Bi," jawabku sambil meringis menahan sakit.
Bibi memapahku untuk duduk kemudian mengambilkan teh yang sudah dia siapkan.
"Diminum dulu tehnya, Bu." Aku mengangguk.
"Mama, kenapa?" Kiya mendekatiku kemudian memeluk tubuhku dari samping.
"Mama gak apa-apa, Sayang. Cuma sakit perut dikit," jawabku sambil mengusap kepalanya.
"Adek bayi nakal?" Dia menengadahkan kepalanya menatapku. Aku dan bibi terkekeh mendengar pertanyaannya.
"Heuhm ... adek bayi gak nakal, hanya pengin ngajak Kakak Kiya becanda." jawabanku sukses membuat mata bulat Kiya melebar. Dielusnya perutku.
"Kakak seneng?" tanyaku.
"Seneng." Kiya mengangguk cepat.
"Papa ... tadi Mama sakit perut, katanya adek bayi ngajakin Kakak Kiya becanda," lapornya saat melihat Mas Raka keluar dari kamar.
"Mama sakit?" tanya Mas Raka panik. "Kita ke dokter?"
"Gak usah, cuma perutku tadi seperti mengencang. Mungkin hanya kram biasa," jelasku.
"Jangan dianggap remeh, Ma. Besok kita konsultasi ke dokter." Mas Raka menarik kursi di sebelahku lalu duduk sambil memangku Kiya.
"Ini hal yang normal pada wanita hamil, jangan terlalu dianggap serius," jawabku tenang sambil menuang teh kedalam cangkir Mas Raka.
"Besok pagi Papa jemput, kita ke dokter," tegasnya tanpa menoleh kepadaku. Aku mencebik.
"Urus saja dulu Reyna, dia yang lebih membutuhkanmu saat ini." Aku menjawab sarkastik
"Ma ...!" Mas Raka menatapku tajam. Aku hanya mengedikkan bahu.
Aku menunduk kembali menyesap teh dihadapanku.
****
Mas Raka terlihat antusias melihat layar komputer dimana di sana terlihat janinnya tumbuh di rahimku.
"Gimana, Dok?" tanya Mas Raka setelah pemeriksaan USG selesai.
"Gak apa-apa, Pak. Ini mungkin hanya kram perut yang biasa terjadi pada ibu hamil di trimester awal. Apalagi Bu Rasti hamil pada usia rawan kehamilan," jelas dokter didepanku.
"Bu Rasti hanya perlu menjaga agar tidak terlalu lelah, dan jangan stres ya, Bu. Pada trimester pertama, ibu hamil rentan terkena stres. Stres ini bisa menyebabkan banyak hal, termasuk perut kram dan mulas pada ibu hamil muda. Jika stres tidak ditangani dengan baik, hal tersebut bisa berakibat fatal hingga keguguran."
"Ini saya kasih vitamin saja untuk Bu Rasti, nanti bisa di tebus di apotik," ujarnya sambil menuliskan resep, kemudian memberikannya kepada Mas Raka.
Kami pun beranjak dan berlalu dari ruangan itu setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.
"Mama tunggu disini dulu. Papa ke apotik beli obatnya." Mas Raka menyuruhku duduk di kursi tunggu tak jauh dari tempat mengambil obat. Aku menurut saja tanpa mendebat. Ada bahagia bahwa Mas Raka masih tetap memperlakukanku seperti ini.
Kutatap punggung kokoh lelakiku yang tengah berjalan menuju ke apotik rumah sakit. Rasa kagumku tak pernah pudar, justru semakin bertambahnya umur aku semakin tergila-gila padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakku
General FictionRasti harus ikhlas menerima takdir. Setelah sebelumnya dia kehilangan anak semata wayang, diapun harus bisa ikhlas merawat anak hasil selingkuhan suaminya. Memaafkan penghianatan suaminya dan berusaha memperbaiki kembali rumahtangganya yang telah r...