Part 8

5.2K 309 3
                                    

Pagi belum sepenuhnya menyapa, tapi celoteh Kiya membuatku mengerjapkan mata. Dengan mata yang masih membayang aku meraba mencari posisi Kiya. Saat mataku terbuka sempurna aku sontak terperanjat karena posisi Kiya sudah berada dipinggir ranjang bawah dan hampir saja terjun bebas kelantai.

Segera kugendong dan kupindahkan ketengah ranjang. Mas Rama yang masih terlelap akhirnya ikut terbangun demi merasakan pergerakanku di tempat tidur.

"Mau bikin susu Ma?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nggak, cuma ngecek diapers Kiya aja ini, takut bocor," jawabku sembari membuka diapers Kiya, kemudian menggantinya dengan yang baru setelah sebelumnya kubasuh dulu dengan tissue basah.

Adzan shubuh berkumandang mengalirkan damai direlung jiwa. Mas Raka beranjak dari ranjang kemudian menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke masjid.

Sementara aku masih bergulat dengan celoteh Kiya yang menggemaskan. Mulutnya terus meracau dan bermain ludah, tangan dan kakinya menggapai diudara. Betapa kebahagiaan itu sesuatu yang sederhana.

Tak berapa lama Mas Raka sudah siap berangkat ke masjid.

"Papa ke masjid dulu Ma," pamitnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawabku.

Kugendong Kiya dan kuletakkan di box bayi agar aku bisa beraktifitas pagi dengan tenang tanpa takut Kiya terjatuh.

Memasak nasi sambil menyalakan mesin cuci, dan menyiapkan sayuran untuk dimasak. Bekerja sambil sesekali mengawasi sikecil Kiya.

Saat sedang asyik menyiangi sayuran tiba-tiba sepasang tangan kokoh melingkar dipinggangku. Aku terperanjat.

"Papaa, bikin kaget ajaa," seruku manja. Mas Raka mencium pipiku sekilas sambil tangannya meraba-raba area sensitifku. Aku menggelinjang sambil tertawa geli.

"Pa ...." Aku pura-pura merajuk.

Mas Raka tertawa sambil berlalu meninggalkanku yang cemberut.

"Salat shubuh dulu Maa," teriaknya sebelum menghilang dipintu kamar.

Kutinggalkan segera aktifitas di dapur, kemudian berwudhu untuk melaksanakan salat shubuh sebelum kesiangan.

****

Aku baru saja menidurkan Kiya. Kutatap wajah polosnya yang terlelap damai. Ah ... betapa aku bahagia memilikinya. Mas Raka? Jangan tanya, dia sangat menyayangi Kiya. Terkadang malah sangat berlebihan cara dia menyayangi Kiya.

Kuusap lembut pipi halus Kiya, kemudian kukecup keningnya. Wangi khas bayi menguar dan aku sangat menyukainya.

Kususul Mas Raka yang tengah merebahkan dirinya didepan televisi, dengan posisi tangan sebagai bantal.

Aku duduk didekat kepala Mas Raka dengan punggung menyandar dikursi. Tanganku bergerak mengusap-usap rambut Mas Raka.

"Apa ini kode?" Mas Raka bertanya dengan mata tetap fokus kearah televisi. Kemudian bangkit dan menatap manik mataku.

"Kode apaan?" Aku tersenyum simpul.

Dia tersenyum sambil memainkan alisnya.

"Dasar mesum!" desisku.

"Mesum sama istri sendiri gak papa dong," jawabnya nakal. "Mumpung Kiya udah tidur." Mas Raka menarik tubuhku hingga terbaring disebelahnya. Aku tertawa menanggapi tingkah mesumnya.

Mas Raka mendekapku mesra, sementara tangan kanannya kubiarkan melintasi setiap inci kulit tubuhku. Desahan dan rintihan kenikmatan bukti kalau aku menikmati setiap sentuhannya.

Anakku Bukan AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang