Chapter 16 - Clon

19.4K 909 24
                                    

Hello Readers!
Author is here to say,
Merry Christmas :D
Enjoy this chapter ^^


" Panggil aku Louise.. Kau bisa memanggilku sewaktu kamu membutuhkan kami"
Itulah yang dikatakan Raja Titan sebelum aku meninggalkan kota kecil tersebut.
Dia benar-benar baik, namun aku tidak bisa membiarkan para Titan ikut terseret dalam masalah ini.
Walaupun mereka dengan pasti bisa melumpuhkan segala musuh yang ada di medan perang, namun tetap saja.. Ini adalah perperangan antara klan Vampire dengan Werewolves.

Aku tengah dalam perjalanan kembali ke Rumpthorn.
Aku masih berpikir, Thalitha.. wanita itu hidup sebagai witch dan menderita.
Ia tidak seharusnya menderita seperti itu. Ini semua karena Arthemis! Ugh! kalau bukan karena perang, aku tentu tidak akan melepaskan kutukan tersebut. Karena Arthemis pantas untuk mendapatkan kutukan!

Ujung ruang dimensi pun terlihat, dan aku berjalan lebih cepat menuju ujung tersebut.
Keluar dari ruang dimensi, aku sampai di kamarku dan Revan.
Aku merasa ada keributan, lalu dengan cepat aku menoleh ke luar jendela. Dan terlihat semuanya sedang sibuk berperang. Mereka sudah memulainya sebelum aku sempat membuat perlindung diperbatasan?
Ugh, sialan. Untungnya aku sudah pernah membuat perlindung disekitar kerajaan. Dan kelihatannya, Revan sudah memperingati mereka untuk tidak keluar dari pelindung.

Dengan cepat aku melepaskan jaket luar yang sedari tadi kukenakan dan melemparnya.
Aku harus segera membuat perlindung di perbatasan..
" Ternyata kamu disini Witch"
Aku menoleh ke sumber suara tersebut, dan terlihat seorang wanita yang mempunyai mata hijau terang, wajahnya hampir mirip denganku. Rambutnya hitam kilat seperti rambutku sebelum aku menjadi witch dewasa. Postur tubuhnya juga serupa denganku. Apa dia Tiruan?!

" Aku tidak tahu bahwa ada yang meniruku- kamu seharusnya mati saja wanita jalang! jangan merebut Revan dariku!"
Ia melontarkan sihir padaku, dengan cepat aku menangkisnya dengan tongkat sihirku.
" Kau gila?! Aku istrinya yang sah! Kau yang meniruku- Witch jadi-jadian!" Seruku.
Wanita ini.. dia mempunyai ciri-ciri yang sama denganku, dan bahkan sihir yang ia lontarkan juga merupakan sihir sewaktu aku belum menjadi witch dewasa. Hanya saja, sikapnya itu terlihat ia sangat manja, dan jelas itu bukan diriku.
Bagaimana bisa wanita itu diciptakan?

" Kau yang meniruku! mau bahkan tidak terlihat seperti witch!"
Sumpah, wanita itu mulai membuatku kesal. Aku mulai mengfokuskan tenagaku dan merubah warna mataku. Hijau dan Merah.
" Monster! Jangan mendekat! Kalau kau mendekat, aku akan menjerit meminta pertolongan" Ancam wanita itu dengan tangan kanannya yang masih mengarahkan tongkatnya padaku. Sungguh, aku simpati padanya.

Aku berjalan melewatinya- karena kupikir replika seperti itu tidak usah diladeni.
Aku bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dan satu lagi-
Disekelilingnya tidak ada spirit, melainkan sihir yang dibuat para magicians.
Menarik. Kali ini aku harus menghapus semua klan magicians tanpa tersisa. Mereka patut untuk dimusnahkan dari permukaan.

Wanita itu pun merosot ketanah sembari menangis ketakutan.
Apakah aku sebegitu takutya?
Bentar.. Dia adalah diriku sebelum aku menjadi witch dewasa maupun vampire. Dari mana ia mempunyai memori tentang Revan?!
Aku menoleh pada wanita itu, dan menghampirinya lagi. Aku harus memastikan apakah wanita ini berbahaya atau tidak.

Aku mengangkat dagunya, dan wajah mungil yang tengah menangis itu pun terlihat dengan jelas.
" kauu- apa yang kau ketahui tentang Revan?"
Wanita itu tiba-tiba tersenyum. Kusadari, wanita ini mempunyai senyum licik. Dia JELAS bukan bagian dariku.
Tiba-tiba sebuah pisau terayun, dan aku bisa melihat darah pun menjiprat.
Wanita itu memakai pisau untuk melukaiku-
Dan kini, bagian perutku teriris dan lukanya cukup dalam dan panjang.
Aku mundur selangkah kemudian aku menyambar baju yang di gantung,dan berlari ke balkon dan memutuskan untuk lompat. Aku tidak bisa membunuhnya sekarang ini. Aku harus memulihkan lukaku terlebih dahulu,

Sesaat setelah aku lompat dari ketinggian itu, spirit Angin membantuku untuk mendarat di atas tanah.
Aku harus segera menyembuhkan lukaku dan membuat pelindung di hutan yang sudah diatur Revan. Ahya, Revan berada dimana sekarang ini? beberapa werewolves sudah memasuki kerajaan. Dan Revan masih belum kelihatan batang hidungnya. Para magicians juga belum kelihatan diluar kerajaan. Misi apa yang diberikan Magicians pada witch jadi-jadian tersebut?
Aku menoleh keatas, dan tepat disana. Aku bisa melihat Revan tengah bersama dengan wanita itu.

Revann.. bisakah kamu mengenaliku?

Aku dengan cepat bersembunyi dan segera melepas baju atasanku. Aku tidak mau darahku mengundang orang lain datang, karena itu akan membahayakan nyawaku. Untungnya aku sempat mengambil baju yang digantung, walaupun itu kemeja putih Revan- haha. tapi mau bagaimana lagi. lebih baik ada daripada tidak.
Baju T-shirt kulempar jauh dari tempatku sekarang berada. Aku tidak mau mereka mengetahui posisiku saat ini.

Aku pun menyembuhkan bagian luka tersebut. Aku harus bersyukur mempunyai kekuatan  semacam ini. Kalau aku witch biasa, pasti sekarang ini aku harus sibuk membuat ramuan dengan  kondisi yang setengah mati.
Bekas sayatan tersebut perlahan mengecil dan kemudian hilang.
" Spirit Air, Aku memerlukan bantuanmu"
Dengan cepat Spirit air datang, dan membuat sebuah gelang air yang kemudian membelah dan membersihkan bagian perutku. Sungguh, Spirit Air sangat mengerti kondisiku.

" Terimakasih Spirit air, anda bisa kembali lagi ketempat Revan" Ujarku sambil tersenyum padanya. Ia pun membalasnya dan menghilang.
Aku menoleh pada spirit Angin, ia terlihat khawatir padaku.
" Aku tidak apa-apa, Zephyrus" ucapku sambil tersenyum untuk menenangkannya.
" Lihatlah, aku sudah tidak lagi kesakitan bukan? "
Kemudian spirit angin memainkan angin disekitar wajahku, yang menandakan ia sudah tidak khawatir lagi.

" baiklah, ayo kita pergi ke hutan yang sudah dipersiapkan Revan.. Kamu tahu tempatnya bukan?"

 ***

Wanita itu lagi-lagi menghabiskan darahnya. walaupun ia sudah mencampurkan air dalam jumlah banyak.
Ia terlihat kecapekan, namun ia masih berdiri tegak dengan wajahnya yang sudah pucat pasi.
Sedangkan para ksatria yang berada disana, mencoba menahan dahaga mereka untuk tidak menyerang Ratu mereka sendiri. Masing-masing dari mereka bertahan dengan mencegat satu sama lain. Walaupun mata mereka masih melototi seember penuh darah- yang bercampur dengan air.

Setelah beberapa waktu, akhirnya Tania kembali lagi di tempat dimana ia pertama kali menetes darahnya di hutan tersebut. Artinya, ia sudah selesai meneteskan darahnya disekeliling hutan tersebut.
Kemudian, ia membuat sebuah lingkaran besar, sebagai penyegel. Kali ini ia harus membuat penyegel, karena jumlah pasukan disini bisa saja terbunuh dengan cepat jika pelindung yang dibuatnya sangat mudah dijebol.

Ia mengumpulkan beberapa spirit kecil yang biasanya menjaga hutan tersebut, dan menjadikan spirit tersebut pelindung hutan tersebut untuk seluruh penjuruh arah.
Magicians, tidak akan bisa lagi menerobos tempat tersebut.
" Yang Mulia, anda terlihat pucat.." Itu Ksatria batalion pertama. Tania hanya tersenyum, lalu duduk disalah satu kaki pohon yang ada dihutan tersebut.
Ksatria itu kemudian mengeluarkan kantong yang kelihatannya berisi makanan.
" Ambillah Yang Mulia, anda pasti sangat membutuhkannya"

Tania pun menerima niat baik ksatria tersebut.
Bahkan Ksatria vampire masih mempunyai nurani. itulah yang ada dibenak wanita tersebut, sembari mengunyah roti isi yang ada di tangan kanannya.

Setelah ia menghabiskan roti isi tersebut, lagi-lagi wanita itu kembali ke istana.
Ia harus membereskan sesuatu yang tidak seharusnya berada di dunia ini.
Iris mata Tania yang tadinya hijau, kini menjadi merah darah..

Kali ini, ia bukan lagi sang Witch. Ia adalah Ratu Vampire.

The Vampire King and the Queen WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang