Chapter 19 - War

21.3K 901 24
                                    

Tania's POV

Aku kaget dengan apa yang telah terjadi.

Revan membunuh wanita itu dalam sekejap mata. Dalam hitungan detik, tangannya sudah menggenggam jantung wanita itu dan kemudian meremasnya hingga darah dalam jantung itu berjipratan kemana-mana.
Sesudah itu, wanita itu merosot ketanah. Wanita itu tidak menjadi abu, berarti dia adalah manusia.

Aku pernah mendengar cerita bahwa Magicians bisa membuat replika orang lain.
Dulu aku tidak memercayainya dan sekarang aku harus memercayainya.
" Shock, honey?" bisik Revan ke telingaku.
Benar, aku memang shock. Siapa yang tidak kaget jikalau mereka berada dalam posisiku?

Pertama, kupikir Revan akan sempat bingung dengan dua Tania. Namun kenyataannya dia membunuh Tania palsu tersebut tanpa memikir dua kali. Berarti, dia benar-benar mengenaliku.
" kupikir kamu tidak akan mengenaliku-"
Revan hanya tertawa dengan apa yang barusan kukatakan.

Ia pun mencoba memberikan alasan-alasan mengapa ia bisa membedakanku dengan wanita palsu tersebut, yang akhirnya berujung dengan gombalannya beserta pelukan hangat.
Tanpa seizinku, ia mulai menjilati leherku dan kemudian menciumku.

Laki-laki ini, aku merasa ia bertambah mesum. Aku tidak tahu apa yang membuat adrenalin dan feromonnya sering berpicu belakangan ini.

Aku menghentikan aksi Revan- kami sedang perang. Tidak ada waktu untuk bermesraan sekarang ini.
Revan mengerti akan apa yang ada dibenakku. Kami pun dengan cepat menuju hutan tempat dimana mama, papa dan yang lainnya berada.

Terlihat di perbatasan perlindung hutan tersebut, elemen api menjalar berusaha membakar tubuh para magicians.
Sedangkan ksatria elemen air dan es, berkerja sama membunuh werewolves dengan teknik yang sudah diajarkan Rain.
Air dibentuk menjadi bor besar, dan diubah menjadi es dengan bantuan Ksatria elemen es. Kemudian bor tersebut akan membantu mereka untuk membunuh werewolves.

Rain tengah melawan Ian sendirian, sedangkan Clara tengah menghadang serangan Ethel. Aku bingung, kenapa Clara berani melawan Ethel di luar pelindung? Kalau Ethel memakai Destruction Active?
Fairy lil berbisik padaku, tentang Clara dan Rain. Ternyata. Rain dan Clara sudah meminum darah Revan. Darah Revan yang seharusnya sudah berbaur dengan darah Witch-
Tentu, itu membuat mereka tidak takut akan Destruction active.
Dan mereka bertambah kuat untuk sementara ini.

Didalam hutan, aku bisa melihat Seira dan Troy yang berdampingan dalam menyerang werewolves. Tentunya mereka bisa diandalkan. Satu hal yang membuatku risih, dimana Lord Arthemis dan pasukan lainnya? Jangan bilang padaku mereka sengaja membiarkan kami melawan pasukan ini sendirian. Tapi Revan terlihat tidak khawatir, mungkin pasukan lainnya sedang dalam perjalanan?

Dari ujung, aku bisa melihat seorang wanita yang tengah merapalkan mantra sihir. Sihir apalagi yang akan dia buat? aku benar-benar harus menghentikan wanita itu. Lalu dengan cepat, aku melompat dan mendarat setelah jangkauanku dengan wanita itu sudah tergolong dekat.

Wanita tua itu tertawa dengan bengis sewaktu melihatku datang menghampirinya. Walaupun ia tahu aku akan menyerangnya, ia masih merapalkan mantra sihirnya. Ia seperti tidak takut dengan wujud vampire ku ini. Memang benar, wujud vampire tidak begitu ditakuti magicians. Tapi kalau vampire tersebut bukan murni vampire?

Sampai aku berada tepat 4 meter darinya, ia menoleh padaku dan menyeringai. Terlihat keriput di ujung matanya. Dan aku bisa melihat dengan jelas tahi lalat di dekat mulutnya. Dari penampilannya secara keseluruhan, dia tentu bisa menjadi pemimpin kejam yang haus akan kekuatan.

" Sudah siap mati ? " Tanyaku dengan tidak sabar. Ia mendelik sebentar, lalu membalikkan badannya kali ini.
" Kau akan menyesal, memandang rendah kami " Desisnya dengan marah.
Aku tidak begitu takut padanya. Karena ia benar-benar bukan dalam levelku.

" Kau bahkan tidak boleh membunuh- dan kau hanya bisa menanti Rajamu untuk menolongmu, Yang Mulia " kekehnya sambil mengangkat dagu.
Aku terdiam, lalu tertawa. Sungguh menarik, dia melupakan kenyataan bahwa diriku juga merupakan vampire.
Nafsu vampire untuk membunuh , itulah naluriku saat ini. Vampire yang siap menyerang tanpa dikomando.

Aku mengeluarkan pedang dan mengarahkan padanya. Aku siap untuk menerjang.
" Pedang? hahaha! kau sungguh lemah!" Serunya sambil tertawa.
Aku langsung mengayunkan pedangku. Namun seranganku meleset. Wanita itu mundur beberapa langkah. Aku pun menyerang lagi, dan lagi-lagi seranganku meleset.
" Hanya itu seranganmu? Mari kuperlihatkan, serangan Magicians yang mutlak! Kekekke"

Tanah yang tadinya stabil, menjadi terguncang, dan membentuk paku-paku besar yang siap menusukku. Aku melayang diudara, untuk menghindari paku-paku besar tersebut. Namun ternyata paku-paku itu semakin membesar dan menjulang ke atas, berusaha untuk mendapatkanku.
Aku pun bersembunyi disela-sela paku-paku besar tersebut.
" uahahahahha! aku masih mempunyai beberapa sihir, YANG MULIA!!!"

Dengan wujud vampire, aku tidak mempunyai kekuatan apa-apa kecuali tenaga yang besar. Mungkin aku hanya bisa menyerang wanita itu dengan wujud Witch. Kututup mataku perlahan, dan sewaktu kubuka kembali mataku, aku bisa merasakan rambutku bertambah panjang, dan semua spirit mengelilingiku. Kali ini aku yakin aku akan bisa mengalahkan nenek sihir itu.

Aku menghancurkan tanah berbentuk paku besar tersebut hanya dengan mengarahkan tanganku pada paku tersebut. Kemudian, aku melayang dan mendarat tepat di depan nenek sihir tersebut.
" Dolus!!"
Sihir perangkapku meleset. Pergerakan wanita itu tergolong cepat. Sungguh aku muak dengan wanita itu. Ia terkekeh dan berlari menjauh. Aku tanpa berpikir lagi, langsung mengejarnya dengan wujud Witch.

" Sang Angin, hentikan pergerakannya!"
Sang Angin pun membuat udara disekitar wanita itu menekan danmemaksa dirinya berhenti bergerak.
Aku dengan cepat berlari menghampiri wanita tersebut. Aku akan membunuhnya-
Dengan sekali kibasan, pedang itu berhasil melukai tubuh itu. Darah segar pun menjiprat ke wajahku.
Aku bisa melihat bagaimana ekspresi wanita tersebut.
Wanita itu terperanjat. Matanya terbelakak, dan ia masih ternganga.
Tapi aku hanya melukainya, aku belum membunuhnya.
Dengan cepat aku mengubah wujudku menjadi vampire.
Wanita itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

" Bodoh! dan kau masuk ke perangkapku dengan mudah! aahahhaha! rasakan ini, TANIA!!!"
Darah yang tadinya menjiprat ke wajahku meresap kedalam kulitku. Aku yakin darah itu berusaha untuk menebus ke arteriku- agar darah tersebut bisa membuat gumpalan dalam peredaran darah, hingga mematikan saraf-sarafku.
Darah wanita itu terdapat sihir, dan aku tidak berpikir sejauh itu!
Tubuhku kini tidak bisa bergerak. Mereka pasti akan membawaku kabur sekarang juga.

Aku bisa melihat beberapa orang muncul dan mengelilingiku. Mereka akan membawaku sekarang juga untuk dijadikan bahan penelitian.
Usai sudah riwayatku kini.
Dengan wujud vampire, aku tidak bisa meminta bantuan dari para spirit.

Mereka mulai memapahku dan aku yakin mereka akan memakai teleport. Tamatlah riwayatku. Aku hanya bisa menutup mataku erat-erat. Apa yang akan terjadi kalau aku mati?
Revann.. Revannn...
" Revannnnnn!!!"

" Berusaha untuk memanggil suamimu? Dia tidak akan bisa mendengarmu bodoh!" Kekeh Queen Garde dan langsung merapalkan sihir.
Revan.. Kau bisa mendengarku bukan?
Sedetik kemudian, aku bisa melihat lenganku mengeluarkan darah segar dan terus mengalir.
Dan magicians yang tadinya memapahku sudah hangus terbakar. Mereka sudah menjadi mayat yang tak berbentuk. Aku kini bisa menggerakkan tubuhku lagi.

Lalu aku melemparkan padanganku pada Queen Garde. Pria itu tengah menyekapnya dan terlihat ekspresi ketakutan dalam wajah wanita tersebut.
Aku bergegas menghampiri wanita itu.
Revan pun melepaskan wanita itu dan mendorongnya dengan keras padaku.
Aku tidak akan memberi ampun lagi pada wanita jalang ini. Tidak akan.
Pedang yang sedari tadi ku pegang, ku arahkan pada wanita itu.

Lagi-lagi darah segar mengalir.
Pedang itu berhasil menembus tubuh Ratu magicians itu. Ia merosot ke tanah, namun ia masih menatapku dengan wajahnya yang memucat.
" Ini masih belum berakhir! ahahaha! ortum petra gigas!!!!!!"

Tubuh wanita itu seperti ditarik kedalam tanah, layaknya akan dikubur hidup-hidup. Namun wanita itu masih tertawa dengki.
Revan dengan cepat menggendongku naik ke salah satu dahan pohon.
Tiba-tiba patung-patung batu yang berbentuk seperti ksatria bangkit dari tanah dan berjalan seperti layaknya prajurit. Mereka mempunyai pedang, dan pelindung. Salah satu dari mereka menoleh pada ku dan Revan. Mereka bagaikan ksatria malam. Mata mereka merah terang seperti dikontrol iblis.

Perang sesungguhnya baru akan dimulai.




The Vampire King and the Queen WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang