Chapter 7- The Coronation

27.7K 1.1K 12
                                    

Akhirnya Chapter 7!  \( ^~^)/  makasih readers ud support xD  Hope you all enjoy it xD
Please vote & comment >.<
Thanks A Lot! :D

Chapter 7

Revan POV

hantaman meja terdengar nyaring di telingaku. Tepatnya, Rain sedang kesal denganku dan bahkan membanting buku tebalnya dimejaku. Aku tahu apa alasan ia bisa semarah itu padaku. Yah, itu juga mungkin karena ia tidak bisa berpikir jernih atau lebih tepatnya, kinerja otaknya menurun. Apa aku harus menancapkan venom pada otaknya? benar, pikirannya sedang tidak lurus. Mama tidak mencariku, berarti mama tau alasan mengapa aku melakukannya.

" Kamu sudah gila! kita sedang memasuki perang, dan kamu dengan tenangnya mengajukan pernikahan? Apa-"
" Ini kulakukan demi Rumpthorn juga" Seruku. Aku hanya ingin pikirannya jernih. Apakah dia bisa menebak pikiranku? Rain terlihat bingung. Ia masih mencerna, loading..
" huhh.. Gini papa, Aku ingin segera menikah dengan Tania itu agar dia bisa terjun ke perang bersamaku. Ini menambah keuntungan bagi kita, menambah satu priestess lagi di pihak kita. Dan satu lagi  yang papa lewatkan. Aku akan bertambah kuat " kataku dengan mampan.

Rain terlihat speechless dengan apa yang didengernya barusan. Tentu dia shock dengan panggilan 'papa' yang sudah 200tahun lebih tidak keluar dari mulutku. Well, sekali-kali memanggilnya papa tidak apa-apa bukan? Rain kemudian berdeham dan menatapku lekat-lekat.

" Oke, kalau begitu papa setuju. Papa tidak menyangka kamu bisa berpikir sehebat itu"
Aku mungkin harus bersyukur karena otakku masih bekerja.
" Mama dimana?" Tanyaku sambil duduk santai di sofa merah dengan buku ditanganku.
" Entahlah, mungkin sedang bergossip ria ala tante-tante dengan Seira dan juga Tania. Papa harus pergi menemui Enice dan Ed. Mama dan papa sudah janji dengan mereka. Ohya, kamu sudah bertemu Jessy?"

AKu hanya membulatkan mulutku hingga membentuk O bulat, dan kemudian menggeleng. Jujur, aku tidak begitu dekat dengan Jessy. Wanita itu selalu menangis dengan semua masalah yang menerpanya. Well, somehow looks like my sister. Aku yakin, Seira pasti sedang asyik bersin-bersin.
" Papa berangkat dulu. ohya, papa merasa pernah melihat Tania- tapi tidak tahu dimana, mungkin pas papa dan mama sedang jalan-jalan di eropa? yah,mungkin" papa pun keluar dari ruang bacaku.

Aku pun bingung, sejak kapan papa mulai bawel seperti ini? apa sejak Seira lahir? entahlah- dulu aku sangat mengaguminya, tapi sekarang ia tidak terlihat keren sama sekali dibanding mama.
Aaa! pada akhirnya aku selalu membandingkan seseorang dengan mama! benar-benar Mother-Complex!
Aku kemudian mencoba menenangkan batinku. Sebaiknya aku melanjutkan bacaanku. Aku senang membaca buku, untuk mendapatkan informasi tentang elemen, dan berusaha mempelajarinya. Sampai sekarang yang bisa kukuasai dengan penuh adalah Air. Aku bisa berkomunikasi dengan mereka, tapi mereka tidak akan membocorkan rahasia-rahasia penting.

Mereka hanya mau jujur didepan witch, dan hanya akan selalu nyaman dengan witch. Tapi, walaupun begitu, Spirit Air adalah teman mainku sejak dulu. Dia mengertiku. Spirit air selalu bersama dengan ayahnya- mantan spirit air yang sudah mati, sejak pertarungan Rain dengan Andrey Silver. Aku pernah sedikit bingung, kenapa spirit juga bisa mati? ternyata umur spirit Air yang biasanya bersama Rain, sudah dalam masa terakhirnya, yaitu 3000tahun. Itulah kata Sang spirit air yang sekarang, lebih tepatnya anaknya.
Tak lama dua wanita masuk kedalam ruanganku. Sudah jam makan? mungkin. Aku harus segera makan dan menemui Tania. Aku yakin dia sudah kelaparan.


-Tania POV-
Rumpthorn Palace
Revan's room

" Wow! aku tidak menyangka! Kalian akan segera menikah! kalau begitu, aku juga bisa menyusul dengan Troy! akhirnyaaa" Kata Seira dengan semangat. Ia terlihat berseri-seri sewaktu Revan mengumumkan bahwa kami akan segera naik ke pelaminan. Clara bahkan menyelamatiku, dan langsung mengukur ukuran badanku untuk membuat baju ratu untuk besok. Ini memang cepat, tapi makin cepat makin baik. Jadi aku tidak harus minum darah. Aku sudah ingin makan burger, pasta.. hmm Apa disini juga ada pizza? seharusnya ada, Queen Dowager sering memakan makanan itu, sewaktu aku melewati ruang makan pribadinya.. Aku salut dengan Ratu Clara. Ia terlihat tangguh, dan cerdas. Ia bahkan bisa memakan makanan manusia, tidak seperti ratu-ratu yang sebelumnya. Akupun tidak mau berubah menjadi monster menjijikan hanya karena suka darah. No Way! Aku lebih tergoda dengan makanan manusia. walaupun darah Revan juga lezat..

" Seira, mau ikut mama ke tempat Jessy? mama dan papa ingin berkunjung ke tempat Ed dan Enice" Seira pun akhirnya mengikuti Clara keluar. Yah, setidaknya aku bisa menyendiri dan-
Aishh!  Aku lupa! aku harus segera menemui Ian. Aku harus secepatnya menemui laki-laki itu. Yah, harus.. AKu menyambar jubah hitam yang di lemari, dan mengenakannya. Kemudian aku mengatur posisiku, dan berusaha untuk melakukan teleport..
" Wahai spirit angin,  teleportasi" Angin pun bertiup kencang dalam kamar, padahal jendela ditutup. Inilah kekuatan sang angin. Aku membuka portal dimensi dari kamar Revan ke tempat dimana Werewolf itu berada, dengan bantuan sang angin. Portal itu tidak akan pernah bisa dilihat orang lain, kecuali Magicians dan Witch. Aku menerobos masuk kedalam portal. dan berjalan melewati lorong dimensi.. cukup berjalan beberapa meter, aku sudah sampai ke lubang portal yang lain.

- Bouley Centre-

Ramai sekali kota ini. Banyak yang berlalu lalang. Apa yang mereka lakukan? belanja? bahkan mereka membuka bisnis. hebat, seperti manusia saja. Menjual sayur? banyak. Lebih tepatnya untuk vampire yang vegetarian. sedangkan Darah binatang dijual untuk vampire yang baru saja bertobat. benar-benar aneh, tapi itulah yang ditulis pada plang tersebut.

hmm.. sekarang, dimana Ian berada?
" Wahai Angin, tunjukkan jalanmu"
Spirit angin dengan senang hati menunjukan dimana Ian berada kepadaku. AKu tahu bisa saja Ian menerkamku juga, karena ia benci vampire. Tapi aku memerlukannya untuk menolong Ethel. Kasihan wanita itu jika sampai Dough tidur dengannya.
Aku berjalan sampai tepat dimana Ian berada. Ian, laki-laki berambut hitam itu. aku bisa memastikan dialah Ian. Dari matanya- aku bisa tahu siapa dia. Aku duduk berseberangan dengannya. Pertama, ia melihatku seperti ingin mengoyakku sekarang dan detik ini juga. Aku sedikit kaget dengan tatapan itu. Lalu aku membuka kerudung hitamku. well, aku merasa gerah dengan kerudung itu.

The Vampire King and the Queen WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang