Delapan Belas

30.6K 1.4K 29
                                    

Author POV

Setelah selasai menerima panggilan dari rekan kerja nya, Hadi pergi ke toilet. Setelah itu kembali ke taman tempat Indah berada, betapa terkejutnya dia tidak menemukan istrinya.
Di carinya Indah di sekeliling taman tersebut, tapi Indah tidak ada. Kemudian dia mencoba menghubungi ponsel istrinya. Tidak aktif. Kemana Indah, batin hadi.
Hadi sangat khawatir, dia takut istrinya kenapa-kenapa. Bukan tidak mungkin Indah di culik, berhubung dia mempunyai banyak rival di dunia bisnis. Atau mungkin Indah tersasar, karena Indah bilang dia baru pertama kali ke Belanda.
Ponsel Indah tidak aktif, wanita itu juga tidak membawa uang sepeserpun, membuat Hadi sangat cemas sekarang, salahkan dirinya karena dia tadi terlalu lama di toilet.
"Sayang kamu dimana, sih. Jangan bikin Ayah panik," gumam Hadi sambil terus mencoba menghubungi nomor istrinya.
Hadi mencoba menghubungi temannya yang kebetulan tinggal di Den Haag. Pria keturunan Indonesia-Turki itu akan minta bantuan salah satu temannya agar menyewa orang untuk ikut mencari Indah.
Orang tuanya masih di Amsterdam. Katanya mereka akan pulang lusa. Dia tidak mungkin memberitahu Mami Papinya kalau Indah hilang. Bisa-bisa dia yang kena omel sang Mami. Karena dia tahu ibunya sangat sayang pada Indah. Melebihi rasa sayang pada dirinya. Tidak. Hadi tidak cemburu malah senang, dulu istri pertamanya sering berdebat dengan sang ibu, mereka sama-sama keras kepala. Makanya mereka tidak terlalu dekat. Tapi sekarang dengan Indah, ibunya selalu berada di pihak Indah. Dan dia sangat bersyukur akan hal itu.
Pernah pas pertama mereka sampai ke Belanda, Hadi langsung sibuk dengan pekerjaan nya. Maminya itu langsung menceramahi Hadi habis-habisan, masa bulan madu sibuk dengan kerjaan kata sang ibu. Padahal memang Hadi harus mengurus kerjaannya terlebih dahulu agar bisa berbulan madu dengan tenang. Dan Indah memang mengerti akan hal itu,dia malah tidak mempermasalahkannya. Tapi emang dasar Nyonya Aldamaitu  yang bawel. Meskipun begitu, Hadi sangat mencintai dan menyayangi ibunya.
Kembali ke taman.
Hari hampir sore, tapi Indah belum di temukan, Hadi terus mencari keberadaan Indah. temannya juga bilang kalau anak buah dia juga ikut mencari Indah. Hadi terus berjalan, dia menyusuri setiap tempat yang tak jauh dari taman, siapa tahu Indah tersesat dan sekarang sedang menangis di pinggir jalan.
Tapi dugaannya salah, matanya menangkap sosok yang ia cari sedang duduk manis di restaurant pinggir jalan dengan seorang laki-laki yang asing baginya.
Rahang Hadi mengeras, tangannya terkepal. Dari tadi dia sangat khawatir terhadap Indah. Tapi apa, sekarang dia melihat tangan istrinya di pegang laki-laki lain di sebuah restaurant. Hadi berjalan mendekati mereka.
"Indah!" seru Hadi.
***
Indah POV
"Indah Pertiwi?" ujar seseorang.
Deg
Dia?! kenapa dia ada disini? Bagaimana bisa?
Ya, dia adalah mantan cinta monyetku saat kami masih belajar di Sekolah Menengah Pertama dulu.
Veri Hardian. Yup, pria itu Veri, mantan pacarku.
"Kamu, Tiwi ‘kan?" tanyanya. Aku mengangguk.
"Kamu apa kabar ? lama kita tak jumpa, kamu makin cantik, Wi, aku sampai pangling liat kamu. Dari tadi aku ngikutin kamu, aku ingin memastikan itu kamu atau bukan," ujar pria yang pernah menjalin hubungan denganku.
Sekarang aku ingat setelah lulus Sekolah dia pergi ke luar negeri. Ternyata dia di Belanda.
"Aku baik. Maaf aku harus pergi,” ujarku dan bergegas meninggalkan Veri. Aku yakin ayah sekarang pasti sedang mencariku.
"Tunggu dulu, kamu kenapa buru-buru?" Dia mencekal tanganku.
Aku tak menjawab, sungguh aku muak melihatnya kembali. Dia laki-laki playboy, di sekolahku dulu.
Aku pacaran dengannya waktu itu hanya karena ingin di bilang kalau aku ini keren, karena bisa berpacaran dengan cowok mostwanted di sekolah. Kami pacaran juga hanya sebulan, ketika pacaran denganku, beberapa kali aku memergokinya berjalan dengan wanita, waktu itu aku tidak marah, ya, karena aku tidak mencintainya. Aku akui memang dia tampan, tapi tak setampan suamiku yang sekarang.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Veri.. Aku bingung. Lupa menanyakan apa nama daerah rumah kami pada ayah.
"Aku lupa,” jawabku jujur,  aku benar-benar panik sekarang. Kemana aku harus pergi. Ayah kamu dimana .
"Kalau gitu kita duduk dulu di restaurant itu," ajaknya. Tak ada pilihan lain aku pun pergi ke restaurant bersama Veri.
"Kamu ke Belanda sama siapa," kata Veri memulai obrolan.
"Suamiku, kami sedang bulanmadu,” jawabku singkat.
Uhukk
Veri kaget sampai dia tersedak saat minum minumannya.
"Kamu udah nikah?" tanyanya tak percaya.
"Emang kamu pikir aku ga laku apa?" jawabku kesal.
"Bukan gitu, Wi.” Veri memandangku dengan tatapan yangsulitdiartikan. Aku pun mulai risih dengan tatapan playboy cap teri asin itu.
"Aku masih cinta sama kamu ,Wi. Diantara mantan-mantanku hanya kamu yang berkesan di hatiku," katanya, dasar playboy cap teri, aku tahu dia sudah terbiasa menggombali setiap wanita, tangannya kembali memegang tanganku. Aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya, namun Veri menggenggam tanganku kuat. Sampai terdengar suara barinton seseorang mengagetkan kami.
"Indah!" suara itu?
"Ayah!" Aku segera melepaskan tangan Veri dan langsung berdiri memeluk tubuh ayah. Untungnya suamiku cepat datang. Sungguh aku sangat lega sekarang.
Ayah masih menatap Veri tajam. Menelisik penampilan Veri dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Maaf, Om. Tadi saya menemukan Tiwi sedang nangis di jalan, katanya dia di tinggal suaminya pergi entah kemana. Dan sampai sekarang suaminya belum datang,” ujar Veri. Apa katanya, suamiku meninggalkanku. Ohh Good. Ini orang maunya apa sih. Cari masalah aja deh. Ku lihat wajah ayah memarah menahan amarah.
"Saya suaminya," kata ayah tegas.

Dulu Mertua Kini Suami (Aldama Family Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang