Tujuh

70.3K 2.1K 46
                                    

Selamat membaca ❤

Ketika kita berempat sudah berkumpul di ruang keluarga, yakni aku ayah oma dan opa, aku merasa sangat takut, apalagi melihat wajah opa. Berbeda dengan ayah yang terlihat begitu santai. Ya Tuhan apa yang orang itu pikirkan. Apa tidak ada sedikit pun rasa takut.

"Jadi benar apa yang sudah Mami kamu katakan, Hadi?"Tanya opa memulai pembicaraan. Saatnya di sidang nih. Aduhhh kuatkan aku Ya Tuhan.

"Iya Pi,semalam aku melakukan nya dengan sadar. Tapi beda dengan Indah. Dia dalam pengaruh obat." Jawab ayah.

"Kalian tahu kan, kalau yang kalian perbuat itu termasuk dosa besar. Walaupun keluarga kita bukan ahli agama. Tapi selama ini keluarga kita masih memegang norma-norma agama kita. " kata opa sedikit kesal, ada raut kecewa juga terlihat di wajahnya.

"Maafkan Indah opa, ini salah Indah, " kataku memberanikan diri. Aku tidak ingin ayah terus di salahkan.

"Seperti kata Mami mu, kalian harus segera menikah," kata opa lagi

"Tiga hari lagi kalian harus segera menikah. Tidak ada bantahan." Lanjut opa dan keputusan nya tidak bisa di ganggu gugat.

"Tiga hari opa? Apa tidak terlalu buru-buru. Maksud ku kita kan juga harus menyiapkan segalanya." Tanyaku. Bagaimana bisa kita menyiapkan keperluan pernikahan dengan waktu yang sangat mendadak.

"Baiklah. Aku akan segera mengurus surat-suratnya." Kata ayah.

"Bagus. Berani berbuat harus berani tanggung jawab. Kalian akan menikah hanya Ijab Qobul saja. Nanti resepsinya kalian atur lagi waktunya. Semua orang harus tahu kalau kalian sudah menikah," jelas opa.

"Karena masalah sudah selesai. Aku mau tidur lagi. Ayo sayang kita istirahat lagi." Kemudian opa berdiri dan mengajak oma istirahat.
Memang mereka baru sampai tadi pagi dari luar negeri. Tadinya mereka ingin memberi kita kejutan. Tapi malah mereka yang terkejut.

"Awas kalian jangan macam-macam lagi, belum halal. Ingat" kata oma sebelum pergi.

Sekarang tinggal aku dan ayah berdua di ruang keluarga.

"Kalau ayah tidak ingin menikah dengan ku, aku ga papa kok. Aku tahu ayah ga siap dengan semua ini. Aku juga tahu kalo ayah masih sangat mencintai bunda. Aku bisa jelaskan pada opa dan oma kita ga harus menikah. Mungkin nanti aku akan pergi dari rumah ini. Agar kejadian semalam tidak akan terjadi lagi." Ucap ku menatap ayah.

"Apa kamu tidak mau menikah denganku Ndah? Apa aku terlihat sangat tua?" Tanya ayah, dia juga menatapku dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.

"Apa kamu sudah punya calon suami, kalo begitu ayah akan ngomong sama Mami dan Papi untuk membatalkan pernikahan kita." Kata ayah sedikit kecewa.

"Ahh? Engga engga. Bukan gitu yah. Aku belum punya calon kok. Ayah kan tahu aku sangat mencintai Mas Arman. Aku juga belum membuka hatiku kembali untuk laki-laki lain. " Kataku lagi. Mataku mulai berkaca-kaca. Kenapa harus seperti ini. Haruskah aku menikah dengan laki-laki yang tidak ku cintai dan dia juga tidak mencintai ku.

"Apakah kita harus tetap menikah yah, walaupun kita tidak saling mencintai? Apakah pernikahan ini akan berhasil?"

"Banyak orang menikah tanpa cinta. Seperti Mami Papi. Dulu mereka menikah di jodohkan. Lihat sekarang mereka seperti prangko yang selalu nempel."

"Memang ayah akui, selama ini ayah  menyayangimu sebagai anak. Tapi setelah kejadian semalam. Ayah mulai melihat mu sebagai perempuan dewasa bukan sebagai anak lagi. Kalau masalah cinta ayah terhadap bunda, ayah sudah menempatkan bunda di  tempat yang khusus di hati ayah. Dia akan tetap berada di sana selamanya. Selama ini ayah sudah membuka hati ayah untuk menerima perempuan lain. Tapi belum ada yang cocok. Baru tadi malam ayah merasa telah menemukan perempuan yang akan mengisi hati ayah lagi. Yaitu kamu Ndah." Kemudian ayah memegang tanganku. Kurasakan tangan nya berkeringat. Dia terus menggenggam tangan ku erat.

"Indah Pertiwi maukah kamu menikah dengan laki-laki tua ini?" Tanya ayah

"Ayah akan menunggu sampai kamu benar-benar membuka hatimu untuk ayah. Kita akan sama-sama membuka hati kita kembali untuk melanjutkan hidup kita. Jalan kita masih panjang.  Atau mungkin hanya jalan mu yang panjang, ayah kan udah tua, heee."ucap ayah terkekeh dengan kata-katanya sendiri. 

"Ayah ingin kamu menemani ayah di sisa hidup ayah. Bukan sebagai anak tapi sebagai istri ayah " lanjutnya lagi. Tangan nya masih memegang tanganku.

"Tapi ayah tidak memaksa kalau kamu tidak ingin menikah dengan ayah." Katanya dan mulai melepaskan tangannya.

"Aku.. aku..,"

Bersambung

Mohon maaf banyak typo
Baca juga ceritaku yang lain "CINTA KASIH" ga kalah seru kok.

Lope U All
THB

Dulu Mertua Kini Suami (Aldama Family Seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang