Percaya Atau Curiga?

459 34 0
                                    

"Hubungan yang ga disetujui sama teman, emang sesulit itu ya (?)"

Dengan senang hati, Agitha berjalan ke arah ruang musik, tempat Arven berada siang ini. Di tangannya sudah ada dua buah kotak makan untuk Arven dan dirinya, makan siang kali ini spesial karena ini masakan Mamanya, Liana.

Semua sorot mata sudah menatap heran ke arah Agitha yang sepanjang perjalanan selalu senyum-senyum sendiri. Namun, Agitha sama sekali tak peduli, di pikirannya hanya ada Arven, Arven dan Arven, selain itu tidak ada.

Ketika sudah sampai di depan ruang musik, Agitha diam sejenak untuk mempersiapkan dirinya karena akan mengejutkan Arven. Setelah itu, Agitha membuka pintu seraya berancang-ancang akan berteriak heboh.

"Suprise! Hari ini aku bawa ma---"

Kejutan dari Agitha belum selesai karena sekarang Agitha yang dikejutkan dengan Adel dan Arven sedang berdua di ruang musik, padaha hari ini tak ada jam latihan atau eskul.

Arven yang ikut terkejut akan kedatangan Agitha langsung menutup bukut tulisnya, lalu ia menoleh ke arah Agitha seolah-olah tidak ada apa-apa.

"Hm ... Git, lo mau ketemu Arven ya? Gue yang keluar aja deh, ga enak ganggu kalian berdua," pamit Adel.

Agitha menatap Adel dengan seribu pertanyaan dibenaknya, tetapi mulut Agitha sudah tak bisa berbicara apapun karena terlalu terkejutnya.

"Dah Ar!" pamit Adel, ke arah Arven.

Setelah Adel keluar dari ruang musik itu, Agitha bergegas menghampiri Arven.

"Lagi apa?" tanya Agitha seraya menaruh kotak makan di meja.

"Ba-- bahas eskul musik tadi," jawab Arven.

"Harus berdua banget ya, Ar?"

"Yang lain makan dulu, jadi belum ke sini."

"Oh, karena yang lain makan dulu kamu ga ikut makan sama temen-temen cowok yang lain?"

"Aku nunggu kamu, Git. Aku ga mungkin pergi kalau kamu belum datang," jawab Arven.

"Lain kali ga usah sama Adel, aku bilang ga suka, Ar. Kenapa masih kamu lakuin?"

"Jangan salahin Adel, dia ga salah."

"Ya iyalah dia ga salah, orang yang deketin kamu," balas Agitha, saking kesalnya.

Setelah sedikit dibentak oleh Agitha, Arven hanya menghelas nafas, lalu ia memasukkan cd music dan menyalakannya.

Alunan musik itu begitu indah, membuat seakan-akan Agitha dan Arven sedang berada di sebuah tempat romantis.

Sembari makan, Agitha tersenyum sendiri ketika melihat Arven. Cowok itu selalu bisa membuat hatinya menjadi baik lagi, selalu tahu caranya membuat Agitha semakin cinta kepadanya.

"Kamu lapar banget ya?"

"Lumayan."

"Sampai bersih begitu makannya," ucap Agitha, ketika melihat kotak makan milik Arven.

"Ar, ajarin aku main gitar dong. Kemarin aku penasaran deh gimana caranya main gitar," pinta Agitha.

"Iya."

"Habis ini ya?"

"Habis itu minum, kamu belum minum."

"Iya, maksudnya habis aku makan, minum, cuci tangan, oke?"

Arven mengangguk sebagai jawaban, lalu ia mengambil satu buah gitar yang terdapat di pojok ruangan.

Setelah itu, tanpa banyak bicara, Arven membantu Agitha membersihkan bekas makanan mereka. Tiba-tiba saja mata keduanya tak sengaja bertemu.

Arven hanya memberi ekspresi datar, tetapi beda dengan Agitha yang sudah salah tingkah dan kikuk sendiri.

"Ar, a-aku beresin kotak makannnya aja deh," ucap Agitha.

Agitha tak mau terlihat aneh di depan Arven, bisa-bisa Arven akan mengiranya alay atau lebay karena terlalu mengutarakan rasa yang ada di dalam hatinya.

"Udah beres, bisa mulai ajarin aku main gitar?" pinta Agitha seraya tersenyum manis ke arah Arven.

"Sebentar."

Arven mengambil sebuah buku tulis yang ada di rak, lalu keluar dari ruang musik untuk bertemu dengan Adel yang akan menerima buku tulisnya.

"Takut ketahuan," ucap Arven.

"Tenang, gue jaga kok. Lo ga perlu takut," balas Adel.

Setelah itu, Arven kembali masuk ke dalam ruang musik yang sudah disambut tatapan tajam dari Agitha.

"Siapa?"

"Teman."

"Teman, siapa?"

"Adel."

Mendengar itu, sebisa mungkin Agitha menahan amarahnya, jika bukan karena ingin memanfaatkan waktu berdua dengan Arven, pasti Agitha sudah marah dan mengamuk detik ini juga.

"Ngapain?"

Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan.

AGITHA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang