Jawaban Dari Semuanya.

534 45 13
                                    

“Yang diam menyimpan banyak rasa, sedangkan yang terbuka malah bingung dengan rasa yang ada.”

Selepas pelajaran olahraga, Agitha berjalan santai di koridor sekolah menuju kelasnya. Olahraga di siang hari membuat Agitha kelelahan dan berkeringat apalagi Agitha mengantuk karena semalam Agitha telat tidur dan menghabiskan semalaman untuk menonton series DraKor. Ya, mood-nya kemarin sedang tidak bagus, maka dari itu Agitha menonton DraKor hingga selesai.

Seperti biasa, ketika melewati ruang musik, Agitha bertemu dengan Arven yang sedang sibuk dengan bandnya. Arven memang sering menghabiskan waktu sehabis pelajaran di ruangan musik, katanya biar tetap produktif dan otak terus bekerja, kalau bagi Agitha sih sehabis pelajaran lebih baik tidur.

Agitha berdiam sebentar sebelum ia menghampiri Arven, chat semalam yang ia berikan belum dibalas, membuat Agitha penasaran setengah mati mengapa Arven tak membalasnya.

"Hai, Ar. Lagi sibuk ya?" sapa Agitha.

"Hai Git."

"Ar, aku mau nanya sesuatu boleh?"

"Ya."

"Lihat ke arah aku."

"Ngomong aja, aku dengar."

Agitha memutarkan bola matanya, kesal. Ia memang di depan Arven sekarang, tetapi Arven tak meliriknya, malah cowok itu fokus dengan setumpuk kertas di tangannya.

"Semalam kan aku chat kamu, ke ..."

Ucapan Agitha terhenti, karena ada Adel yang tiba-tiba menghampiri Arven.

"Ar, band kita manggung besok untuk pengganti kemarin yang mati listrik, terus kita juga di ajak sama Music Award School buat manggung di acara pembukanya," ucap Adel.

Arven melihat daftar kegiatan yang diberikan oleh Adel, lalu ia mengangguk.

"Kalau masalah royalti, kayak biasa sih. Lo dapet sejuta, soalnya ini manggung di acara besar," imbuh Adel.

"Ya udah semua gue ikut. Gue lagi butuh uang soalnya."

"Semuanya diikutin, Ar?"

"Iya, gue harus kerja keras sebulan ini. Ada sesuatu yang penting."

"Oke, nanti gue tanya anak-anak yang lain, kalau mereka bisa, kita semua ikut."

"Ya."

Agitha menatap jengah ke arah Adel dan Arven yang mengobrol di depannya. Bisakah mereka membahas itu semua jika Agitha sudah pergi atau jika dirinya sudah selesai mengobrol dengan Arven.

"Ar, kenapa semalam ga jawab chat aku?" tanya Agitha.

"Ah nanti saja, Git. Aku lagi sibuk ngurusin band," jawab Arven, ia masih fokus dengan kertas di tangannya.

"Ar, bisa kasih aku satu alasan?"

"Di rumah aku sibuk jagain Arif, di sini aku sibuk urusin band. Nanti saja bahas itu, lagian itu ga penting."

"Arif masih jadi satu-satunya alasan, ya?"

"Iyalah, Git. Dia adikku yang sedang sakit, aku ga mungkin ga jagain dia."

"Terus kalau aku boleh tau, kamu butuh uang untuk apa? Sampai harus manggung sana-sini?"

"Kamu ga perlu tahu."

"Kamu sibuk banget, ya?"

"Ya."

"Tapi semalam kamu megang hp?"

AGITHA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang