Cowok Selalu Benar

485 37 7
                                    

Agitha menuruni anak tangga dengan cepat, lalu matanya melirik mencari Agham, Abangnya yang hari ini akan mengantar Agitha menuju sekolah.

Namun, biasanya Agham sudah siap di ruang makan sambil menyantap roti dan susu, tetapi pagi ini ruang makan itu kosong, Agham tak berada di sana.

Agitha melirik jam dinding di atasnya, lalu menaruh ranselnya dengan kesal karena Abangnya tak cepat-cepat siap, padahal Agitha sangat ingin berangkat lebih pagi hari ini.

Setelah itu, Agitha mencari Agham ke kamar cowok itu. Benar saja dugaan Agitha, Agham masih sibuk dengan tugasnya yang berada di komputer itu.

"Bang Agham, buruan. Aku telat ini!" teriak Agitha, membuat Agham terkejut mendengarnya.

"Kamu emang sudah sarapan?" balas Agham, meski matanya tetap fokus ke arah komputer.

"Nanti aja di mobil, cepetan aku mau berangkat lebih cepet ke sekolah," ucap Agitha.

"Sarapn dulu, Git. Di mobil nanti mual lagi, kamu kan suka begitu," elak Agham.

"Ih Bang Agham rese."

Akhirnya Agitha menarik tangan Agham agar cowok itu bangkit dari duduknya di depan komputer dan siap-siap mengantar Agitha menuju sekolah.

"Git ... Apaan sih, sarapan dulu," protes Agham.

Agitha tak menjawab, ia langsung mematikan komputer milik Agham dan menarik Agham keluar dari kamar.

"Ya udah, ayo," ucap Agham, pasrah.

Agitha tersenyum mendengar balasan Agham, lalu dengan cepat tangan Agitha mengambil dua helai roti, lengkap dengan selainya. Setelah itu, meminum sedikit susu putih dan keluar dari rumah.

"Bang Agham ayo!" teriak Agitha, ketika melihat Agham masih meminum segelas susu milik Agitha.

Agham menoleh. "Yakin makan di mobil, ga mual?"

Agitha menggeleng dengan yakin.

"Ya sudah."

Karena adiknya yang begitu keras kepala, Agham hanya bisa pasrdah mengiyakan ucapan Agitha.

Biasanya yang mengantar Agitha ke sekolah adalah Agham atau Liana, tetapi hari ini Liana harus menemani, suaminya, Dion, yang sedang membuka seminar kesehatan di Jakarta. Tentu saja Agitha dan Agham tak boleh ikut, karena jarak Bandung-Jakarta yang cukup jauh dan  pasti Agitha tak bisa ikut sekolah.

Agitha membuka tisu yang di dalamnya ada dua helai roti, Agitha meneguk salivanya, betul kata Agham, Agitha takut jika ia mual di mobil.

Namun, apa boleh buat, hari ini Agitha punya rencana untuk menemui Arven dan memahari Arven, karena kemarin Arven sudah meninggalkan Agitha saat pulang sekolah. Kebetulan, Agitha tau jika Arven selalu berangkat pagi sebelum murid-murid lain datang.

Oleh karena itu, Agitha buru-buru berangkat pagi ini agar bertemu Arven.

"Git, makan masih bisa kan? Kalau mual bilang ke Abang," ucap Agham.

"Iya, aku masih bisa makan kok," ucap Agitha, meski tak yakin.

Agham meliirik Agitha sebentar dari arah kaca mobil, lalu setelah melihat Agitha tidak terjadi apa-apa, akhirnya Agham menancapkan gasnya menuju sekolah.

Masalah kesehetan Agitha soal makanan memang harus diperhatikan, Agitha bisa saja gemuk jika nafsu makannya tak terkontrol, Agitha juga tak bisa makan disembarangan tempat, maka dari itu jika berpergian Liana dan Dion harus sibuk mencari tempat makan yang nyaman untuk Agitha.

"Abang, minum. Aku lupa bawa," rengek Agitha.

Agham langsung membelokkan mobilnya ke arah mini market, lalu turun dari mobil tersebut dan membelikan Agitha minum.

AGITHA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang