Rencana Awal

412 32 0
                                    

“Apa kita harus berpisah dulu, agar kamu tahu rasanya merindu?”

Langit senja berwarna oranye itu menjadi penghangat bagi Arven dan Agitha di jalan raya. Motor Arven perlahan berhenti ketika sudah sampai di rumah Agitha, seperti biasa Arven selalu membukakan kunci helm yang dipakai oleh Agith.

Langit boleh saja bagus, tetapi hati Agitha sedang tidak bagus sore ini. Sebenarnya, ada yang ingin Agitha katakan pada Arven, tetapi Agitha takut jika jawaban Arven tak sesuai ekspetasinya.

Karena sedang tidak fokus, helm yang seharusnya Agitha taruh di atas tiang tembok rumahnya, malah jatuh begitu saja. Sontak, Agitha langsung kaget dan mengambil helm itu, sedangkan Arven sudah menggelengkan kepalanya akibat Agitha yang begitu ceroboh.

"Terlalu keras jatuhnya, jadi depannya pecah," ucap Arven, seraya mengambil helm dari tangan Agitha.

"Maaf, aku ga sengaja."

"Aku sudah beberapa kali, Git, bilang kalau jangan ceroboh. Untung ini masih helm, gimana kalau benda kaca yang bisa pecah dan melukai kamu?"

"Iya, maaf."

Agitha melirik Arven sejenak, haruskah ia memecahkan barang agar Arven mengobrol panjang dengannya?

"Kalau begini, pas kamu pakai pasti debunya akan masuk, Git," ucap Arven.

"Iya, nanti aku pakai helm Bang Agham aja," jawab Agitha.

Arven mengangguk pelan.

"Ar, sebentar lagi kita anniversarry ke tiga tahun, ga mau dinner atau perayaan gitu? Tahun kemarin kita ga ada perayaan, lho," ucap Agitha.

Agitha kira, ia bisa mengalihkan pikiran Arven dari masalah helm jatuh dan kecerobohan Agitha. Namun, Arven tetap saja masih membahas tentang helm tersebut.

"Coba lihat helm Bang Agham."

Agitha mendengus kesal, lalu ia mengambil helm di teras rumahnya.

"Ini."

Arven melihat helm tersebut, lalu ia menggelengkan kepalanya lagi.

"Ini kebesaran, nanti aku belikan aja," ucap Arven.

"Sekalian makan bareng buat anniversarry kita kan?"

"Kamu mau helm yang seperti ini, atau yang lebih bagus, biar kalau pecah ga retak?"

"Yang kaya gitu aja, biar cepat. Kan, habis itu kita mau jalan juga," jawab Agitha.

"Ya sudah."

"Ya sudah, jadi ngerayain anniversarry kita?"

"Jangan ceroboh lagi, ya."

"Iiih Arven, kamu emang ga suka ya kalau ngobrol sama aku," ucap Agitha, menahan Arven yang hendak melajukan motornya.

"Maksudnya?"

"Kemarin aku dengar obrolan kamu sama Aldo, kamu terpaksa nurut aja kalau kita lagi ngobrol atau berdebat. Itu kan caramu biar ga ketemu aku lama-lama?"

"Enggak."

"Nyatanya gitu, Ar."

"Aku ga ngerti."

"Kamu terpaksa kan, nurutin apa mauku, karena kamu malas menanggapi orang bawel seperti ku, ya kan?"

"Siapa bilang? Aku gak begitu."

"Alasannya?"

"Karena aku ingin kamu bahagia."

Agitha tak membalas apapun lagi, lalu Arven memakai helmnya dan menyalakan mesir motor ninja tersebut.

AGITHA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang