Selepas ia bekerja di cafe milik Podd, New bergegas menuju panti jompo untuk menjenguk neneknya. Beberapa hari dirawat di tempat itu, kondisi nenek New tampak lebih baik. Ia bahkan bisa tersenyum bersama dengan teman-temannya yang lain sesama penghuni panti jompo ini. Sepertinya keputusannya untuk menitipkan neneknya di panti jompo keputusan yang tepat.
"Oh Kak Thi datang!" ucap nenek New dengan antusias. New langsung bergegas memeluk sang nenek dan dibalas pelukan tak kalah erat oleh neneknya.
"Bagaimana kabar hari ini? Apakah nenek bersenang-senang?" tanya New sambil menggenggam tangan keriput milik neneknya.
Nenek New menceritakan semua hal yang ia lakukan bersama dengan para suster dan teman barunya di tempat ini. Nenek New tidak merasa kesulitan untuk bersosialisasi rupanya. Hal yang New takutkan tidak terjadi. Melihat sang nenek bercerita dengan semangat membuat New merasa sedikit lega. Ia berjanji untuk selalu menjaga senyum neneknya agar tidak hilang.
"Tadi aku juga diajari merajut oleh Bibi Jennie. Orangnya sangat cantik dan baik," ucap sang nenek.
"Oh benarkah? Apa yang nenek rajut?"
"Aku ingin membuatkan syal untuk Kak Thi agar tidak kedinginan saat musim dingin tiba," jawabnya. New tersenyum mendengar penuturan sang nenek.
"Sepertinya aku juga harus membuatkan satu untuk nenek juga," ucap New yang sama antusiasnya dengan sang nenek.
Nenek New langsung berdiri dan menghampiri seorang wanita paruh baya dan mengajaknya ke tempat New berada. "Bibi Jennie, ini Kak Thi. Katanya mau merajutkan satu syal untukku. Bisakah kau juga mengajarinya?" Nenek New bertanya kepada wanita itu yang ternyata merupakan Bibi Jennie yang diceritakan tadi.
New memberikan salam kepada Bibi Jennie dan tersenyum. "Jadi kau yang selalu dipanggil Kak Thi ya? Nenekmu pasti sangat menyayangimu karena selalu bercerita tentangmu setiap saat."
New hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Bibi Jennie. "Apakah anda salah satu pengasuh disini Bibi?" Wanita itu menggeleng. Ia menunjukkan kamar miliknya yang berada tak jauh dari kamar milik neneknya. Ternyata wanita itu juga salah satu penghuni panti jompo ini sama seperti neneknya.
"Boleh aku bertanya sudah berapa lama anda disini?" New bertanya dengan suara agak pelan, takut apabila pertanyaannya dapat menyinggung lawan bicaranya.
"Sudah setahun aku disini. Aku yang meminta. Padahal anakku sudah menyediakan pengasuh pribadi untukku, tapi rasanya tidak menyenangkan. Tidak ada yang bisa diajak berbicara. Aku lebih suka disini, banyak kegiatan dan banyak teman," wanita itu menjelaskan dengan tersenyum. Ia sama sekali tidak tampak sedih berada disini. New kira orang-orang tua yang ada disini akan sedih karena harus berpisah dengan keluargany. Tapi Bibi Jennie dan neneknya justru terlihat bahagia berada disini, sungguh tidak terduga.
"Kalau begitu, aku akan ikut merajut bersama nenek dan Bibi Jennie setiap aku datang kemari. Bagaimana?" Nenek New yang mendengar penuturan dari cucunya itu mengangguk dengan antusias. Ia sangat senang jika New ikut merajut bersamanya, yang artinya akan ada banyak waktu bersama orang kesayangannya itu.
"Aku membawakan buah melon kesukaan nenek. Apa mau dimakan sekarang?" tawar New kepada neneknya. Sang nenek mengangguk mengiyakan ucapan cucunya itu.
New memotong buah melon itu menjadi beberapa bagian kecil lalu meletakkannya di piring bersama dengan dengan garpu di atasnya. New juga menyiapkan satu piring lagi untuk Bibi Jennie yang sedang merajut bersama dengan neneknya di ruang tengah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di panti itu terdapat beberapa ruangan yang dapat digunakan oleh penghuni panti tersebut. Tempat yang saat ini ditempati oleh nenek New dan Bibi Jennie biasanya juga ditempati oleh kakek-kakek yang sedang bermain catur atau sekedar membaca koran, namun kali ini kumpulan kakek-kakek itu tidak ada lantaran sedang memancing di halaman belakang.