5

986 98 0
                                    

Tririring..

Off memencet tombol interkom yang ada. "Ada apa Arm?"

"Ibumu datang dan mencarimu." Ucapan Arm membuat mood Off langsung turun sebab yang datang bukanlah ibu kandungnya, melainkan rubah licik yang merangkap sebagai ibu tirinya.

Pasti ada yang ia inginkan jika sampai rela datang kesini, batin Off.

Saat ini, wanita paruh baya itu telah duduk dengan angkuh di ruangan milik anak tirinya. Mata dan tangannya tidak berhenti memilah dan memilih foto yang ada di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" ucap Off tanpa basa basi.

"Apa lagi? Tentu saja memilihkan teman kencan untukmu. Lihatlah semua gadis-gadis ini. Sangat cantik bukan? Mereka juga berasal dari keluarga yang terpandang. Kau bisa mencoba mengencani salah satunya. Siapa tahu cocok," wanita itu berbicara sambil menunjukkan senyum palsunya.

"Cih, merepotkan saja," jawab Off. "Pergilah jika tidak ada hal lain yang ingin kau sampaikan," lanjutnya.

Off benar-benar malas untuk meladeni ibu tirinya. Sebab apapun yang dilakukan olehnya pasti hanya untuk kepentingannya sendiri. Seperti saat ini, wanita itu ingin mencarikan Off teman kencan yang sudah pasti akan memberikan keuntungan bagi dirinya, entah apa itu Off tidak ingin tahu.

Off memijit keningnya yang terasa pusing akibat ulah ibu tirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Off memijit keningnya yang terasa pusing akibat ulah ibu tirinya. Bagaimana bisa wanita itu tidak memiliki rasa malu sedikitpun dalam memanfaatkan kekayaan seseorang? Bahkan ia secara terang-terangan mengeruk kekayaan suaminya untuk dirinya sendiri.

Pemilu sudah di depan mata, itulah yang membuat ibu tiri Off Jumpol semakin gencar mencari dukungan kesana kemari untuk memperkuat pertahannya. Salah satunya dengan memanfaatkan anak tirinya sebagai jembatan penghubung dengan orang-orang penting. Namun Off tidak peduli. Selain karena ia membenci ibu tirinya itu, Off Jumpol juga tidak tertarik untuk merasakan romansa dalam kehidupannya.

Lalu apakah Off Jumpol memiliki Philophobia? Tidak. Ia hanya tidak memprioritaskan dirinya untuk mencintai orang lain selain ibunya. Jika ada seseorang yang pada akhirnya berhasil mengetuk pintu hatinya, tentu dengan senang hati ia akan menyambut orang itu dalam hidupnya.

"Kau ingin kopi Off?" tanya Arm yang sedang membolak-balik dalam kertas dalam map yang dipegangnya.

"Tidak perlu. Aku akan membelinya sendiri jika aku mau. Kau lanjutkan saja pekerjaanmu Arm," tuturnya.

"Oh iya. Grand Hotel akan membuka hotel baru di Hongkong dan meminta kita untuk menghadiri upacara pembukaannya. Kau bisa datang?"

"Lakukan seperti biasa. Perjalanan setelah jam makan siang dan harus kembali kesini sebelum makan siang esok hari," titah Off dengan tegas. Arm yang sudah terbiasa dengan tabiat Off hanya mengangguk sebagai persetujuan.

Off sangat menyayangi ibunya sampai-sampai ia rela membatalkan pertemuan dengan klien saat ibunya membutuhkan keberadaan dirinya. Bukannya Off yang meminta maaf kepada klien tersebut, melainkan mereka yang justru meminta maaf karena tidak mengetahui kebiasaan orang yang diajak bekerja sama.

"Aku akan segera pergi. Kau pulanglah. Pekerjaanmu sudah selesai."

Off lalu melangkahkan kaki panjangnya keluar dari ruangan dan berjalan menuju parkiran. Tujuan Off saat ini adalah menemui sang ibu yang pasti sudah menunggunya sedari tadi.

Pria tampan itu mengemudi dengan santai namun tetap cepat, sehingga tidak perlu waktu lama pemuda itu telah sampai di panti jompo tempat ibunya dirawat.

"Selamat sore," ucap Off jumpol dengan ramah kepada para pengasuh yang ada.

"Oh nak Off tumben sekali datang pada sore hari seperti ini," uujar salah seorang pengasuh yang sedang memapah seorang nenek.

"Tadi siang saya ada pekerjaan makanya baru bisa datang sekarang. Saya permisi ke dalam dulu." Pria itu langsung masuk ke dalam panti dan mencari keberadaan ibunya.

Ibu Off ternyata sedang berada di halaman belakang bersama dengan beberapa orang lainnya. Tangannya tidak berhenti merajut benang-benang tebal itu. "Anakku sudah datang rupanya. Kemarilah," ucap sang ibu.

"Oh? Jadi dia anak Bibi Jennie?" batin New.

Encounter || OffNewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang