16

823 85 0
                                    

New telah menghubungi kedua orang tua Pluem untuk membicarakan perihal masalah anak mereka. Dan saat ini ia sedang menunggu di ruang khusus tempat biasanya orangtua murid berbicara dengan guru. Pluem menunggu di ruangan New dengan sangat gugup. Kakinya tak berhenti ia ketuk-ketukkan ke lantai.

Hanya ayah Pluem yang datang, karena sang ibu masih berada di ruang operasi karena ada pasien darurat. Ayah Pluem terlihat sangat mirip dengan anak itu. Namun dengan bentuk wajah yang lebih tegas. Tampak mirip juga dengan New.

New mempersilahkan ayah Pluem untuk meminum teh yang telah ia sediakan terlebih dahulh sebelum mulai menceritakan alasannya memanggil orangtua Pluem ke sekolah.

Bukan hanya Pluem yang gugup, tapi New juga sama gugupnya. Berkali-kali guru muda itu mengusap kedua tangannya ke celana kain yang ia kenakan lantaran tangannya yang berkeringat.

Pembicaraan mereka berjalan cukup lancar, tidak terdapat halangan seperti yang ada di pikiran guru muda itu. Ayah Pluem tampak memahami alasan di balik perilaku sang anak. "Aku akan memanggil Pluem terlebih dahulu agar kalian bisa berbicara."

New pergi ke ruangannya untuk memanggil Pluem. Disana Pluem hanya menunduk sambil memandangi kakinya yang bergerak tak beraturan.

"Pluem.." New memegang pundak salah satu muridnya dengan pelan. "Berbicaralah dengan ayahmu. Aku telah memberitahunya. Dan tampaknya ia mengerti. Katakanlah apa yang tidak pernah kau katakan," lanjutnya. Pluem yang mengerti, langsung berjalan menuju ruangan tempat New dan ayahnya berbicara tadi.

"Aku selalu di ruanganku jika kau perlu bantuan. Menangislah jika kau perlu. Aku tahu kau tidak pernah menangis." New menepuk-nepuk bahu Pluem untuk memberikan remaja itu kekuatan.

Pluem membuka pintu dan melihat ayahnya sedang duduk diam di dalam sana.

...

"Maafkan aku Tuan Gun, tapi Tuan Off saat ini sedang ada rapat"

"Tak apa. Aku akan menunggunya" Gun bahkan menjawab ucapan Arm sebelum ia selesai berbicara.

"Ta-tapi.. Aku tidak tahu sampai kapan rapat itu selesai. Bisa saja sampai malam," sekretaris Off itu berusaha membujuk Gun agar kembali lagi lain waktu tapi tidak berhasil. Anak dari pemilik Grand Hotel itu tetap teguh dengan pendiriannya untuk menunggu Off Jumpol di ruang kerjanya.

Arm hanya bisa menghela nafas dengan berat melihat kelakuan Gun. Tangannya dengan segera mengetik sesuatu di layar ponselnya.

"Kenapa aku jadi harus ikut kena masalah dengan bocah itu sih," Arm terus saja mengomel sambil membuka buku catatannya untuk melihat jadwal-jadwal Off Jumpol.

Satu jam telah berlalu namun belum nampak tanda-tanda Gun akan pergi dari ruangan Off Jumpol. Membuat Arm lagi-lagi harus mengirim pesan kepada atasannya itu. Sebelum tangannya menekan tombol kirim, rupanya Off telah lewat di hadapannya dan berjalan menuju ruangannya.

"Apa yang kau lakukan disini Gun? Tidakkah sekretarisku telah memberitahumu bahwa aku sedang rapat?" Arm yang mengikuti langkah Off tadi berusaha meredam emosi Off dengan menarik jasnya perlahan. Mengingatkan temannya itu agar tidak lepas kendali.

"Aku tahu. Tapi aku hanya ingin mengajakmu makan bersama. Apakah itu salah?"

"Tentu salah jika kau memaksa masuk ke dalam ruang kerjaku seperti ini. Bahkan jika kekasihku datang kemari, ia juga tidak akan keluar masuk seenak jidatnya."

Gun hanya dapat menangkap kata 'kekasihku' dari sekian banyak kata yang diucapkan oleh Off.

"Jadi kau sudah memiliki kekasih?"

Off yang masih berusaha meredam emosinya justru tidak habis pikir dengan pertanyaan Gun. Bukankah ia berkata 'jika'.

"Apa itu penting sekarang? Yang terpenting saat ini adalah kau yang selalu saja bersikap semaumu. Memang benar aku berniat untuk bekerjasama dengan perusahaan milik ayahmu, tapi bukan berarti kau jadi memiliki hak atas kehidupanku."

Ucapan Off kali ini sepertinya melukai harga diri Gun. Membuat pemuda kecil itu langsung lari keluar dari ruangan Off tanpa sepatah katapun.

"Kau menyakitinya Off," ucap Arm mengingatkan.

Off menghela nafas dengan berat. Kali ini ia keterlaluan.

Encounter || OffNewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang