"Men are like sheep, of which a flock is more easily driven than a single one." Richard Whately.
...
Kristof memproyeksikan Zordon di antara dirinya dan cowok bercelana merah itu.
Zordon muncul dengan sempurna, sesuai dengan gambarannya ketika dulu menonton serial TV Mighty Morphin Power Ranger. Berada dalam sebuah tabung bercahaya, wajah Zordon yang superraksasa muncul dan menyeringai ke arah cowok itu. Zordon berkepala botak, ras kaukasia, pipi gemuk, dan banyak pendar biru memancar di sekelilingnya.
Cowok celana merah dan badaknya melompat kaget. Mereka langsung memasang kuda-kuda siaga. Kristof masih mendengar sang badak berkata, "Hati-hati! Yang menyerang kita tadi Visual-Spatial dengan kemampuan membekukan udara. Bisa jadi ini bukan proyeksi semata."
"Ya tapi kenapa Zordon?!" sahut cowok celana merah frustrasi. "Ini yang dari Power Ranger itu, kan?"
Karena Zordon tampak sangat besar, setinggi bangunan dua lantai dengan lebar dua setengah meter, Kristof terhalangi dengan cukup. Dia mengambil kesempatan itu dengan berlari menjauhi lokasi, menuju belokan jalan yang agak gelap di ujung sana. Britney berlari menduluinya di depan. Dengan heboh dia mengeong, "Cepat! Cepat!" Kemudian menjilat kakinya dan berlari lagi.
Sayangnya, cowok celana merah menemukan dengan mudah bahwa Kristof hanya menampilkan proyeksi holografis semata. Cowok itu berjalan menembus Zordon dengan mudah dan merasa marah karena Kristof meninggalkan arena pertarungan. Cowok ganteng itu mengejar Kristof dengan cepat. Mungkin karena dia Bodily-Kinesthetic, larinya cepaaat sekali. Belum juga Kristof sampai di belokan jalan, cowok celana merah itu sudah menyusulnya dengan kilat.
"Mau ke mana lo?!" Dia meraih sebuah tong sampah besi di dekatnya, mencabutnya dari tanah dengan mudah, lalu melemparkannya ke arah Kristof.
Kali ini Kristof tak sempat menghindar. Dia sudah berbalik untuk berlari ke arah lain, tetapi tong sampah itu menghantam punggungnya dengan keras. Kristof tersungkur ke atas aspal. Lutut dan sikunya otomatis lecet karena tubuhnya terseret. Namun Kristof tak merasakan perih apa pun.
Kristof pingsan.
* * *
Entah berapa lama Kristof tak sadarkan diri. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan melihat plafon yang terang dengan lampu neon panjang terpaku di atasnya. Hal pertama yang Kristof rasakan adalah perih di bagian siku, lutut, dan tulang punggung. Pahanya agak kesemutan. Tangannya juga. Malah, hal berikutnya yang Kristof lihat adalah botol infus yang menggantung di sebelah kirinya.
Dari aroma yang menguar ke hidung Kristof, dia tahu dirinya sedang berada di kamar rumah sakit.
Ruangan itu terasa sunyi. Kehidupan yang ramai seolah-olah hanya terjadi di luar. Kristof mencoba mengatur napasnya dan bergerak sedikit demi sedikit. Kepalanya mereka ulang apa yang terjadi kepadanya hingga terbaring tak berdaya seperti ini.
Oh, cowok ganteng mirip Bobby Ida bercelana merah itu.
"Aku nggak suka tempat yang terlalu besar. Sebesar kamar ini cukup. Asal banyak cicaknya, supaya aku bisa main-main." Itu suara Britney.
"Ya. Tapi badanmu kecil." Itu suara badak merah milik si cowok ganteng.
"Badanku sebesar harimau. Duh!" Britney mendengus.
"Badanmu normal."
"Jangan berani-berani kamu bilang badanku gendut! Aku bukan gendut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Inteligensia
FantasySetelah menginjak umur 25 tahun, Kristof baru menyadari dirinya punya kekuatan super. Satu dari kecerdasan majemuknya yang dominan menjadi sumber kekuatan barunya seperti sihir. Kekuatan ini, secara resmi membuat Kristof digolongkan sebagai seorang...