"If words don't have vibration behind them, and a real feeling behind them, then they're just words." Charlotte Rampling.
...
Kristof merasa pertemuan ini penting. Dia memilih bertemu Intrapersonal itu diam-diam. Ada beberapa hal yang ingin sekali dia tanyakan. Khususnya, tentang Dion. Namun, bagaimana caranya dia keluar?
Seluruh flock-nya masih duduk dan mengobrol di atas sofa. Ikram bahkan duduk di atas meja dekat TV, bukannya berbaring di atas tempat tidurnya atau apa. Setiap spirit animal juga menunggu di sekitar pemiliknya. Termasuk Britney, yang masih saja molor di ujung tempat tidur Kristof.
Kebetulan, lokasi tempat tidur Kristof berada paling dekat dengan pintu. Di depan Kristof adalah pintu kamar mandi. Dengan kekuatan yang dia punya, seharusnya Kristof bisa kabur dengan sangat mudah. Tanpa kentara, Kristof menciptakan sebuah dinding holografis dari kamar mandi, membentang hingga ke tembok di belakang tempat tidurnya. Dinding itu awalnya transparan, agar tidak ada yang curiga, membujur membelah tempat tidur Kristof dan Ikram.
Setelah dinding itu tercipta, Kristof membuat sebuah image dirinya tertidur di atas ranjang bersama Britney. Image itu hanya bisa dilihat oleh semua orang yang berada di setengah kamar ke dalam. Yang berarti, setiap orang di ruangan kalau mereka melihat ke arah tempat tidur Kristof, mereka akan menemukan Kristof masih terbaring di atas tempat tidurnya.
Perlahan-lahan, Kristof turun dari tempat tidur sambil melepas botol infusnya dari tiang yang tertancap ke tempat tidur. Badannya masih agak pegal, tetapi Kristof tetap lanjut dengan rencananya. Britney berguling ke arah lain, memunggungi tuannya. Kristof berjalan jinjit meninggalkan ruangan, membiarkan seluruh temannya mengira dia masih terbaring di atas tempat tidur.
Seluruh flock Kristof tertipu. Bahkan, spirit animal mereka tak ada yang curiga.
Kecuali Alaiza.
Dia menoleh sejenak ke arah Kristof saat mendengar langkah-langkah mencurigakan. Kemampuan Musical-Rhythmic-nya memungkinkan Alaiza untuk mendengar suara sekecil apa pun. Namun saat melihat Kristof masih terbaring di atas tempat tidurnya, Alaiza memutuskan untuk mengabaikan perasaannya.
Kristof berjalan melewati lorong sambil mengacungkan botol infusnya di atas kepala. Beberapa suster menyapanya dan bertanya mengapa dia ada di lorong. Kristof hanya mengulang-ulang jawaban, "Jalan-jalan bentar kok, Sus!" Ada suster yang ngomel dan memintanya segera kembali ke kamar, ada juga suster baik hati yang juga menyarankannya untuk kembali ke atas tempat tidur. Tentu saja tak satu pun Kristof dengarkan.
Waktunya tak banyak lagi.
Kristof menghampiri area lobi yang dipenuhi orang. Jejeran kursi tunggu besi berbaris rapi dari depan ke belakang. Banyak orang tua sedang menggenggam secarik kertas, menunggu nomor antreannya disebutkan. Di antara orang-orang yang sedang menunggu itu, di baris ketiga, Intrapersonal yang Kristof temui semalam sedang duduk sambil melipat kakinya. Dia memainkan ponsel. Namun kepalanya langsung mendongak begitu Kristof muncul di ruangan, seolah-olah dia sudah mengetahui dengan mudah kedatangan Kristof.
Intrapersonal itu tersenyum.
"Apa yang kamu mau?" sapa Kristof tanpa tedeng aling-aling. Dia duduk tepat di samping Intrapersonal sambil memandang ke layar antrean seolah-olah sedang menunggu juga. Rahang Kristof mengeras.
"Impressive!" puji Intrapersonal sambil terkekeh kecil. "Setelah apa yang kulakukan ke kamu semalam, kamu masih berani bertemu denganku sendirian."

KAMU SEDANG MEMBACA
Inteligensia
FantasySetelah menginjak umur 25 tahun, Kristof baru menyadari dirinya punya kekuatan super. Satu dari kecerdasan majemuknya yang dominan menjadi sumber kekuatan barunya seperti sihir. Kekuatan ini, secara resmi membuat Kristof digolongkan sebagai seorang...