[11] Rada-Rada Sepat

626 86 13
                                    


"A bank is a place that will lend you money if you can prove that you don't need it." Bob Hope.

...

Tentu saja Kristof memilih ikut audisi. Untuk apa dia menyiapkan dirinya sampai sejauh ini kalau ujung-ujungnya makan siang dengan Aidan dan mempertaruhkan keselamatan flock-nya? Dia ingin sekali makan siang bersama gebetannya itu. Namun mungkin bukan hari ini.

"Boleh saya telepon lagi nanti?" tanya Kristof buru-buru. Leila sudah setengah jalan ke luar kafe.

"Elo mau ke mana?" Aidan membentangkan tangannya dengan bingung. "Elo enggak mau ikut gue?"

"Mau. Tapi saya ada acara penting. Sorry." Kristof pun melangkah ke luar kafe. "Saya janji telepon Abang nanti."

And I miss you so much, tambah Kristof dalam hati.

Meski perih, Kristof harus meninggalkan Aidan di sana. Ada yang lebih pasti bisa dilakukannya sekarang. Yaitu, ikutan Turnamen. Bersama Aidan sih hanya rasa kebahagiaan semata. Dia hanya laki-laki yang membuat Kristof tersenyum setiap hari. Yang belum tentu gay seperti Kristof, sehingga belum tentu Aidan punya perasaan yang sama.


Jadi, Kristof bertanya, "Apa?"

Yoshi menjejeri Kristof berjalan paling belakang di antara flock mereka. Keduanya menyeberang jalan menuju Gedung Besier. "Ada dua hal yang ingin saya katakan. Pertama, setelah audisi pertama ini, temui saya secara pribadi. Kedua, laki-laki yang kamu temui di dalam itu ... tidak akan bersama kamu sampai tua."

"M-maksudnya?" Kristof berhenti berjalan. Keningnya berkerut.

"Saya enggak akan mengulangi." Yoshi berjalan duluan.

Kristof menyusulnya. "Tapi kenapa Bang Yoshi bilang begitu? Maksudnya apa?"

Yoshi menimang-nimang apakah perlu mengatakan informasi tambahan atau tidak. Ketika keenam orang itu berada tepat di depan pintu masuk utama Gedung Besier, Yoshi menarik napas dan berbisik. "Kamu kan tahu, Intrapersonal bisa meramal masa depan."

Gedung itu tampak sangat tua. Namun dibandingkan aroma lapuk, Kristof malah mencium aroma rumput dan dedaunan segar di dalamnya. Cukup banyak orang berada di lobi. Dua orang satpam membukakan pintu sambil menyapa, "Selamat pagi. Silakan." Lobi utama cukup besar dengan satu restoran di sebelah kiri, dan dua lorong besar yang bercabang. Satu lorong menuju bank, lorong yang lain menuju museum.

Jangan kelihatan seperti kita berkerumun, ujar Yoshi di dalam hati, bertelepati dengan semua orang di dalam flock. Berpencar dan lakukan aktivitas masing-masing.

Leila mengacungkan telunjuknya di depan wajah, lalu menggoyangkannya kanan-kiri sebentar. Entah mengapa Kristof memahami sign-language itu sebagai, "Ke mana?"

Yoshi bertelepati lagi, Dalam sepuluh menit, amati seluruh gedung. Temukan sesuatu yang mencurigakan. Karena ini rumahnya Visual-Spatial, apa pun yang kalian lihat, bisa jadi penting. Saya akan menginformasikan di mana kita perlu berkumpul sepuluh menit lagi.

Alaiza dengan sigap langsung menggandeng lengan Kevin, "Honey, aku lapar. Kita makan dulu yuk sebelum masuk?"

Kevin mengangkat bahunya. "Oke."

Wow, akting mereka bagus sekali, batin Kristof.

Leila langsung menghampiri seorang satpam. "Hakubutsukan wa dokodesu ka?" Dia bertanya dalam bahasa Jepang. Yang tentunya tak dimengerti oleh sang satpam. Pura-pura bodoh, Leila membuka kamus. "Muuu ... seoma?"

InteligensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang